32 - I love you but i'm letting go

26.1K 1.2K 47
                                    

"Aku—"

Valerie menatap manik mata biru di hadapannya intens, menanti jawaban yang akan keluar dari bibir itu meski sebenarnya tidak ada keinginan untuk mendengar jawaban yang baik.

William menghela napas pendek. Menundukkan pandangannya sebentar sebelum membalas tatap mata wanita di hadapannya

"Aku tidak bisa Valerie. Maksudku—"

Kedua tangan pria itu semakin mempererat genggamannya "Aku menyukaimu sejak awal kita bertemu. Kau selalu berhasil membuatku jatuh hati padamu, hingga detik ini."

William menyambut tatap intens Valerie dengan sedih "Aku sangat menyayangimu Valerie, dan perasaan ini tidak akan pernah berubah sampai kapanpun." bibirnya mendengkus sesaat "Meski banyak wanita datang silih berganti untuk menjadi pasanganku, perasaan itu tidak akan pernah tergantikan."

Sebuah getaran aneh menyapu dada Valerie hangat, desiran lembut yang lama tidak dirasakannya. Apakah ia memang benar-benar memiliki posisi paling sempurna untuk William ?

"Kau tentu tahu bagaimana aku ingin sekali menjadi pasanganmu, menjadi suamimu. Hanya saja—" William menghela napas pelan "Aku tidak akan mempermasalahkanmu tentang alasan mengapa kau lebih memilih Ryan daripada aku, dan lain dari itu—" pandangan lembutnya langsung turun dan memandangi perut besar Valerie sendu "Aku juga menyayangi anak yang sedang kau kandung Valerie. Aku menyayanginya sama seperti aku menyayangimu."

Ketegangan yang ada pada hati Valerie langsung memudar dan berganti kelembutan. Disusul dengan kerapuhan yang membuatnya memalingkan matanya yang mulai berkaca-kaca, William kembali menghembuskan napasnya pelan sebelum mengangkat pandangannya  "Bagaimanapun juga, anak ini membutuhkan ayah kandungnya Valerie. Dan Ryan siap memulainya lagi dari awal denganmu,"

William tersenyum lega begitu gurat-gurat ketegangan pada wajah wanita di hadapannya tidak lagi terlihat begitu ia menyebut nama Ryan di hadapannya, "Ryan sudah berjanji padaku waktu itu, dan ya— ketulusan itu ada pada matanya. Aku percaya padanya."

Valerie mengangguk samar tanda mengerti, ia berusaha melepaskan genggamannya namun William tetap menautnya erat. Keduanya saling menatap dengan perasaan yang menggantung di udara, mengisi setiap celah kosong dengan kehangatan spektakuler yang begitu menenangkan.

"Aku akan tetap menjagamu Valerie, kau bisa ceritakan semuanya padaku jika Ryan menyakitimu lagi." tandas William lalu mengukir senyum tulusnya. Valerie sangat-sangat tersentuh mendengar keseluruhan rangkaian kata itu, setitik air mata dibiarkannya jatuh membasahi wajahnya. Kedua tangannya menyentuh wajah pria di hadapannya lembut, menatap jauh ke dalam manik mata birunya yang setenang samudera. Menenangkan sekaligus memberi kedamaian.

"Terimakasih banyak William. Maaf jika aku—"

"Sudahlah Valerie, jangan membahasnya lagi." potong William cepat lalu menggenggam tangan Valerie lagi dan menarik wanita itu jatuh dalam dekapan hangatnya. Menyatukan kedua detak perasaan yang begitu murni sesuai garis takdir yang telah dipersiapkan oleh semesta untuk mereka.

"Aku menyayangimu William."

*

Malam itu, akhirnya William dapat menghembuskan napas leganya begitu ia berhasil membuat Valerie mendengarkan penjelasannya mengenai Ryan. Tentang bagaimana pria itu berubah dan bersungguh-sungguh dengan janjinya untuk memperbaiki semuanya dan memulainya lagi dari awal bersama Valerie.

Meski tidak ada respon khusus yang diberikan Valerie, wanita itu tetap diam dan mendengarkan. Dengan sorot mata yang berubah-ubah dan ketegangan yang sesekali menghiasi wajahnya. Tidak masalah, William tetap bersyukur dengan itu.

Berarti ia berhasil membuat Valerie mulai bisa memikirkan keputusannya untuk kembali pada Ryan. Yang artinya juga mereka akan segera berpisah dalam waktu dekat.

Setelah hampir enam bulan hidup bersama dan menghabiskan banyak waktu penuh bersama, perasaan yang coba dikuburnya justru semakin menggores banyak kenangan di hatinya.

William mendengus pelan lalu menenggak habis alkohol pada gelasnya. Entah dengan cara apa ia harus menghilangkan rasa sedih di hatinya sekarang, juga nanti saat ia benar-benar berpisah dengan Valerie.

Membayangkan bagaimana salah satu tempat tinggalnya itu menghadirkan kenangan manis bersama wanita yang ia cintai. Entah hanya berbincang, memasak bersama, bergurau tentang apapun, dan ya, itulah keabadian yang diinginkan William.

Namun semesta tidak mengijinkannya, dan lebih menempatkannya pada garis hidup lain yang sedang coba diterimanya meskipun sulit. Seulas senyum sedih kembali terukir pada wajahnya. Mata birunya teredar pada banyaknya bintang di atas sana.

"Terimakasih karena telah menghadirkannya di hidupku. Terima kasih karena telah mengajarkanku betapa tulusnya sebuah cinta yang telah Kau ciptakan untukku." ia mengurai senyumnya dengan mata berkaca-kaca "Aku akan selalu menyayanginya, sampai kapanpun."

TBC

[Aku nangis bikin part ini :( i love u but im letting go ceritanya :( yang sabar semuanya ]

MY WILD HUSBAND | ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora