3. The Sorrow

358 53 9
                                    

3. The Sorrow


Bagi Megan tak ada yang lebih menyakitkan melihat Luwina, ibunya, berjuang melawan penyakit ganas seorang diri.

Pengetahuannya tentang penyakit ini hanya didapatkan dari internet. Membacanya saja membuat Megan gemetar, apalagi harus menyaksikan langsung.

Luwina harus menjalani perawatan rawat inap di rumah sakit karena rangkaian kemoterapi harus dilaluinya.

Megan jarang ada waktu untuk pulang ke rumah. Sehabis dari sekolah ia akan langsung menjenguk Luwina di rumah sakit.

Dalam hati ia sebenarnya bersyukur karena tidak harus menghabiskan waktunya menyaksikan Owen memuja gadis lain.

Nilai Megan di sekolah menurun, hubungannya dengan Owen merenggang, waktu yang dihabiskannya lebih banyak untuk merenung.

Tapi Megan tidak menampakkan itu. Ia seakan meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia baik-baik saja.

"Hi, Princess, bagaimana sekolahmu sayang?" tanya Luwina disisa kesadaran.

"Baik, Mom. Jangan khawatirkan aku ya, aku baik," ucap Megan dengan senyum tulus. Luwina yang meski setengah sadar menyadari perubahan sikap Megan yang jauh lebih pendiam.

"Kemari, sayang," panggil Luwina. Tangan kirinya yang terpasang infus bergerak mengajak Megan mendekat.

Megan menurut.

Tangan kanan yang tidak terpasang infus mengelus rambutnya. "My Megan, the one and only my Princess. Kau mau mendengarkan Ibu, sayang?" Megan mengangguk pelan. Luwina menyiapkan dirinya.

"Suatu saat nanti... kau harus jadi wanita yang kuat, sayang. Sebesar apapun masalahmu..." ucap Luwina terhenti karena menahan tangis yang ingin meledak.

Megan melihat itu dari raut wajah ibunya dan dari bibirnya yang bergetar.

"Kau harus kuat. Janji padaku, hmm?" lanjutnya.

Megan tidak menjawab, ia hanya menangis dan membenamkan wajahnya di dada Luwina. Sesaat kemudian ia mengangguk meyakinkan Luwina. Meskipun Megan tidak yakin dengan dirinya sendiri.

Dan malam itu, tak menggenapi bulan ke enam seperti yang diperkirakan, Luwina menutup mata selama-lamanya. Meninggalkan Megan yang bahkan masih belum menginjak high school.

Seluruh tubuh Megan gemetar, ia mengguncang tubuh tak bernyawa ibunya.

Megan menatap lekat bola mata yang sudah tertutup dan berharap Luwina membuka matanya kembali.

"MOM, BANGUUUUN. Ayooo bangun! Jangan tinggalkan aku sendiriii."

Megan menutup matanya. Tangisnya meledak, bahkan terdengar mirip seperti suara hewan yang kesakitan.

Megan belum mengatakan 'I Love You'.

Hingga meskipun lidahnya perih, kata-kata itu tak akan sampai di telinga Ibunya lagi.

Hingga meskipun lidahnya perih, kata-kata itu tak akan sampai di telinga Ibunya lagi

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

25022017

With Love

The Hidden Feelings (Semua Orang Punya Luka)Where stories live. Discover now