Wattpad Original
Ada 31 bab gratis lagi

Part 8 - The Lost Child

325K 25.5K 936
                                    

"Untuk apa kalian bertiga kemari?"

Seperti biasa kata-kata itu diucapkan oleh Sean setiap kali melihat Daniel, Rayhan dan Budi masuk ke dalam ruangannya. Mereka selalu muncul tiba-tiba tanpa mengetuk pintu atau pemberitahuan seakan-akan kantornya adalah fasilitas umum. Sudah berbagai macam cara pernah ia lakukan agar ketiga orang itu tidak bisa masuk dengan sembarangan ke dalam kantornya, tapi entah kenapa selalu tidak mempan. Mereka selalu berhasil masuk dan akhirnya Sean menyerah.

"Kami takut kau berpikiran kalau kami sudah lupa padamu. Makanya kami selalu berkunjung." sahut Daniel sambil mengambil tempatnya di sofa dan menaikkan kaki ke meja.

"Aku tidak akan berpikiran sejauh itu. Malah aku sebenarnya tidak pernah sempat memikirkan kalian."

"Sebenarnya kau juga yang salah, Sean. Kau tidak pernah keluar kantormu dan mengunjungi kami. Jadi apa boleh buat, kami yang mengunjungimu," tambah Rayhan dengan tampang jail.

Sepertinya sifat Rayhan sudah kembali riang seperti semula semenjak menikah. Ia agak khawatir saat dulu melihat Rayhan yang terlalu serius dan memikirkan masalahnya terlalu dalam. Hanya saja sekarang Sean yang harus kembali waspada. Satu orang Daniel cukup menyebalkan, apalagi ditambah dukungan Rayhan. Bahkan Budi pun sekarang mulai terkontaminasi akibat ajaran sesat mereka. Dunia Sean semakin mengkhawatirkan. Di sisi lain pun ia juga memiliki musuh yakni mertuanya, si Pak Tua~Sean sebenarnya sudah lupa nama asli mertuanya~yang tidak mau mengakuinya sebagai menantu hingga detik ini hanya gara-gara banyak insiden yang terjadi sebelum Sean menikahi putri si Pak Tua.

"Kau sebenarnya hanya berpura-pura tidak peduli, Sean. Kau hanya gengsi, padahal kau sebenarnya peduli. Daniel yang mengatakannya padaku. Katanya kau domba berbulu serigala," Budi tertawa sendirian dan langsung berhenti perlahan setelah mendapatkan tatapan tajam dari Sean. "Benar, kan?" Ia langsung melirik kepada Daniel dan Rayhan yang pura-pura memalingkan wajah. Sungguh teman yang baik.

"Lalu untuk apa kalian kemari? Selain untuk menggangguku tentunya," lanjut Sean.

"Ini karena aku, Sean. Aku mengundangmu sekeluarga untuk menghadiri pesta yang kuadakan dalam waktu dekat ini untuk premiere film terbaru yang diproduseri perusahaanku." Daniel berjalan dan meletakkan undangan berwarna hitam dengan corak emas di meja kerja Sean.

"Seharusnya kau bisa mengirimkan undangan lewat kurir atau karyawanmu! Tidak perlu repot-repot kemari," sindir Sean. "Lagipula aku tidak suka menonton film terutama film-film tidak bermutu hasil karya PHmu."

"Apa boleh buat. Film-film yang kaukatakan tidak bermutu itu laris di pasaran. Perusahaanku kan juga harus mendapatkan keuntungan," Daniel mengangkat bahu acuh tak acuh. "Tapi kali ini berbeda. Ini film tentang autobiografi seorang tokoh di Indonesia dan aku tidak mengharapkan keuntungan. Selain itu, aku yakin Valeria akan senang saat tahu siapa pemeran utamanya. Apa kau tidak ingin menyenangkan Valeria?"

Sean menatap undangan itu dengan serius.

Daniel tertawa dalam hati. Ia sudah tahu kelemahan Sean sejak dulu dan dapat dipastikan Sean akan datang ke pestanya. Dengan catatan Valeria benar-benar melihat undangan itu. Sebuah pesta akan sangat membosankan bagi Daniel. Tapi berbeda jika ada Sean dan Valeria, Daniel bisa mendapatkan sedikit hiburan dengan mengganggu mereka.

"Omong-omong, Sean. Tadi kami melihat detektif yang dulu kausewa keluar dari ruangan ini. Memangnya kau ada masalah lagi?" potong Rayhan. Dulu Sean memang sempat menyewa detektif karena Valeria sempat menghilang saat awal-awal pernikahannya, tapi itu dikarenakan kesalahpahaman.

"Mungkin ia menyewa detektif itu untuk membuntuti Valeria. Sean takut dicampakkan." Daniel tertawa sambil duduk kembali di samping Rayhan.

"Itu tidak ada hubungannya dengan Valeria!" sahut Sean tidak terima. "Aku menyewanya untuk mencari keponakanku. Anak dari almarhumah kakakku."

"Michelle? Aku ingat ia dulunya menikah muda. Jadi dia memiliki anak?" Budi terperangah.

Budi yang merupakan teman lama Sean~meski tidak pernah benar-benar dekat~mengenal bagaimana seluk beluk keluarga Martadinata sejak dulu. Ayah Sean saat masih hidup adalah seorang pengusaha yang diktaktor dan perfeksionis. Ia bahkan tega menikahkan paksa putrinya, Michelle, hanya demi menambah puing-puing kekayaan dan koneksi. Michelle kini telah tiada karena ambisi itu dan membuat Sean bersalah seumur hidup karena gagal melindungi kakaknya.

"Iya dia memiliki anak sebelum meninggal. Dan kini aku sedang mencarinya." gumam Sean.

Rayhan dan Daniel yang tidak mengenal riwayat hidup Sean hanya mendengarkan dan tidak berkomentar. Mereka bukan ahlinya untuk memberikan pendapat dalam hal-hal yang bersifat serius.

"Apa kau sudah menemukan informasi tentangnya?" lanjut Budi lagi.

Sean menggeleng. "Hanya sedikit. Aku bahkan tidak tahu seperti apa wajahnya. Kemungkinan ia diangkat anak asuh oleh seseorang dan berganti nama keluarga. Itu yang membuatnya semakin sulit untuk ditelusuri."

"Semoga kau cepat menemukannya, Sean."

Sean mengangguk. "Iya, semoga..."

🌸🌸🌸

DANIEL AND NICOLETTE  (SUDAH DISERIESKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang