31 - Chance

23K 1.1K 14
                                    

Valerie menghembuskan napas kasarnya mendengar permintaan maaf itu keluar dari bibir William untuk yang kesekian kalianya sejak hari dimana ia sengaja mendiamkan pria itu. Sebenarnya ia memang tidak ingin bersikap kekanak-kanakan seperti ini, hanya saja—

"Sudahlah William, lupakan saja." William mengurai pelukannya lalu menggenggam kedua tangan Valerie erat "Kau harusnya kabari aku jika kau ingin pergi. Kau tidak tahu bagaimana khawatirnya aku saat tidak melihatmu disini."

Valerie memalingkan wajahnya pelan "Maafkan aku, tapi aku pergi bersama Andreas tadi. Jadi kau tidak perlu khawatir."

William mengangguk samar lalu mengusap wajah wanita di hadapannya lembut "Aku lebih tidak khawatir jika kau pergi denganku Valerie."

Valerie menggeleng "Aku tidak mau merepotkanmu William."

"Aku tidak pernah merasa kau merepotkanku sejak dulu Valerie. Maaf jika sikapku membuatmu berpikir demikian." kata-kata itu berhasil melunturkan ketegangan yang ada pada mereka secara penuh. Valerie menghela napas pelan, seharusnya ia bisa bersikap sopan dan bukannya tidak tahu diri seperti ini. Bagaimanapun juga, William sudah banyak membantunya dan mengabulkan apapun permintaannya. Meskipun kadang ada beberapa perbedaan yang cukup membuat ketegangan itu muncul di antara mereka.

Valerie mengusap wajah pria di hadapannya lembut "Kau tidak salah William. Maafkan aku." William menggengam tangan itu lalu mengecupnya lembut. Dan untuk beberapa detik berharga dalam hidupnya, dadanya berdesir hangat seperti sedia kala. Valerie yang juga terpaku dengan tatapan itu seolah tertarik pada masa lalu dimana sebuah kejadian membuat mereka saling berkenalan. Menghadirkan perasaan hangat dan asing yang menyapu dirinya dengan sangat spektakuler.

Saat itu, kartu aksesnya tertukar dengan milik William saat ia berkunjung ke sebuah private museum. Mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di tengah aula besar, hanya berdua. William meminta maaf dengan ramah, dan Valerie menyambutnya hangat. Dan sejak saat itulah keduanya menjadi dekat seperti sekarang.

Meski tidak pernah ada hubungan serius yang mereka jalani, keduanya seperti saling terikat satu sama lain. Entah tali apa yang menyatukan mereka sampai seperti ini.

"William," Valerie mengurai senyum miringnya sambil tetap memandangi William dengan suatu tatapan yang tidak terbaca. William tidak menyahutnya, ia tetap menunggu Valerie untuk menyelesaikan perkataannya.

"Seandainya— aku tidak ingin kembali bersama Ryan. Apa kau mau menerimaku ?"

William berjengit singkat mendengar pertanyaan itu "Apa ?" hanya dalam waktu singkat tubuh tegapnya menegang kalut dalam sebuah perasaan dan kesempatan yang berada di luar batas. Ia mengalihkan pandangannya meski kedua tangannya tetap tertaut erat pada tangan wanita di hadapannya.

Pertanyaan macam apa ini, tolong jangan memancingku—

Ya, tentu saja ini pertanyaan yang sangat memancing dirinya. Setelah semua usahanya untuk mengusir perasaan di hatinya, kini Valerie kembali mengurainya dengan mudah hanya dengan satu pertanyaan. Berucap seolah ada kesempatan yang mungkin bisa diberikan kepada dirinya.

Valerie masih terdiam, menelan rasa malu atas kelancangannya karena bertanya demikian. Tidak ada maksud lain sebenarnya. Ia hanya ingin bertanya saja pada William karena terkadang sikap pria itu terus-terusan membuatnya merasa spesial. Seolah tidak ada yang terjadi sebelum ini di antara dirinya dengan Ryan, dan melupakan fakta bahwa anak yang ada di dalam kandungannya bukan darah daging William.

Namun cara pria itu memperlakukannya, ah— Valerie terharu sekali. Hingga pikiran ini tiba-tiba menyambangi dan berani membuatnya bertanya demikian.

William meremas tangan Valerie pelan, berusaha untuk mengangkat pandangannya lagi meski sulit. Tubuhnya memanas, sebuah rasa di dadanya bergelombang tidak menentu.

"Kau tidak bisa menjawabnya William." tuding Valerie lalu menghela napas kecewa. William ikut menghembuskan napas tercekatnya dan kembali menatap manik mata coklat di hadapannya. Berusaha mengalirkan perasaan terpendamnya yang mungkin tidak akan pernah hilang dari hatinya.

Meski ribuan wanita datang padanya dengan hati baik dan sikap yang hangat. Hanya Valerie yang bisa membuat pintu hatinya terketuk, membuatnya jatuh hati secara sempurna seperti ini.

Ya, hanya Valerie yang ia inginkan.

TBC

MY WILD HUSBAND | ENDWhere stories live. Discover now