31

79.4K 4.9K 13
                                    

Beberapa hari telah berlalu. Bila dan Rian masih saja berdiaman. Sudah lumayan lama mereka tidak berbicara satu sama lain. Bertatap muka saja jarang, apalagi berbicara. Tiap bertemu, selalu tak berani berkata-kata. Walau di dalam, ada seribu kata yang terpendam.

Pagi ini, Bila tak menemukan keberadaan Rian. Biasanya, Bila selalu bertemu atau berpapasan dengannya tiap saat. Gadis itu sebenernya--di lubuk hati paling dalam--mencari keberadaan Rian.

"Woi!" Cintia memanggilnya,  membuatnya tersentak kaget.

"Ah! Kaget gue!" Bila mengernyitkan dahinya.

"Mikirin Rian, ya?" tanya Cintia.

Bila menatapnya kesal dan menggelengkan kepalanya. "Nggak!"

"Hayo loh! Sok-sok main tarik ulur. Ujungnya, lo sendiri kan yang kangen," ujar Rendy. Seperti biasa, Rendy selalu menghampiri meja Bila dan Cintia sebelum pelajaran dimulai.

"Bacot mulu lo!" Bila melempar pena-nya ke Rendy.

"Dih! Kenyataan kali," ujar Rendy, membuat Bila menghela nafasnya lesu.

"Udah ah! Lo gangguin Bila mulu," kata Cintia, meninju lengannya.

"Yah. Maaf say." Rendy merajuk.

"Yaudah. Lo balik sana ke kursi dy. Bentar lagi Pak Septa masuk," kata Bila, yang segera mengambil buku cetak dan latihan fisikanya.

"Bil! Lo udah buat PR Fisika belum?" tanya Cintia tiba-tiba, membuat Bila menoleh ke arahnya.

"Udah kok." Bila tersenyum tipis.

Gadis ini memang terbilang rajin kalau yang namanya membuat PR. Kalau yang biasanya tiap pagi teman-temannya selalu berkumpul ke satu meja untuk menyalin PR, gadis ini hanya duduk santai di kursinya, sambil membaca novelnya atau mendengarkan lagu dari hapenya.

"Hah?! Serius lo! Gue belum aelah!" Cintia menjadi panik seketika. Pak Septa pasti memberikannya hukuman lagi karena tidak membuat PR.

"Yah! Jangan panik dong! Gue ikut panik nih. Gue juga belom masalahnya," balas Rendy, yang kemudian ikut panik disampingnya. Nah, kalau bocah satu ini memang langganan-nya gak buat tugas.

"Yaudah. Cepet liat punya gue aja," kata Mona, yang menghampiri mereka berdua.

Sayangnya, Rachel lagi sibuk karena menunggu hasil pengumuman olimpiade di ruang tata usaha. Sehingga, gadis itu dispensasi sebentar untuk pelajaran fisika.

"Serius lo buat? Gue gak percaya." Rendy menaikkan alisnya tak percaya. Mona, yang sama iyanya dengan Rendy dan Cintia yang kadang tak buat PR itu, tiba-tiba membuat PR. Entah gadis itu makan apa yang bisa membuatnya serajin itu.

"Dih! Gini-gini gue juga belajar kali! Kalau lo ga mau yaudah gak usah liat." Mona mengambil buku yang berada di tangan Rendy. Namun, ditahannya.

"Iyadeh! Mona yang baik. Rendy yang ganteng ini liat ya. Yang penting gue buat aja deh," ujar Rendy, kemudian mengajak Cintia untuk menyontek punya Mona.

"Mau ya, Mona? Mona yang cantik?" Cintia juga ikut membujuknya.

Bila tertawa kecil melihat Rendy dan Cintia yang bekerjasama membujuk Mona agar gadis itu mau memperlihatkan PR-nya.

Sweet EnemyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora