PART 33 - JATUH SAKIT

Start from the beginning
                                    

"Mas nggak punya hak buat nyiksa dia!" kata rihandi sambil berjalan mendekat.

"Nggak usah ikut campur!" balas Fero tak kalah garang.

Lagi-lagi beberapa asisten rumah tangga yang menguping secara diam-diam sangat ketakutan apalagi melihat Jovi beberapa kali terkena tamparan.

"Dia bagian dari keluarga saya, jadi apapun yang terjadi padanya itu juga tanggung jawab saya!"

"tolong lah Mas, hentikan sifat Mas yang egois ini! Mas bisa membunuhnya jika terus seperti itu!" Rihandi menatap Fero.

Fero diam seribu bahasa.

"Biarkan dia menentukan keputusannya sendiri! Dia sudah dewasa, pasti sudah tahu mana yang baik dan buruk baginya."

Rihandi menarik napas pelan sebelum melanjutkan pembicaraannnya. "Seharusnya Mas ngerti, dia punya alasan tersendiri buat menunda ke Oxford tahun ini. Dan dia bahkan rela akan mengambil managemen nanti demi Mas!" jelas Rihandi, pria itu tadi tidak sengaja mendengar keributan yang sampai terdengar dari luar rumah.

"Seharusnya saya yang bilang gitu. Saya sudah rela jika Jovi tidak mau meneruskan perusahaan. Karena saya mencoba memahami dia!" balas Fero.

Jovi menyugar rambutnya frustasi, ditambah lagi dua orang dewasa beradu mulut di depannya. Itu membuatnya makin pusing.

"Cukup Pa! Om! Jovi ngaku salah, Pa, Jovi minta maaf udah ngecewain Papa. Tapi itu udah keputusan Jovi Pa, Jovi harap Papa bisa nerima itu semua," kata Jovi lirih.

"Jo!" Rihandi menyentuh bahu Jovi.

"Om nggak perlu terlalu membela Jovi. Jovi tahu, Jovi salah."

"Jovi mohon Pa... Percaya Jovi. Jovi nggak akan ngecewain Papa dan akan menjadi apa yang Papa inginkan."

Fero masih diam.

"Permisi Pa, Om, Jovi mau kembali," ujar Jovi.

Cowok itu kemudian melangkah keluar.

Sedangkan Rihandi masih menatap kakak iparnya itu dengan tatapan kesal.

"Permisi Mas, bukan saya lancang, saya ke sini untuk menyampaikan pesan dari Pak Julian." Rihandi memberikan sebuah amplop yang pastinya berisi surat.

***

"Fero memang benar-benar bodoh!" kata pria berkemeja hitam yang tengah bersantai di kursi panjang dekat kolam renang.

Seorang anak laki-laki diam-diam mengintip apa yang dilakukan oleh pria itu selagi ayahnya tidak ada di rumah.

Yah, Jovi menguping.

Tidak lama kemudian cowok berusia sekitar lima belas tahunan menghampiri pria itu.

"Om Fero memang bodoh Pa!" cowok itu, itu Meggy.

Jovi menatap kesal pada mereka, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.ia hanya bisa terus mendengarkan ayah dan anak itu berbicara.

Meggy mengambil segelas air putih yang berada di meja depannyalalu meminumnya.

"Untuk apa Fero meyekolahkan bocah itu. Sudah bagus bocah itu berada di rumah saja."

"Hmm. Siapa lagi kalau bukan Rihandi yang terus ikut campur Pa. Om Fero takhluk jika mendengarkan perkataan dia," sahut Meggy.

Ayah dan anak itu memang sedari dulu memiliki niatan buruk pada keluarga Fero. Reksa yang tidak lain adalah kakak kandung Fero sebenarnya sangat membenci sang adik. Karena menurutnya Fero selalu mendapatkan semuanya. Terutama kekayaan.

Dan Fero tidak tahu akan hal itu. Fero selalu bersikap baik pada kakaknya tersebut. Bahkan pekerjaan saja Fero yang memberikan karena Reksa bisa dibilang kurang beruntung dalam hal pekerjaan. pria itu sangat berbanding terbalik dengan sang adik. Sejak dulu, Fero memang lebih pandai dari sang kakak dan selalu menjadi kebanggan orang tua mereka.

Komisi Disiplin✔Where stories live. Discover now