Part 17 - Rumour Has It

Mulai dari awal
                                    

"Untung saja kau tidak mentraktir lalapan. Bisa-bisa ia membersihkan tangannya dengan direndam karbol selama dua jam," sindir Pak Warno sambil memasukkan potongan makanan ke mulut. Pak Warno sudah hafal dengan kebiasaan Nic jadi dia tidak seterkejut Dilan. "Terlalu bersih itu juga tidak bagus. Kekebalan alami tubuhmu tidak terlatih."

Sejak kapan Pak Warno menjadi pakar kesehatan?

"Tadi aku membersihkan selokan." Nic beralasan, padahal sebenarnya tidak. Melihat selokan saja sudah membuatnya ingin pingsan, apalagi menyentuhnya. Sebenarnya setiap membersihkan toilet juga Nic sering mual-mual. Ditambah perasaan was-was jika sewaktu-waktu ia menemukan ada yang tertinggal dan mengambang. Untung saja tidak pernah.

Pak Warno berdecak. "Seharusnya Evelyn tidak perlu lagi bersih-bersih seperti yang diperintahkan Pak Daniel."

"Pak Daniel?" Dilan tiba-tiba tertarik. Nic melirik dengan was-was dan menelan makanannya pelan-pelan.

"Iya. Dia kan anak emas owner. Entah dia ingin bekerja atau tidak itu tidak masalah di sana. Tidak mungkin ada yang berani menegurnya apalagi memecat."

Gosip memang cepat menyebar setelah banyak orang melihat Nic bersama pria itu di lift.

"Jangan mengarang cerita sembarangan," gerutu Nic. "Jika kalian tahu kenyataan sebenarnya kalian pasti akan menganggapku karyawan paling apes di sana."

"Memang kenyataan sebenarnya bagaimana?" Dilan menoleh pada Nic. Aduh, untuk apa juga tadi Nic menjawab seperti itu?

"Yah, itu. Aku sebenarnya ingin bekerja menjadi tim penata musik." jawab Nic asal-asalan. Untung saja Nic memiliki jawaban, meski agak kurang meyakinkan. Semoga Dilan tidak banyak bertanya lagi.

"Bersabarlah. Kalau kau percaya suatu saat pasti akan ada kesempatan." hibur Dilan.

Nic mengangguk-angguk dan mulai memakan makanannya. Ia tidak ingin melanjutkan lagi. Belum ada beberapa detik ia makan tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Nic mengerang dalam hati. Apa itu panggilan ataukah pesan...atau mungkin itu balasan email Stevan? Tapi ia malu mengambil ponselnya di hadapan Dilan dan Pak Warno. Mengapa tadi ia lupa mengubahnya ke mode getar?

"Ponselmu berbunyi." ujar Dilan.

Cepat-cepat Nic menelan semua potongan salmonnya yang belum ia kunyah. Sial...rasanya sakit. Ia menunduk untuk melihat layar ponsel di bawah meja. Takut ketahuan Dilan dan Pak Warno. Bisa-bisa ia dituduh tukang pamer.

Besok jam delapan pagi. Tunggu di ruang meeting.

Ternyata hanya pesan dari Daniel. Mengganggu saja. Nic langsung menutup ponselnya lagi dan hendak memasukkan ke dalam tas.

"Hebat! Ponsel baru?"

Komentar Dilan hampir saja membuat Nic menjatuhkan ponselnya karena terkejut. Ternyata Nic tidak sadar Dilan menjulurkan tubuh dan melihat ponselnya.

"Dia punya ponsel sekarang?" tanya Pak Warno.

"Hmm." Dilan mengangguk. "Merk paling mahal. Model terbaru."

Mahal...?

MAHAL?!

Shit!! Nic sampai berteriak dalam hati. Ia tidak tahu menahu tentang itu. Kalau tahu begini seharusnya ia menolak saja kemarin. Memang berapa harga ponsel itu? Semoga saja tidak lebih dari tiga juta.

"Belum mendapat gaji saja kau sudah mampu membeli ponsel semacam itu? Kupikir kau pernah mengatakan sedang kekurangan uang. Dasar anak muda." Pak Warno menggeleng-geleng.

"Memangnya...tidak boleh?" Nic tidak tahu harus menjawab apa.

"Jujur saja, itu hadiah dari dia, bukan?"

Nic tersedak dan batuk-batuk. Bapak tua itu benar-benar selalu ceplas-ceplos dan membuat orang mati kutu.

"Hadiah dari Pak Daniel?" Dilan semakin tercengang.

"Sudah kubilang dia karyawan kesayangan..."

"Sudah. Cukup. Itu memang pemberian darinya. Puas?" potong Nic dengan kesal. "Tapi aku tidak mendapatkannya dengan gratis karena aku harus menggantinya dengan bekerja."

"Pekerjaan semacam apa?" Dilan semakin ingin tahu.

"Yang jelas bukan pekerjaan kotor seperti yang kalian pikirkan."

"Maaf," Dilan tertawa dan mengangkat kedua tangan. "Bukan salahku selalu berpikiran negatif. Aku sudah pernah mengatakan alasannya bukan? Dan dia juga memang selalu memberikan hadiah pada wanita yang pernah ia kencani. Tapi itu lebih seperti hadiah perpisahan karena dia tidak pernah terlihat bersama dengan wanita-wanita itu lagi."

Nic menggeleng. "Aku berani bersumpah aku bukan salah satunya."

"Ya. Ya. Kami selalu percaya." timpal Pak Warno. "Mana berani aku sampai tidak percaya pada anak kesayangan bos. Nanti bahaya."

"Pak!!" Nic hampir berteriak karena kesal.

Dilan tersenyum menengahi. "Sudahlah. Kita jangan terlalu ikut campur urusan pribadi Evelyn. Nanti kalau dia ingin bercerita biar dia melakukannya secara sukarela. Ayo lanjut makan."

Nic merasa lega Dilan memiliki batas kepo. Ia memang sering ingin tahu tapi tidak mencampuri urusan pribadi orang lain terlalu jauh. Akhirnya memang mereka tidak membahas lagi topik itu setelahnya. Hanya saja Nic sempat memikirkan ucapan Dilan tadi. Ia mendapatkan satu lagi informasi yang harus ia masukkan dalam daftar keburukan Daniel.

Dan besok ia harus bersama dengan pria itu. Cobaan macam apa yang akan ia jalani?

🌸🌸🌸

DANIEL AND NICOLETTE  (SUDAH DISERIESKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang