27

82.3K 5.2K 43
                                    

The worst kind of pain is when you're smiling just to stop the tears from falling.

***

Bila berlari menjauh dan sampailah ia di gedung lama tempat ia melihat Rian pertama kali bernyanyi dan memainkan gitarnya. Memori awal mengenai dirinya dan Rian di gedung itu membuat perasaannya meluap. Sakit. Itulah yang ia rasakan sekarang. Ia mencoba menahan rasa di hatinya untuk tidak menangis.

"Bila." Satu suara memanggilnya.
Bila menoleh. Namun, orang yang ia harapkan bukanlah orang yang memanggilnya. Dion yang berdiri disana. Bukan Rian.

Dion berjalan menghampiri Bila. Gadis itu kemudian memasang senyum palsu.

"Ya?" tanya Bila.

Dion menghela nafasnya menatap gadis di depannya itu. Sempat-sempatnya ia memasang muka tegar dalam keadaannya yang seperti itu.

"Jangan dipaksain, Bila. Kalau mau nangis. Nangis aja," ujar Dion. Tiba-tiba, mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan menyeka air mata Bila yang perlahan bercucuran.

Tak lama, seseorang berlari dari kejauhan, menghampiri Dion dan Bila yang sekarang sedang berdiri berhadapan.

"Woi! Lo apain cewek gue!" pekiknya, menarik Dion dan meninjunya tepat di wajahnya. Bila yang melihat seluruhnya, langsung berubah panik.

Dion jatuh tersungkur, sambil menyeka darah yang keluar dari bibirnya dengan ibu jarinya.

"Gue cuma mau nenangin dia! Dan, ada buat dia. Daripada orang yang terang-terangan sama perempuan lain padahal dia udah punya pacar." Dion menohok Rian. Rian mengepalkan tangannya, malas mendengar nasihat sok ikut campurnya Dion.

Rian merasa terpancing saat melihat Dion. "Sialan lu, yon." Tanpa pikir panjang, ia melayangkan tinjunya lagi kepada Dion.

"Awas lo, Dri!" Dion yang merasa kesal, ikut melemparkan tinjunya kepada Rian. Bila yang melihatnya ketakutan, ketakutan saat melihat kedua cowok itu saling berkelahi di depannya.

Badan mereka yang notabene-nya besar itu membuat Bila merasa terintimidasi. Gadis ini lalu memberanikan diri-nya untuk meleraikan kedua orang itu, sebelum terjadi kehebohan lebih lanjut.

Rian tiba-tiba terhenti karena Bila berdiri di antara mereka berdua untuk menghalangi Rian yang tak henti-hentinya meninju Dion. Bahkan, Dion pun sempat kaget melihat Bila yang tiba-tiba menghadang Rian.

"Stop!" pekik Bila. "Berenti, Rian." Bila menahan tangan Rian.

"Jangan pukul Dion lagi. Dia gak salah. Dia cuma mau nenangin gue," ucap Bila, membuat Rian membisu. Ia tak habis pikir mengapa Bila membela Dion daripada dirinya.

"Yon. Gue mohon lo pergi," ujar Bila, mencoba menjauhkan kedua orang itu.

"Gue duluan, Bil." Dion beranjak dari posisinya dan menatap Rian dengan tatapan kesal, sebelum meninggalkan mereka berdua.

"Awas lo ganggu pacar gue lagi!" Rian berteriak kesal kepada Dion. Lalu, mengalihkan pandangannya ke gadis yang berada di depannya itu.

"Bila," panggilnya lembut, seperti ia memanggil Bila biasanya.

"Gue bisa jelasin," ucapnya khawatir, saat melihat gadis itu masih tak menghiraukannya.

Sweet EnemyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora