Hello, Memory Ketigapuluh Lima!

45.2K 3.7K 368
                                        

          
35

GOODBYE, MEMORY! (1)


Dewa mengendarai motornya sangat kencang, agar bisa cepat sampai di lokasi penyerangan. Selama berkendara, Dewa berasumsi jika penyerangan ini pasti ada hubungannya dengan kedekatan Nando dan Mia belakangan ini. Karena Dewa tahu jelas, Marco tipe yang seperti apa.

Begitu tiba di tempat, ada Aldo yang sudah berdiri cemas di dekat gang tempat Marco menyerang Nando. Masih mengenakan seragam sekolah.

Aldo pun langsung menghampiri Dewa. "Tadi di sekolah gue liat Marco bawa Nando, gue curiga, gue ikutin sampe sini. Dan ternyata Nando digebukin. Makanya gue langsung telpon lo. Gue ngeri mau nolong sendirian, mereka berempat."

Dewa cuma mengangguk. Rahangnya mengeras sangat marah. Dia lalu berlari masuk ke gang itu diikuti Aldo. Dengan niat untuk menyelamatkan sahabatnya, Dewa mengenyampingkan keselamatannya. Memberanikan diri masuk ke arena berdarah. Begitu pula Aldo.

"Woyyy!!"

Seiring dengan seruan Aldo, Dewa menendang punggung dua orang yang sedang menghajar Nando sampai dua orang itu terhuyung ke depan. Dua yang lainnya langsung menoleh, termasuk Marco.

"Wah, bintang sekolah kita mau ngapain lagi di sini? Mau jadi pahlawan?" ujar Marco, menyeringai licik.

Dewa tidak menjawab, sekilas dia melirik Nando yang sudah membungkuk sambil memegangi perutnya dengan wajah yang berlebam dan berdarah. Emosinya langsung naik melihat itu. Maka tanpa basa-basi lagi, Dewa langsung meninju wajah Marco sekuat tenaga.

"Banci!" maki Dewa. "Beraninya keroyokan."

Marco mengangkat kembali kepalanya menatap Dewa. Bibirnya masih menyeringai meskipun darah sedikit keluar dari ujungnya. Bekas pukulan Dewa.

"Apa urusan lo? Lo mau nolong dia? Lo nolong keluarga lo sendiri aja nggak becus!"

"Anjing!!!"

Lagi, Dewa meninju Marco dengan penuh amarah. Ada satu rahasia yang tidak pernah seorang pun tahu selama ini, bahwa Marco adalah adik dari salah satu laki-laki yang pernah menjadi tamu Maminya.

Tanpa ampun, Dewa terus menghajar Marco tanpa ingin memberikan celah untuk Marco melawan. Sama seperti terakhir kali Dewa menghajar kakak Marco di rumahnya, sampai kakak Marco itu dirawat di rumah sakit selama lima hari.

Bedanya, kali ini Marco tidak seperti kakaknya, dia bisa membalas pukulan Dewa. Dia mampu melawan Dewa dibantu oleh satu temannya.

Bersamaan dengan itu, Aldo ikut meninju pasukan lain yang sedang mencoba menyerang Dewa dari belakang. Meskipun akhirnya perutnya ditendang oleh satu lainnya, tapi Aldo tak menyerah sampai situ. Dia mengurus dua orang itu saat Dewa mengurus Marco dan yang satunya. Masing-masing dari mereka diserang oleh dua orang. Sampai wajah dan tubuh mereka ikut berlebam dan berdarah seperti Nando.

Dan dengan sisa tenaganya yang tersisa, Nando ikut menghajar lawan Aldo yang kini menjadi tiga. Dewa dan Marco sudah kembali jadi satu lawan satu. Mereka jadi sama kuatnya. Sulit dijatuhkan.

Namun saat akhirnya Dewa berhasil menjatuhkan Marco dan meninjunya habis-habisan di bawah tubuhnya, bersamaan dengan itu Nando ikut terjatuh dan tak sanggup berdiri lagi. Ketika Aldo mulai lengah dengan tiga orang itu, salah satu diantaranya melihat Marco yang sudah terkapar dikunci oleh Dewa. Orang itu kemudian memutar kepalanya ke sekitar dan menemukan sebuah balok kayu. Balok kayu itu segera diambil dan didaratkan dengan kekuatan penuh ke kepala Dewa.

"Awas Dewaaa!!!" Aldo melihat itu, tapi sayangnya peringatannya untuk Dewa terlambat. Kepala Dewa sudah terhantam balok itu sampai tubuhnya jatuh ke tanah.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now