01 - Hey, You-!

90.4K 3.2K 103
                                    

Hey.o balik lagi bersama Atha di another story :) seneng banget bisa update lagi dan ketemu sama kalian semua setelah sekian lama. Terimakasih untuk dukungan kalian yang bikin aku selalu punya semangat buat update :') ILY !

Enjoy 💞

*

Ryan Addison menepuk-nepuk jaket kulit hitam yang baru saja dibelinya seharga satu rumah mewah di kawasan Manhattan itu dengan kesal.

Ia baru saja melepas jaket kulitnya tadi sambil melangkah masuk ke dalam cafe. Semua berjalan baik-baik saja hingga tiba-tiba seorang wanita muda tidak sengaja menumpahkan minuman yang ada di tangannya ke atas jaket mahalnya itu karena tersandung sepatunya sendiri. Benar-benar ceroboh ! Dan lihat, wanita itu jadi sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Maafkan aku." ucapnya untuk yang kesekian kali. Tangan lembutnya mulai menepuk-nepuk bagian yang terkena coklat panasnya itu dengan sangat hati-hati, membuat Ryan berdecih sebal melihatnya "Aku baru saja membeli jaket ini, tapi sekarang kau merusaknya." meski begitu, tetap saja mata nakalnya berhasil menangkap siluet belahan dada yang cukup berisi dari wanita di hadapannya.

"Aku akan menggantinya jika benar-benar rusak." ucap wanita itu tanpa mengalihkan pandangannya.

"Menggantinya ? Kau tahu harga satu jaket ini ?" suara dengusan mengejek keluar setelahnya "Gaji seumur hidupmu bahkan tidak akan mampu mengganti barang mahal ini." mendengar ejekan itu, wanita muda ini seperti mengatupkan rahangnya menahan marah. Ia sudah minta maaf, berniat baik menggantinya, lalu sekarang malah direndahkan. Pria biadab, batinnya tidak suka.

"Lalu apa yang bisa kulakukan untuk menggantinya ?" Ryan terdiam kemudian menggulir matanya dari atas hingga bawah, memandangi wanita ceroboh di hadapannya yang menurutnya lumayan cantik. Dengan rambut pirang berkilau, potongan alis rapi yang berdempetan dengan kelopak matanya yang sesegar bunga pagi juga iris matanya yang menggoda bak lelehan coklat. Lekukan hidungnya juga lancip tanpa noda. Bibir padatnya yang berwarna merah muda itu pun juga tak luput dari pandangannya. Dan jangan lupakan
siluet bra hitam dibalik kemeja putih berbahan sifon yang masih saja tertangkap iris mata kelabunya dan berhasil membuatnya ingin menyusupkan tangan ke dalam sana.

Melihat mata indah wanita itu yang terus menunggunya berbicara, disengajakan oleh Ryan yang masih ingin dipandangi lurus-lurus seperti itu.

"Tidak ada ? Maaf, tapi aku masih ada rapat setelah ini."

"Apa kau tidak bisa bersabar ? Tidak lihat aku sedang berpikir ?" Ryan tersenyum puas dalam hatinya melihat wajah putih itu mulai memerah di kedua pipinya. Baru saja ia hendak membuka mulutnya kembali, wanita itu mengeluarkan dompet hitam polosnya lalu memberikan tiga lembar seratus dollar pada Ryan yang langsung mengangkat kedua alisnya tidak percaya.

"Ambil saja itu. Maaf, tapi aku masih banyak urusan." wanita itu mengambil seluruh bawaannya yang tadi ia letakkan "Maaf atas kecerobohanku." ia mengangguk sopan lalu melangkahkan kakinya pergi dari situ terburu-buru.

"Hei !" dengan cepat, Ryan mengejar wanita itu. Tapi sayang, kerumunan orang yang sedang menyeberangi jalan utama seakan menelan wanita itu yang tidak lagi terlihat pada pandangannya. Ia mendesis kesal "Sial !"

Padahal aku belum menyentuh dadanya yang berisi itu. Payah.

Seorang pelayan menghampirinya dan memberikan ia segelas kopi yang sudah dipesan "Ada yang bisa kubantu Tuan ?" ya, kejadian tadi berhasil membuat mood baiknya jadi rusak berantakan "Tidak ada." ucapnya singkat lalu berlalu pergi. Menaiki motor Triumph kesayangannya dan membelah padatnya hiruk-pikuk New York dengan suara motornya yang menderu.

MY WILD HUSBAND | ENDWhere stories live. Discover now