27 | permintaan maaf

Start from the beginning
                                    

Langsung gue tolehkan kepala, saat merasa terpanggil. Dan benar, Alvaro disana. Masih di taman tadi, masih dengan kursi roda nya, tapi kali ini tidak dengan Sabrina..

"Sori sebelum nya Lis, gue pamit. Lo harus selesain masalah nya sama Al" kata bang Reza.

Gue mengangguk, kemudian bang Reza berlalu meninggalkan gue dan Alvaro berdua..

"Lis?" Panggil Alvaro lagi.

"Lis, gue minta maaf." Kata nya, gue mulai duduk di bangku taman yang berhadapan dengan Alvaro yg duduk dikursi roda.

"I'm so sorry." Alvaro menggapai tangan gue, dan entah kenapa gue gak menolak.

"Maafin gue ya." Kata nya.

Dan yg dilakukan selanjutnya adalah.. Alvaro mencium punggung tangan gue.

Gue memperharikan nya dalam, ia terpejam dan terus mencium punggung tangan gue lama.

5 menit berlalu, Alvaro belum melepaskan tangan gue begitupun gue yg gak mau melepaskannya.

"Maaf." Kata nya sesudah mencium punggung tangan gue.

"Maafin gue ya, lo harus tau kejadian yg sebenar nya." Alvaro tersenyum dan dengan senang hati gue membalas nya.

Ughh, kenapa sungguh tidak adil? Hanya dengan kecupan dipunggung tangan, membuat gue sebegitu gampang nya melupakan amarah kepada Alvaro.

Gue memukul pelan lengan nya, "Pulang deh Al, sana pulang." Kata gue menahan malu.

Sumpah deh, ini cuma cium punggung tangan. Belum kening, belum pipi, dan belum lagi bibir kenapa sampai segini malu nya sih?

Gue lihat Alvaro tertawa. Gue cuma diam namun men-isyaratkan lewat mata, bahwa gue benar-benar ingin mendengar cerita antara dia dan Sabrina kemarin. Penasaran.

Gue mendengarkan Alvaro bercerita, sangat inti sekali namun gue tau maksud dan isi cerita, atau kejadian kemarin kaya apa.

Ternyata emang Sabrina nya aja yg kegatelan, tiba-tiba dateng terus meluk, minta dilepasin malah dipeluk terus. Cabe dempul dasar.

"Maafin, gue ya?" Kata Alvaro seusai bercerita.

"Iya." Jawab gue pelan. "Tapi percuma kan? Gue ga ada hak atas ini."

"Lo ada hak Lis, Karena lo sayang gue," kata nya mengedip kan mata.

"Idih. Tapi lo gak sayang gue."

Ups, keceplosan. Akh ketauan deh kalo gue mau banget disayang Al. Sebel.

"Hahaha mau banget disayang gue?"

Tuh kan.

"Idih PEDE!"

"Hahahah." Alvaro tertawa kencang. "Iya kok, gue sayang lo. Tenang aja, lo disayang gue kok"

OMG!

"Cie, malu." Ledek Al.

"AL!"

"Udah gak marah kan?" Tanya nya.

"Masih males sama lo,"

"Kenapa sih? Baper mulu."

"Biarin."

"PMS ya?"

"Iya, kenapa gak boleh?"

"Buset, iya deh boleh kok masa gak boleh."

Lagi-lagi Alvaro menggapai tangan gue, please. Gue butuh oksigen.

"Jangan marah lagi ya," kata Alvaro seusai mencium punggung tangan gue singkat.

"Jangan gitu ih!" Gue lagi-lagi memukul lengan Alvaro pelan.

"Kan biar api nya padam." Kata Alvaro mengelus rambut gue.

"Api apa?" Tanya gue bingung.

"Api kemarahan." Jawab nya.

"Ih belum padam."

"Masa sih?"

"Still lit now."

"Yaudah gue cium terus sampai padam."

"GA!"

"Hahahahahah."

"Udah ah Al, gue mau balik ke ruangan bunda" kata gue berniat pamit.

"Dorongin dong." Pinta nya.

Oh iya, gue lupa kalo Al sekarang pake kursi roda.

"Yaudah sini,"

"Thanks ya Lis."

"Selow, gue dorongin kok pasti."

"Bukan itu,"

"Terus?"

"Maaf nya. Makasih udah dimaafin."

Gue mengangguk mendengar perkataan Alvaro barusan, setelah itu gue mendorong kursi roda yg duduki Alvaro sampai ruangan nya.

Kenapa jatuh cinta lebih indah dari yg gue bayangin?

Ya, meskipun pasti ada waktunya dimana kita jatuh karena cinta. Tapi walau begitu, gue bahagia karena gue jatuh cinta sama lo, Alvaro.

*****

Akhirnya update..
Hehehe ada yg nungguin ga?
Ga ada kayanya ya😂

Btw minta 10 vote nya dong:( ud mau tamat nih... yayayayayayay? Hmmm.

Yauda, kl gt happy reading😻😘

AlishaWhere stories live. Discover now