7. The Nightmare

328 48 17
                                    

7. The Nightmare


Megan mempersiapkan dirinya dengan baik hari ini. Di antara perasaan gugup, takut, ragu, kecewa. Ada sedikit perasaan yang mengatakan bahwa menemui Owen adalah sebuah kesalahan.

Megan tak menampikkan dirinya, meskipun mulai memudar, ia masih peduli pada Owen. Masih mengharapkan kesempatan datang dan dewi cinta mendukung cintanya yang semu. Apalagi setelah mendengar berita putusnya Owen dengan Sarah.

Sebelum ke gedung olahraga, Megan tadi sempat memperhatikan wajahnya di cermin.

Mata Megan yang berwarna grey, hidung mancung, dan pipi gemuknya terpantul di sana. Megan bahkan sempat memoles lip balm pada bibirnya. Setidaknya tidak terlalu buruk sebagai kesan terakhir.

Kaki Megan yang berisi berhenti tepat di depan gedung yang letaknya terpisah dari gedung lain. Ia beberapa kali menarik napas dalam lalu melangkah dengan mantap.

Sepi.

Megan tak melihat siapapun saat memasuki gedung itu. Keheningan menggaung dan seketika bulu kuduknya meremang. Suasananya sedikit menakutkan.

Tidak, dia tidak boleh mundur.

"Owen?" bisik Megan pelan. Ia takut suaranya akan melengking hingga terdengar keluar. Padahal Megan tahu dengan pasti jam sekolah sudah berakhir dari tadi.

"Owen, kau dimana?"

"Owen, aku Meggy," akunya menyebut nama sebutan dari Owen seorang.

Ia tidak mendapat jawaban. Pandangannya mengedar beberapa kali dan ia tak melihat siapapun.

Hatinya mencelos. Ia mulai merasa Owen menipunya hari ini.

Megan berdiri beberapa menit mencerna kebodohannya dan mulai menyesali keputusannya hari ini. Claire pasti akan menertawakannya, sudah pasti.

Saat berbalik untuk pulang, Megan mendengar seseorang yang berbisik dari sayap kiri gedung.

"Ssssttttt... Sssttt. Kemarilah."

Megan meneliti sisi itu dan tak melihat siapapun di sana. Telinganya pasti salah mendengar. Ia mulai melangkah keluar karena mulai ketakutan saat suara itu kembali memanggil, kali ini ia jelas menangkap namanya.

"Meggy... Meggy..."

Meggy? Itu Owen.

"Owen?"

Tapi tak ada jawaban.

Gedung olahraga ini memiliki 3 pintu keluar. Satu pintu utama dan masing-masing di tiap sisinya. Megan melihat ada seseorang yang berdiri di luar pintu sisi kiri, tempat suara tadi berasal.

"Owen?" Langkah Megan yang ragu mulai memangkas jarak dari pintu tersebut. Ia yakin melihat seseorang di luar. Ia yakin itu Owen.

Pintu itu sedikit terbuka, dengan rasa penasaran yang makin membuncah, Megan memantapkan langkah melewati barisan kursi penonton.

Saat ia mengambil langkah terakhir, seseorang di atas berteriak sangat kencang, mengagetkannya.

"NOW!"

Refleks kepala Megan mendongak ke atas hanya untuk menerima serangan dingin yang tiba-tiba.

Belum sempat Megan bereaksi dengan apa yang baru saja terjadi, siswa laki-laki satu persatu muncul dari balik persembunyian. Suara tawa mereka menggelegar mengisi kehampaan gedung ini.

"Hahaha, dia benar-benar seperti karung yang basah."

"Wow, berhasil teman-teman. Toss."

"Good job."

Tubuh Megan benar-benar menggigil sekarang. Baru setelah ia mengetahui bahwa siswa tadi melemparkan sesuatu ke tubuhnya, ia baru bisa meneliti keadaan sekitar.

Seluruh tubuhnya basah karena mereka melemparkan seember es dengan sedikit air, ice bucket. Pandangannya kabur karena sesuatu yang lengket mengenai kepalanya, itu sejenis tepung.

Megan tidak menyeka wajah dan matanya sampai siswa tadi menghilang dengan tawa kepuasan. Ia bahkan tidak menangis.

Sudut matanya menangkap Owen di luar sana, berjalan di antara gerombolan siswa tadi dengan kepala tertunduk dan benar-benar menghilang.

Megan membiarkan tubuhnya kedinginan, giginya bergemeletuk kencang. Hingga beberapa menit berlalu, Megan mulai meninggalkan gedung itu.

Megan berharap semua ini hanya mimpi buruk. Tapi sayang, semakin lama ia berjalan dalam keadaan mengenaskan, semakin ia sadar ini kenyataan.

Yang menambah pilu dirinya adalah Owen sendiri yang melakukannya, sahabat sekaligus cinta pertamanya.

Sekarang Megan berpikir penderitaannya ini harus segera ia akhiri.

Tanpa satu keraguan pun Megan berkata dalam hati, "Iya, semua harus aku akhiri."

02032017

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

02032017

With Love

The Hidden Feelings (Semua Orang Punya Luka)Where stories live. Discover now