30 - Flashback

23.4K 1.2K 21
                                    

Ryan melangkah turun dari mobil mewahnya lalu berjalan melewati pekarangan rumahnya sebelum tiba di pintu masuk. Langkahnya terhenti dengan perasaan sedih yang tiba-tiba berkecamuk sendirinya.

Sudah hampir tiga bulan ia tidak menjejakkan kakinya di rumah ini karena banyak hal. Dan yang utama adalah karena ia tak ingin mengingat banyaknya kenangan yang ada meski tak semuanya buruk. Namun ia akan menganggapnya begitu selama Valerie belum kembali ke sisinya.

Ia melangkahkan kakinya masuk dan berjalan menuju kamar. Mengambil sebotol anggur lalu merebahkan dirinya pada salah satu kursi malas yang ada di teras kamarnya.

Menyesap anggurnya perlahan lalu terdiam sendu. Bayangan pertemuannya dengan wanita yang ia cintai tiga hari lalu, kembali melintas dalam benaknya. Ia senang, bisa melihat Valerie lagi. Sekaligus hancur dalam kesedihan karena wanita itu seolah sudah menghapus dirinya dari hidupnya.

Padahal bukan itu yang ia mau. Ryan mengakui jika ia memang pria tak tahu diri yang bisa-bisanya mengharapkan ketulusan hati dari seorang wanita yang sudah ia sakiti. Bukankah kalo Valerie menolaknya itu adalah hal yang wajar ? Sudah sepantasnya ia menerima keputusan seperti itu.

Namun tetap saja— Ryan menghela napasnya dan kembali menyesap anggurnya lalu mendengus kasar. Janji yang diberikan William seolah menjadi cahaya untuknya. Dan untuk itulah ia kembali lagi ke London, berjanji untuk mengatur semuanya baik lagi.

Ryan akan lakukan apapun untuk membuat Valerie kembali lagi dalam hidupnya, kembali dalam dekapannya dan kembali menjadi miliknya. Seulas senyum samar terlihat setelahnya, membayangkan seorang bayi akan lahir di tengah-tengah mereka beberapa bulan lagi.

Angan-angan itu hanya akan terlaksana jika Valerie berubah pikiran dan mau kembali padanya. Jika tidak ? Ryan menggeleng sedih, ia tidak mau hal itu terjadi. Ratusan tahun menunggu pun tidak masalah untuknya, asal Valerie kembali padanya.

Ryan meletakkan gelas anggurnya dan memandangi awan jingga yang berarak lembut di atas sana. Entah mengapa dadanya berdesir hangat seolah sedang menatap mata indah milik wanitanya yang selalu ia rindukan.

Setitik air mata kembali bergulir pada wajahnya. Ryan mengusapnya dan mengurai senyum samarnya,

Kau pasti akan kembali padaku sayang. Aku akan selalu menunggumu.

*

William menegang begitu tidak menemukan Valerie di kamarnya, atau di ruangan manapun yang ada di penthouse nya. Ia langsung menghubungi Andreas dengan gusar.

"Sial," panggilan itu tidak terjawab. William berdecak kesal, ia terus menghubungi Andreas juga Valerie bergantian. Baru saja ia hendak mengangkat ponselnya lagi, suara pintu depan yang terbuka langsung membuatnya menoleh lega.

Valerie berjalan masuk dengan membawa paperbag besar yang cukup berisi. Ia mengabaikan tatap khawatir William yang ditujukan padanya dan dengan acuh berjalan menuju dapur.

William menghela napas pelan melihatnya, ia menyusul wanita itu ke dapur dengan tenang. Ya, sudah hampir satu minggu mereka berdiam terus seperti ini. Lebih tepatnya Valerie selalu menghindar jika ia mengajaknya berbicara, dan hari ini wanita itu malah pergi tanpa seiijinnya. Andreas bahkan tidak mengatakan apapun padanya.

"Valerie."

Valerie melepas mantelnya lalu mulai mengeluarkan beberapa bahan makanan yang dibelinya. William berdecak pelan dalam hatinya, dengan cepat ia menarik sebelah tangan wanita itu dan menghalangi langkahnya menuju kulkas.

"Aku memanggilmu Valerie." ucap William lembut. Menatap hangat manik mata sinis di hadapannya yang perlahan melunak dengan sendirinya "Menyingkirlah."

"Kenapa kau tidak beritahu aku kalau kau mau pergi ?" Valerie tidak membalasnya, ia berusaha menarik tangannya dari genggaman erat William "Kau masih marah padaku ?"

"Tidak."

"Tatap aku."

"Menyingkirlah William." William langsung memeluk tubuh wanita di hadapannya hangat. Menyingkirkan ketegangan yang menyelimuti mereka sejak satu minggu terakhir, dan membuat perasaan lama itu terus menguat setiap harinya.

Ia rindu sekali dengan aroma manis yang menyapu penciumannya sejak beberapa tahun lalu. Lalu menghilang, dan kembali lagi beberapa bulan terakhir dalam hidupnya. Memutar kenangan lama memang selalu menyakitkannya, namun ia menepis perasaan itu dan coba untuk berfokus pada tujuannya saat ini.

Mengembalikan Valerie pada Ryan yang sudah menunggunya.

"Aku minta maaf Valerie, aku minta maaf."

TBC

[AKU LULUS KEMARIN! Jangan lupa follow aku untuk info yang akan sering aku publish di wall wattpad aku ya. Dan jangan lupa untuk cek work aku yang lain. Tengs!!! ]

MY WILD HUSBAND | ENDWhere stories live. Discover now