1

307K 12.6K 315
                                    

Cahaya matahari mengintip melalui sela tirai kamar. Seorang gadis masih terlelap dalam tidurnya, tak menghiraukan bunyi alarm yang sudah berbunyi terus menerus sedari tadi. Setelah beberapa lama, ia beranjak dari tidurnya dan mematikan alarm yang menggangu tidurnya itu.

"Bila, kamu kapan bangun? Ini udah keburu siang. Ayah udah siap loh dibawah." Suara yang tak asing ini segera membangunkan gadis yang biasa disapa Bila tersebut.

"Iya, Bun. Ini Bila mandi dulu," ujarnya, dengan nada bicara lantang namun halus.

Tanpa basa-basi, Bila langsung mandi setelah menyiapkan seragam yang akan dipakainya hari ini. Ngomong-ngomong, hari ini adalah hari pertamanya di SMA Harapan, sebuah sekolah prestisius di kotanya. Bila pindah sekolah karena mengkuti Ayahnya yang di mutasi kerja, yang pada akhirnya membawanya untuk menetap di kota ini.

"Gak sarapan dulu, Bil?" tanya bunda, yang baru saja menyelesaikan sarapan paginya.

Bila menggeleng. "Nggak deh, Bun. Takut telat."

Setelah berpamitan dengan Bunda, Bila segera naik ke mobil. Selama perjalanan, tak lupa Bila mencoba menghapal jalanan yang tentunya akan dilewatinya setiap hari.

"Yah, SMA Harapan itu kaya gimana sih sekolahnya?"

Rasa penasaran Bila tentang sekolahnya yang baru ini, akhirnya ia tanyakan kepada ayahnya, yang merekomendasikan-nya masuk ke sekolah ini.

"Loh, Bila kan bakal sekolah disana. Cari tau dong," ucap Ayah, tertawa.

"Itung-itung buat tau sedikit info kalau ada yang nanya," balas Bila.

"Udahlah. SMA itu dinikmatin aja. Jangan terlalu dipikirin. Yang pasti, Ayah yakin Bila bakalan bisa berbaur kok. " Ayah mengusap kepala Bila sambil tersenyum.

"Ayah mah bisa aja. Wajar sih ya, ayah kan dulu populer. Apa daya deh anak Ayah satu ini." Bila tertawa kecil.

***

Berbicara saat dijalan benar-benar membuat lupa waktu! Tiba-tiba saja, Bila sudah sampai di sekolah barunya, SMA Harapan. Sama seperti bayangannya, sekolah ini benar-benar bagus. Gedungnya besar, halamannya luas, dan masih banyak hal-hal bagus lainnya.

Bila lalu berpamitan dengan Ayah. Setelah Ayah pergi, Bila segera memasuki gerbang sekolahnya.

Rasa gugup, takut, dan senang, bercampur aduk di benaknya. Sekolah baru, pengalaman baru, dan yang paling penting--teman baru.

Bagi Bila, yang sedikit pemalu, agak susah memang untuk berbaur dengan anak-anak yang dari tadi ia perhatikan, rata-rata semuanya supel. Rasa minder mulai muncul di benaknya. Namun, Bila segera menepis pikiran negatifnya.

Gadis itu sekarang benar-benar bingung. Bukannya apa, Bila bahkan tidak tahu harus pergi ke mana. Sedangkan, apel pagi akan segera dimulai. Bila bahkan masih belum tahu di mana letak kelasnya.

Bila mondar-mandir kesana kemari di depan sebuah ruangan yang tertera tulisan "Ruang OSIS" di depannya.

Gimana nih, gumam Bila yang memiliki kebiasaan jalan mondar mandir jika sudah kebingungan.

Tiba-tiba, Bila menabrak seseorang yang baru saja keluar dari ruang OSIS. Tumpukan buku-buku dan kertas yang dipegang oleh orang tersebut, berceceran kemana-mana. Bila tersentak, sekaligus menganga tak percaya.

Aduh, apa lagi nih, batinnya.

Bila tak sempat lagi memahami kejadian yang terjadinya secara tiba-tiba itu. Orang yang Bila tabrak barusan, terjatuh di lantai.

Sweet EnemyWhere stories live. Discover now