Wattpad Original
Ada 32 bab gratis lagi

Part 7 - Dilan

364K 29K 1.5K
                                    

Kemarin Nic kehilangan kesempatan untuk mengunjungi ruang musik karena ruangan itu terkunci. Pagi ini ia berhasil meminta Pak Warno untuk menukar jadwal dengan OB rekan Pak Warno sehingga ia bisa bekerja di lantai yang sama kembali. Entah apa kuasa Pak Warno sehingga tidak ada OB lain yang mempermasalahkan tukar menukar jadwal itu. Bahkan pagi ini Pak Warno membiarkannya membersihkan ruang musik.

Ruangan itu sepi dan Nic bersorak gembira dalam hati karenanya. Berbagai alat musik ada di sana dan di sebelah kiri ruangan terdapat studio berbatas kaca. Cepat-cepat Nic menyelesaikan pekerjaan bersih-bersihnya terlebih dulu dengan bersemangat kembali.

Sejak tadi ia sudah melirik sebuah grand piano yang ada sudut ruangan. Nic tidak menyangka akan ada grand piano di sana. Ia lebih suka memainkan itu dibanding keyboard atau digital piano.

Usai membersihkan lantai dan kaca, Nic mengelap piano itu berkali-kali agar tampak lebih bersih. Rasanya ia ingin menangis hanya karena dapat menyentuh benda itu kembali. Di rumahnya dulu juga ada grand piano. Dan Nic sering berduet memainkan piano bersama ibunya atau kadang Stevan. Betapa Nic merindukan mereka.

Seandainya ia dapat memainkan piano itu...

Nic berhenti mengelap dan melihat ke pintu keluar yang tertutup. Ruangan itu kedap suara. Dan Pak Warno mengatakan para penata musik lebih sering bekerja di studio lain yang terpisah dengan gedung tersebut. Berarti jarang ada yang ke sana bukan?

Jarinya menekan sebuah tuts sehingga piano itu berbunyi. Ia melirik ke pintu dan sekeliling ruangan kembali dengan gugup dan menunggu sejenak. Ternyata tidak ada satpam atau satpol PP yang datang menggerebeknya karena telah melanggar aturan.

Langsung saja Nic duduk di kursi kecil yang ada di depan piano tersebut dan jari-jarinya mulai bermain di atas tuts-tuts piano. Musik pun mengalun dan Nic mulai merasa hidup kembali. Ia merasa lega bahwa tangannya secara otomatis masih bisa memainkan nada-nada yang ia ingat dalam pikirannya meski sudah sangat lama ia tidak memainkan piano. Awalnya ia memainkan Air dari Johann Sebastian Bach tetapi musik mellow itu hanya membuat hatinya semakin melankolis sehingga Nic langsung menggantinya dengan Piano Sonata No. 16 in C mayor gubahan Mozart yang lebih ceria. Dan permainan terakhirnya tersebut cukup membuat hatinya lega kembali.

Plok plok plok!

Bunyi tepuk tangan yang berasal dari dekat pintu membuat Nic terlunjak kaget dan hampir jatuh dari tempat duduknya. Ia langsung menoleh dan melihat seorang pemuda sedang bersandar dekat rak yang ada di samping pintu. Pemuda itu berkulit gelap, dan bertato di sepanjang lengan kirinya. Ia mengenakan kaus oblong dan celana jeans santai serta sepatu kets. Penampilannya mirip kriminal.

"Bravo!! Hebat! Hebat!" ujarnya.

"Siapa kau?" tanya Nic panik.

Pria itu langsung menaikkan alis. "Harusnya aku yang bertanya. Pak manager menyuruhku mengambil sesuatu di sini dan aku menemukanmu bermain piano. Siapa kau?"

"Jadi kau salah satu tim penata musik?" Nic bertanya balik.

"Bisa dibilang seperti itu. Orang-orang di sini memanggilku Dilan."

"Aku hanya sedang membersihkan ruangan ini," Nic berdiri dari kursinya dan segera menuju kereta dorong berisi peralatan bersih-bersihnya. Ia merasa kecewa dengan interupsi pria itu. Seharusnya ia bisa bermain musik lebih lama. "Dan sekarang aku sudah selesai."

"Wow!" mata Dilan semakin melebar kala melihat Nic membereskan alat kebersihannya. "Kau ternyata tukang bersih-bersih di sini?"

Nic hanya mengangguk singkat dengan acuh tak acuh.

"Tapi kau bisa bermain piano tadi. Seharusnya kau bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dibanding semua ini."

"Pemilik perusahaan memberiku pekerjaan ini. Yang penting ia membayarku."

DANIEL AND NICOLETTE  (SUDAH DISERIESKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang