Chapter 2

975 73 22
                                    

Amel berjalan melewati koridor koridor sekolah yang belum terlalu ramai.Tentu saja,karena ini masih jam 6 pagi.Amel memang salah satu murid yang terkenal sangat rajin.Ia selalu datang lebih pagi daripada teman temannya yang lain.

Ketika Amel sudah mencapai kelasnya,ia pun masuk kedalam dan menaruh tasnya di meja.Setelah itu,ia duduk di kursinya.Matanya menerawang semua sudut kelas dan bangku bangku yang berjajar rapi.Bangku yang hanya terdapat 25 buah ini mampu memenuhi isi kelasnya.Ya,kelas nya bisa dibilang tidak terlalu luas.Bangkunya pun bermodel seperti bangu bangku yang ada di kampus.

Kelas ini terlihat sepi..

Paling hanya ada dua atau tiga temannya yang baru saja datang memasuki kelas.

Merasa bosan,Amel mengambil handphone nya yang ia taruh di tas sejak keberangkatan nya tadi kesekolah.

Ia mulai membuka kunci dan mengetikkan pasword di handphone nya.Lalu setelah itu,melihat lihat isi menu nya yang membosankan.Ya,sedari tadi Amel hanya memencet menu-kembali-menu-kembali-menu-lalu kembali lagi.

Bosan.Bahkan sangat bosan.Biasanya,apabila seperti ini,ia pasti lebih memutuskan untuk membaca buku pinjamannya di perpustakaan.Namun entahlah,sepertinya ia sedang benar benar tidak mood pagi ini.

Namun pikirannya tertuju pada sebuah gallery yang ada di handphone nya.Amel pun membukanya,dan melihat seseorang yang tampak digallery tersebut.

Siapa lagi kalo bukan choco yang ia tunggu bertahun tahun? Lelaki yang mampu membuat senyumnya tak pernah pudar.Jujur,Amel sangat menyayangi dan merindukan lelaki tersebut.Apa penantian gue selama 10 tahun akan berujung sia sia? Mungkin seperti itulah dalam pikirannya.

"Mel..lo kenapa?" tanya seorang wanita yang baru saja datang dan menghampiri Amel.Amel langsung menengok kesamping.Melihat sahabatnya yang kini ada disampingnya.Gadis cantik bermata bulat dan berambut hitam panjang.Dia Rasyifa,dan kerap dipanggil Cipa.Dia adalah sahabat terbaik bagi Amel.Dia yang selalu memberi ketenangan bagi Amel yang memang hari hari nya selalu dipemuhi kesedihan karna memikirkan choco.

Amel menggelengkan kepalanya singkat.

Gadis itu melirik ke handphone Amel yang sedang dipegangnya.Lalu tatapannya kembali terarah ke wajah Amel.

"Mel..lo gak boleh kaya gini terus..dia itu udah enggak ada lagi di hadapan lo.."

"Tapi cip,,dia udah janji bakal dateng dan muncul lagi dihadapan gue" ucap Amel gemetar.Sepertinya tak akan lama lagi air matanya akan terproduksi di pelupuk matanya.

"Udah lo jangan sedih dong,gue juga jadi sedih nih" ucap rasyifa sambil mengecutkan bibir mungilnya.

Amel tersenyum.Seharusnya ia bangga mempunyai sahabat seperti cipa.Namun entahlah—rasa nya ia ingin mati saja apabila seperti ini.

"Gue balik ketempat duduk yah" ucap rasyifa.Amel mengangguk tersenyum."Iya"

***

"Mel,kantin kuy" ajak rasyifa antusias."Kuy"

Mereka pun beranjak dari kursi dan berjalan keluar kelas.Ya,bel istirahat sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu.Namun mereka baru bisa keluar kelas karna gurunya itu.Pak Budi namanya.Guru yang memegang pelajaran biologi itu memang selalu menambah nambahi jam pelajaran meskipun waktunya sudah lewat.Namun siapa sangka? Tak ada yang berani menegur guru tersebut.Yah,mau tak mau mereka harus menerima nya.

Di sepanjang koridor,rasyifa dan amel sangat asyik mengobrol untuk mengisi keheningan yang mereka lewati di perjalanan.

"Mel,cowo yang sering lo panggil choco itu emang nya kemana sih?" tanya rasyifa yang mungkin mulai penasaran.

BRITTLE  *Revisi*Where stories live. Discover now