Hello, Memory Keempat!

74.1K 5.2K 297
                                        

4

TIGA WAJAH BERBEDA


Bel istirahat pertama baru berbunyi, namun kelasnya sudah lebih dulu istirahat sejak tadi karena guru jam pelajaran kedua mereka tidak datang. Baru setelah bel berbunyi, teman kelasnya benar-benar istirahat dan keluar kelas.

Ketimbang keluar kelas atau makan seperti murid kebanyakan, teman sebangku Maura ini malah membuka kembali buku tebal yang tadi pagi dibacanya dan memilih melanjutkan masuk kembali ke dunianya dan bukunya.

Jadi anak pintar dan teladan juga nggak harus gitu banget, kali!

Dan sebelum Nando kembali masuk ke dunianya itu, kali ini Maura memutuskan untuk memanggilnya. Sepertinya ini adalah waktu yang pas untuk mengajaknya berkenalan. Panggilannya yang semula Maura pikir akan diabaikan oleh Nando, nyatanya tidak. Nando menolehkan kepalanya ke arah Maura dengan tampang datarnya.

"Nando, kan?"

Nando tak merespon. Dia lalu kembali mengalihkan perhatiannya ke buku tebal di tangannya. Mengabaikan pertanyaan Maura yang juga memang sebenarnya tadi hanya basa-basi saja. Siapapun yang melihat badgename di seragam itu juga akan langsung tahu kalau nama cowok culun beraura dingin ini adalah Nando, tanpa perlu bertanya lagi.

"Hmm... itu buku apa?" tanya Maura lagi. Mencoba membuka topik lagi, meskipun masih dengan pertanyaan basa-basi. Siapapun yang melihat sampul depan buku itu juga akan langsung tahu apa judulnya, tanpa harus bertanya lagi

Maura merasa seperti dia benar-benar terdengar bodoh sekarang.

"AutoCAD." Tanpa disangka ternyata Nando menjawab pertanyaan basa-basi itu. Maura pun seketika tersenyum puas. "Dan yang pasti bukan jenis buku bacaan lo. Jadi, berhenti basa-basinya."

Maura semakin tersenyum, nyaris tertawa kencang. Dia meremehkan gue!

Sekali lihat saja Maura sudah langsung tahu tipe orang seperti apa Nando ini. Orang seperti Nando ini adalah tipe orang yang bisa diajak bicara dan diambil perhatiannya hanya jika pembahasan obrolannya menyangkut tentang minat atau hobinya. Diluar tentang itu, maka dia tak akan mau repot-repot menghabiskan waktu untuk meresponnya.

Jadi, sebagai orang yang sudah terbiasa bergaul dengan berbagai macam jenis orang, maka kali ini Maura akan mulai menarik perhatiannya dengan cara tersebut.

Nando yang mungkin mendengar kekehan kecil dari Maura kembali menoleh ke arah Maura dengan tampang bingung.

"Jangan suka meremehkan orang. Kalau lo udah liat rak buku di rumah gue, lo pasti nggak bakal mau pindah tempat," ucap Maura dengan senyum penuh arti.

Pancingannya ini ternyata berhasil. Terbukti dari ekspresi wajah Nando yang nampak kaget. Nando membenarkan letak kacamatanya. "Lo punya banyak buku-buku kayak gini?" Dia menunjuk bukunya yang kini sudah tertutup.

Maura mengangguk cepat. "Mungkin lebih banyak dari yang lo punya."

"Punya siapa?"

"Kalo gue bilang punya gue, lo percaya nggak?"

Nando diam dan nampak berpikir. Meneliti wajah Maura yang mungkin nampak meragukan baginya. "Nggak percaya," ucapnya akhirnya.

Ternyata dia benar-benar tipe orang yang suka meremehkan oranglain.

Maura tertawa lepas. Suara tawanya menggema di dalam kelas yang kosong. "Iya sih bener, percaya kan cuma sama Tuhan aja, ya?"

Hening. Maura hanya tertawa sendirian. Dan efek menggema dari suara tawanya.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now