4. The Funeral

319 53 9
                                    

4. The Funeral


Robert menyeka air matanya, sesekali mengangkat kacamata dan menekan saputangan di sana.

Pemakaman Luwina telah selesai dilakukan. Megan tahu ayahnya tak bisa membendung rasa kehilangan yang dirasakannya hari ini.

Berbeda dengan Megan, ia menahan semua kesedihan itu.

Para tetangga dan kerabat silih berganti menepuk bahu anak gadis itu, sesekali memberinya kata-kata semangat, sesekali mengulur tangan untuk memeluk Megan.

Tapi Megan tetap diam menatap pusara kaku itu.

Seakan dengan melihat gundukan tanah yang baru digali itu bisa membuat Luwina, ibunya, bisa bangkit kembali.

"Meggy..." panggil seseorang dari belakang. Yang dimaksud, masih bergeming.

"Meggy... Are you oke?" Hanya satu suara itu, dan Megan memutus kontak mata dengan kuburan Luwina. Itu suara Owen. Owen selalu memanggilnya Meggy. Dia Meggy-nya.

Megan menangkap mata Owen. Mata yang selalu memberinya semangat, selalu mendukung dan bersahabat. Tapi hari ini bahkan menatap wajahnya, Megan menjadi risih.

Ia tak ingin dikasihani Owen, sahabatnya sendiri. Cukup ia dikasihani oleh tetangga dan kerabat yang memasang wajah sedih tadi. Cukup.

"Aku tidak apa-apa," jawab Megan dingin. Kembali menatap ke bawah.

"Meggy, listen to me, please. I'm always here for you. Always. Kau bisa datang padaku dan berbagi kesedihan. Aku mohon. Kau bukan Meggy. Meggy yang kukenal adalah sahabatku yang selalu ceria."

Seketika pandangannya kembali ke wajah Owen, mata Megan memicing meneliti. "Aku tidak butuh dikasihani. Lagipula kau juga bukan Owen yang kukenal. Pergilah! Aku tak ada urusan denganmu lagi," bentak Megan.

Megan dapat menangkap kekagetan dan kekecewaan Owen padanya bahkan hanya dari ujung matanya.

Owen secara tidak sadar dan sedikit demi sedikit mundur perlahan menjauhi Megan yang masih berdiri kaku dan Robert yang makin merintih di bawah.

Sejurus kemudian Megan merasa bersalah akan perkataannya tadi, ia menyesal.

Megan mengangkat kepalanya untuk mencari Owen, tapi di ujung jalan sana Sarah berjalan di samping Owen. Tangan Sarah nampak mengelus punggung Owen, dan seketika Megan merasa dikhianati, merasa terabaikan.

Bukankah seharusnya Owen mencoba lebih keras membujukku, menghiburku, pikirnya.

Dan pemakaman hari ini bukan hanya pemakaman untuk jasad kaku ibu yang disayanginya saja, tapi juga untuk persahabatannya dengan Owen.

Megan mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Namun air mata yang ingin mengkhianati itu mulai menggenang di pelupuk matanya.

Ia terluka.

Ia terluka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

26022017

With Love

The Hidden Feelings (Semua Orang Punya Luka)Where stories live. Discover now