11

119K 7.5K 108
                                    

Esoknya, Bila terbangun dengan perasaan yang entah mengapa gembira. Sebelum bunda-nya mengetuk pintu, Bila sudah keluar dari kamarnya dan dalam keadaan siap ke sekolah.

Bunda mempertanyakan anak-nya yang tiba-tiba berubah seketika itu.

"Kamu kenapa, nak? Sakit?" tanya Bunda, sambil memegang kening anak gadisnya itu, untuk mengecek temperatur badannya.

"Bila gak apa-apa kok, bun," ujar Bila, sambil berpamitan kepada Bunda-nya.

Suara ketukan dari pintu rumah Bila terdengar, yang membuat Bila segera membuka pintu rumahnya. Tampak Cintia, yang sudah berdiri di depan pintu.

Hari ini, Ayah tidak bisa mengantar Bila ke sekolah. Sedangkan Bunda, harus pergi menjenguk temannya yang sedang sakit. Jadi, Bila memutuskan untuk berangkat ke sekolah dengan Cintia.

"Pagi, tante," sapa Cintia, memberi salam kepada Bunda.

"Halo, cin." Bunda menjawab. "Yakin, Bil? Kamu gak apa-apa?" tanya Bunda lagi, merasa khawatir pada perubahan anaknya itu.

"Iya, Bundaku sayang." Bila tertawa kecil, menenangkan Bunda-nya.

"Bila kenapa, te? Sakit ya?" tanya Cintia.

"Gak tau. Tiba-tiba, bangun-bangun udah senyum-senyum sendiri. Pas tante mau bangunin, udah rapi aja gak kaya biasanya."

"Oh." Cintia menyeringai. "Itumah penyakit cinta, te," ujar Cintia, membuat Bila mendengus kesal.

Sebelum Cintia melanjutkan lebih jauh, Bila menarik tangannya dan segera berpamitan dengan tergesa-gesa kepada Bundanya.

"Cin! Jangan gitu dong!" ujar Bila, terlihat gusar.

"Kenapa? Emang kenyataan kok! Dari kemaren, lo tuh senyum-senyum mulu liat Rian." Cintia tersenyum geli saat melihat reaksi Bila.

"Ng-nggak kok! Gue cuma menikmati permainannya, doang."

"'Menikmati permainannya, doang' Halah, alasan aja lo Bil."
Bila mendengus saat mendengar perkataan temannya ini.

Selama di perjalanan, Cintia tak berhenti-henti menggoda Bila tentang Rian kemarin. Kata Cintia, Rian kemarin terlihat 1000x lipat lebih mempesona dari sebelumnya. Bila mah hanya menggelengkan kepalanya, malas menyetujui segala perkataan Cintia denga Rian.

Seperti yang pernah Bila katakan sebelumnya, berbicara sewaktu di perjalanan itu membuat kita lupa waktu. Tak terasa, mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah.

Cintia dan Bila turun dari mobil dan berjalan ke kelas. Banyak teman-temannya yang sudah berkumpul di dalam kelas, termasuk Rachel yang akhir-akhir ini selalu menghilang karena padatnya jadwal gadis itu.

"Balik belajar seperti biasa nih." Cintia menghela nafasnya lesu.

Pelajaran pertama hari ini adalah Kimia. Bila sudah mempersiapkan buku kimia-nya diatas meja.

"Guys! Siap-siap otak kalian dibuat mumet oleh Kimia, wahahaha!"
Rendy tertawa seperti putus asa.

"Lo aja kali!" teriak Cintia dari kursinya, membuat Rendy mendecak.

"Diem lu, pasangan suami istri!" Adit yang biasanya diam, meleraikan kedua orang yang kerjaannya tak pernah diam ini.

Sebelum guru kimia masuk, Bila keluar kelas untuk, membuang beberapa kertas yang berserakan di laci mejanya. Saat keluar kelas, sosok lelaki yang cukup familiar itu, membuat Bila mengalihkan perhatiannya.

"Um..," ucapnya ragu kepada Bila.

"Tadi guru kimia ngasih ini ke gue. Katanya ada tugas, soalnya dia ada urusan bentar. Terus nanti balik ke kelas," ujarnya kepada Bila.

Sweet EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang