17

104K 6.4K 110
                                    

Kau masih mencintaiku sebesar kau membenciku. Tidak masalah. Selama kau berada di sini, disisiku. Teruslah membenciku semaumu, aku tidak peduli. Karena aku tulus mencintaimu.
-Adriano Putra-

***

Akhir-akhir ini, Rian sering muncul di pikiran Bila.

Pertikaian yang biasanya terjadi di antara keduanya, perlahan berubah menjadi manis. Hari-hari yang biasanya paling malas untuk dijalani, menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu.

Bila menggunakan seragam-nya dan membiarkan rambut gelombangnya tergerai. Ia merapikan bajunya dan mengambil tas-nya yang telah diisi dengan buku pelajaran untuk hari ini.

Bila berangkat ke sekolah setelah ber-pamitan dengan Bunda-nya. Seperti biasa, pekerjaan Ayah di kantor sangat menumpuk. Sehingga, Ayah tidak bisa mengantar Bila ke sekolah.

"Bila, kenapa gak berangkat sama Rian aja?" tanya Bunda, saat melihat anaknya yang masih mengikat tali sepatunya itu.

"Gak mau, bun,"  jawab Bila. "Bila pergi sama Cintia aja."

Suara klakson mobil terdengar dari luar rumah Bila. Bila bergegas menuju ke mobil yang berisi Cintia dan Rendy yang memegang kemudinya.

Semenjak jadian, Cintia jadi lebih sering pulang-pergi dengan pacarnya ini. Salah satu benefit of a boyfriend menurut Bila. Mereka kemudian berpamitan kepada Bunda dan segera berangkat menuju sekolah.

"Lo berdua makin hari makin mesra aja," ucap Bila, yang duduk di belakang.

"Ya iyalah, kan kita pacaran," sahut Rendy, memfokuskan matanya ke depan.

"Makanya, cepet-cepet jadian sama Rian biar gak jomblo lagi!" Cintia menyeringai.

"Apasih." Bila mencibir dan ditertawai oleh kedua temannya itu.

Semenjak Bila pernah pulang dengan Rian, Bila mencoba menghapal rute dari rumahnya ke sekolah. Sehingga, ia tak harus pulang ataupun pergi bersama dengan Rian.

***

Rendy memarkirkan mobilnya, menyusul Bila dan Cintia yang telah jalan duluan. Rupanya, mereka datang lumayan pagi, sehingga lingkungan sekolah masih lumayan sepi.

"Sip! Akhirnya gue dateng pagi." Rendy tertawa kegirangan.

"Baguslah! Jadi lo gak bakal telat lagi," timpal Cintia.

"Iya, say." Rendy menatapnya dengan tatapan puppy eyes-nya.

"Ew. Please, guys. Jangan sayang-sayangan di depan gue. Geli gue, sumpah." Bila menggerutkan keningnya dan berjalan meninggalkan kedua orang yang lagi kasmaran itu.

Seperti biasanya, setiap mau pergi ke gedung kelasnya, Bila kadang harus melewati ruang OSIS. Pintunya terlihat tidak terkunci, sehingga Bila berjalan sedikit perlahan untuk melihat ke dalam.

Namun, karena pintunya tertutup, Bila jadi terhenti dan mencoba mencari celah untuk melihat ke dalam. Hanya untuk melihat batang hidung Rian.

"Nyari gue, ya?" panggil satu suara, yang membuat Bila berbalik ke belakang dengan sigap.

Rian. Sumber dari tidak normalnya detak jantung Bila akhir-akhir ini.

Sweet EnemyWhere stories live. Discover now