Chapter 1

1.8K 104 10
                                    

Tetap saja udara terasa masih panas walaupun hujan kini melanda kota jakarta.Namun hujannya tak begitu deras sehingga amelyana tak perlu kebasahan.

Yaps! Gadis itu bernama clarissa amelyana.Ia kini tengah berlari mencari tempat teraman baginya.

Amelya berlari melewati jalan yang dipenuhi genangan genangan air.Sesekali celana jeans nya terciprat oleh genangan air hujan yang baru saja ia lewati.

Tak lama,Amel berhenti tepat di depan danau.Ia mendongak keatas.Berjalan mendekati pohon,dan menaiki satu persatu anak tangga yang terhubung dengan rumah pohon tersebut.Tangga nya cukup banyak dan jarak dari atas kebawah lumayan tinggi.Tapi tetap saja Amel memanjati nya tanpa merasa beban sedikitpun.

Setelah Amel berusaha memanjatnya,akhirnya ia sampai di atas.

Pemandangan alam yang cukup indah sudah tampak didepan matanya.Walaupun hujan masih menutupi sedikit pemandangan tersebut.

Ia memilih untuk duduk menghadap ke danau.Memandang pemandangan yang cukup indah untuknya.Walau sedikit tertutup oleh hujan yang semakin menderas.Tapi menurutnya—itu tidak menjadi masalah.Yang pasti,hanya pemandangan inilah yang mampu membuat hatinya tenang.

Perlahan,Amel menoleh kan kepalanya ke samping.Menatap batang pohon yang sudah termakan usia itu.Ia memandang lekat ukiran yang terukir di batang pohon tersebut.Amel mulai menyentuhnya.Meraba batang pohon yang semakin tua karna usia.

Choco
With
Caramel

Itulah ukiran yang terukir disana.Ia lah yang membuatnya.Ia sangat ingat sekali kejadian itu.Kejadian dimana perasaan bahagia selalu berada di dalam hidupnya.

***
Flashback.

Seorang gadis kecil berambut kuncir dua itu tengah asyik menghadap ke batang pohon yang ada di rumah pohonnya.Ya,rumah pohon itu adalah buatan papa nya.Papa nya sengaja membuatkan rumah pohon tersebut sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 7 tahun,seminggu yang lalu.

"Choco,liat deh.Bagus gak ukiran aku?" gadis itu tersenyum sembari menatap wajah temannya yang ada di bawah.Lelaki kecil itu memang tak ikut naik ke rumah pohonnya.Katanya,main dibawah itu lebih asyik.

"Kamu ngukir apa si? Gak keliatan tau" omel lelaki kecil tersebut membuat ia semakin menggemaskan.Ditambah lagi ia selalu mengembungkan pipinya saat ia kesal.

"Ayo makanya sini,,naik" ajaknya.Namun lelaki kecil itu malah menggeleng sambil memeluk bolanya dengan erat."Enggak ah,disini aja"

Tiba tiba gadis kecil tersebut malah tertawa.Dan disambut tatapan heran dari teman lelakinya itu."Ohiya,kan choco gak bisa manjat ya." lelaki kecil tersebut hanya bisa diam sambil memasang wajah datarnya.

Flashback off

***

Perlahan,matanya mulai terasa panas.Kenangan itu mampu menusuk matanya hingga mengeluarkan bulir bulir air yang dengan cepat meluncur di pipi tembamnya.Ya,ia menangis.Menangisi sahabat nya yang sudah lama menghilang dari hadapannya.

"Sampai kapan lagi gue nunggu lo,choco" ucapnya sendu.Sesekali tangannya terangkat untuk sekedar mengelap air matanya yang selalu setia membasahi pipinya.

Waktu semakin berjalan,dan perlahan beberapa air yang turun dari langit mulai berkurang.Tampaknya,matahari akan kembali bertugas dengan ditemani pelangi.

Amel mengadahkan kepalanya,melihat keluar untuk memastikan apa hujan akan benar benar mereda.

Setelah perkiraannya dianggap benar,Amel pun memutuskan untuk turun ke bawah.

Perlahan namun pasti,Amel menuruni setiap papan yang tertempel di batang pohon sebagai tangga atau sanggahannya untuk ke rumah pohon.

Setelah kakinya sudah benar2 menyentuh tanah,ia melepas tangannya dari pegangan yang ada di tangga itu.

Amel berjalan mundur.Tapi matanya tak lepas dari rumah pohon tersebut.

"Gue kangen lo choco" ucapnya lirih.

Lalu ia berbalik dan berlari pergi meninggalkan tempat itu.

To be continued

Hai👋👋
Btw,crita ini gue revisi ya..soalnya setelah gue baca ulang..kok rada rada absurd gitu..tapi alur mah sama😅 cuma peran utama nya dan percakapan nya berbeda sedikit..Dikit doang kok😂😂
Tapi diharapkan baca dari part 1 lagi,soalnya ada yang diubah kan😅
Oke deh gitu aja..see you👋

Refisi✔
14 okt. 2017

BRITTLE  *Revisi*Where stories live. Discover now