17. Her Favorite Back

256 30 11
                                    

17. Her Favorite Back

Semuanya terlihat baik-baik saja, nyaris sempurna.

Megan mempunyai hobi baru setelah jam kedua, mengintip seseorang.

Sungguh memalukan ketika diam-diam ia menyudut bersembunyi di pintu sedang telinganya dengan rakus mendengar piano itu berdenting indah menyatu dengan udara.

Bukan hanya telinganya saja yang sibuk, mata indahnya pun diam-diam bekerja.

Beberapa minggu ini secara tak sadar, ia mempelajari hal lain dari Dave.

Dave sering memainkan dua lagu, jika nada yang ia gunakan cepat maka sebagian tubuh Dave akan bergerak senada.

Rambut hitam dan punggung tegap miliknyalah yang paling sering menjadi objek pandangan Megan.

My favorite backs, begitu yang Megan pikirkan.

Megan sering memerah menahan malu mengingat kejadian di danau dulu.

Dave adalah senior satu tingkatnya. Setahu yang Megan ingat, Dave melakukan CPR.

Megan menyentuh bibirnya pelan dan menggeleng kuat.

Punggung itupun yang dulu dipeluknya, punggung favoritnya. Megan menggeleng lagi.

"Kau berlebihan, Megan. Dia hanya menolongmu." Megan berbisik.

Ia menepuk keningnya dengan buku, tapi sial, salah satu pulpen yang terselip di tengah halaman terjatuh membuat Megan berdiri kaku.

"Siapa?" teriak seseorang dari ruangan. Megan tidak berpikir dua kali untuk berlari.

Jantungnya hampir terlepas rasanya ketika suara Dave menggema lagi, terdengar semakin dekat. "Siapa?"

Tapi bukan Megan namanya jika ia tidak memanfaatkan latihan jogging yang Claire berikan selama musim panas ini. Ia berhasil kabur.

Di sisi lain, tampak Dave yang kebingungan memandang pintu ruang musik yang terbuka.

Ia tahu tadi ada seseorang di sana. Dave menggidikkan bahu cuek, mungkin salah firasat saja.

Tapi saat akan meninggalkan ruangan, ia melihat satu bukti yang meyakinkan dugaannya.

Yah, tadi ada seseorang di sana.

***

"Aku tahu kau tampak aneh belakangan ini. Aku selalu menunggumu lebih lama. Jangan katakan kau berpikir untuk mengambil kelas tambahan di jam istirahat?" komentar Claire saat Megan datang dalam keadaan pucat.

Claire meneliti Megan yang menarik napas patah-patah.

"Seingatku latihan lari kita sudah berakhir. Kau habis mengintip seseorang dan ketahuan?"

Megan yang baru meminum jus milik Claire pun langsung tersedak dan cairannya keluar dari mulutnya sedikit, hampir saja mengenai Claire.

Diana dan Steph yang duduk di sisi lain tertawa melihat tingkah Claire.

Kedua gadis itu sudah resmi menjadi teman mereka berdua tanpa sengaja.

Hanya karena meja kantin yang selalu penuh, keduanya menjadi akrab seiring waktu.

"Maaf," ucap Megan tak ingin mereka memperpanjang.

Ia menatap sekilas Claire yang masih curiga, tapi setelah ia berkomentar Megan menarik napas lega.

"Gantikan jusku, Meg." Megan tertawa dan berdiri untuk mengambil makanan untuknya dan sebotol jus untuk Claire.

"Girls, we have one problem," ungkap Diana tiba-tiba . "Kita punya tugas Algebra yang harus diselesaikan sebelum weekend berakhir. Dan minggu nanti, aku harus ke suatu tempat. Bisakah kita mengerjakannya bersama?" tambah Diana yang berambut merah pada keduanya.

Claire mendengus senang. "Hmm. I've got an idea."

Pandangan Claire tertuju pada satu orang yang datang membawa nampan makanan.

Diana dan Steph yang bingung mengikuti arah pandang gadis itu. Matanya tertuju pada Megan yang baru datang dengan nampan makanan.

Megan yang bingung ditatap, mencicit pelan.

Siapa tahu di wajahnya ada tanda yang begitu kentara bahwa ia habis mengintip seseorang dan hampir ketahuan.

"Ada yang salah dengan wajahku?"

Claire menyeringai.

"Pajamas party," pekik Claire senang sambil mengangkat tangan ke udara.

Megan pun bertambah bingung. Apalagi Diana dan Steph juga ikut bersorak.

"We're gonna dance on your bedroom, baby Meg. Say welcome to our weekend."

09072017

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

09072017

With Love

The Hidden Feelings (Semua Orang Punya Luka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang