33. The Chit Chat And Letter

244 23 21
                                    

33. The Chit Chat And Letter


Malam hari setelah pertandingan berakhir, Megan dan ketiga sahabatnya melesat ke arah restoran Italy milik orang tua kapten tim football sekolah mereka.

Setelah sampai di sana, Megan, Steph dan Diana terpaku. Ternyata makan enak yang dikatakan Claire tadi adalah sebuah perayaan kemenangan, bukan hanya mereka berempat.

Ada Dave dan kelompok footballnya, juga Claire dan kelompok cheersnya. Sisanya, mereka yang populer atau yang berani mati.
Megan, Steph dan Diana termasuk dalam pilihan berani mati. Ketiganya merasa salah tempat.

"Bukankah berlebihan merayakan pesta kemenangan pertama sebesar ini," komentar Diana, tak setuju. Sangat kontras dengan tindakannya yang sedang menyeruput spaghetti secara beringas lalu ber-ah ria.

Sepertinya kata salah tempat tidak ada dalam kamus gadis itu.

"Tapi kuakui spaghetti mereka benar-benar lezat," puji Diana. Claire menggeleng mendengar ocehan temannya itu lalu melirik dua gadis di hadapannya dengan kesibukan masing-masing.

Steph sibuk menatap layar ponselnya sedari tadi dan Megan duduk tidak tenang.

Ada hal yang membuat Megan resah saat ini yaitu karena Dave bertanya perihal Owen. Megan mengaku akan menceritakan semuanya, tapi ia begitu takut akan reaksi Dave nanti. Jelas sekali Dave terlihat kecewa. Buktinya tadi sesaat setelah Dave menanyakan perihal Owen, Dave menghambur meninggalkan Megan seorang diri di lapangan.

"Claire, kau tidak ingin bergabung satu meja dengan timmu di sana?" tanya Megan tiba-tiba, bingung karena Claire lebih memilih duduk di antara ketiga sahabatnya. Terlebih ia sengaja memilih meja yang paling tersembunyi.

Claire berdecak kesal mendengar itu. "Jangan berpura-pura tidak tahu kalau aku bukan orang yang diandalkan di sana, Meg. Aku muak melihat mereka yang seperti gadis jalang. Lagipula disinilah tempatku, bersama kalian."

Megan melirik ke arah meja anggota cheers di tengah restoran. Gerombolan gadis itu menjadi pusat perhatian semua orang. Tidak ada yang tidak mengenal wajah cantik mereka. Apalagi sang kapten, Gregoria, senior dua tingkat di atas Claire.

"Coba kalian lihat Hana," tunjuk Claire malas. "Gadis berambut merah itu bahkan terang-terangan berduaan di ruang ganti dengan Troy. Dan kalian tahu 'kan siapa Troy. Pria itu membawa pengaman lebih banyak dari buku sekolah. Hana menciumnya seperti vampire. Aku tidak mau membayangkan hal apa yang mereka lakukan di sana," lanjut Claire mengerutkan dahi. Di sampingnya, Diana berlagak seakan ingin muntah.

"Dan Si Kapten Gregoria," lanjut Claire. "Ia sering kulihat jalan dengan paman bermobil yang menunggunya sepulang latihan. Kau percaya itu? Ada desas desus kalau ia berhubungan dengan pria beristri," ungkap Claire berbisik.

Diana dan Megan terperanjat kaget mendengar hal itu, sedangkan Steph tiba-tiba tersedak makanannya sendiri. Pandangan Megan beralih ke arah Steph yang terbatuk. Kaget melihat wajah Steph yang putih makin kelihatan pucat.

"Kau baik-baik saja, Steph?" tanya Megan khawatir saat ia tak berhenti batuk lalu berusaha menenangkannya dengan mengelus punggung gadis itu. Steph mengangguk cepat sebagai jawaban lalu memegang dadanya.

"Iya, hanya tersedak, Megan," jawabnya lalu cepat-cepat meminum air.

Claire yang duduk di depan menghela napas. "Maaf, Steph. Saat ini aku merasa kesal karena sempat bertemu dengan pria brengsek di lapangan yang membuat darahku mendidih. Maaf aku jadi lebih sering mengumpat," ucapnya memandang Megan sekilas. "Dan setelah kupikir-pikir seharusnya kita makan di tempat lain saja."

The Hidden Feelings (Semua Orang Punya Luka)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن