29
MENUNGGU ATAU BERHENTI (1)
Bagi Maura pribadi, liburan semester kemarin punya banyak kesan tersendiri. Dengan kehadiran Dewa, Nando, Abi dan Aris yang datang nyaris bersamaan. Kadang-kadang Galih bahkan suka datang. Mereka semua meninggalkan kesan berbeda bagi Maura. Memberinya pelajaran-pelajaran baru.
Tapi semenjak kejadian Aris memukul Dewa, Dewa jadi jarang lagi datang ke rumahnya. Entah kenapa. Padahal biasanya Dewa adalah orang yang paling rajin membuka pintu rumah Maura.
Maura tidak pernah mempermasalahkan itu. Dia pikir mungkin Dewa sedang sibuk dengan teman-temannya yang lain. Wajar saja karena teman-teman Dewa yang jumlahnya nyaris sama dengan jumlah warga Bogor itu. Banyak banget!
Dan besok adalah hari pertama masuk sekolah di semester kedua. Semester terakhir di sekolah. Hari-hari menjelang ujian nasional. Hari-hari yang tersisa di masa sekolah.
Maka untuk semester terakhir ini, Maura akan berusaha mewujudkan sisa wishlistnya. Maura juga akan berusaha mengukir kenangan terbaik bersama teman-temannya di masa putih abu-abu.
***
Dewa tahu besok adalah hari pertama masuk sekolah. Tapi sampai pukul sebelas malam, dia masih belum pulang ke rumah. Bersama teman-teman komunitas pecinta Arsenal-nya, Dewa masih duduk di sebuah kafe tempat pertemuan rutin mereka tiap bulan.
Tapi tidak seperti biasa, akhir-akhir ini Dewa lebih banyak diam. Diam-diam dia sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya bimbang harus berbuat apa.
Masih sangat jelas di kepalanya ucapan Maura malam itu. Malam yang seolah membuat sebuah jarak yang menghasut Dewa untuk perlahan mundur.
"Lebih baik lo lupain gue. Dan buka hati lo buat oranglain. Tetap menunggu orang yang udah nggak mau ditunggu itu cuma akan jadi sia-sia. Lebih baik berhenti sekarang daripada nanti udah nggak tau lagi caranya berhenti."
Kata-kata itu terekam jelas di kepala Dewa. Meskipun kata-kata itu ditujukan Maura untuk Aris, tapi mampu membuat Dewa juga ikut tersentil. Tentu karena posisi Dewa saat ini pun sedang menunggu Maura, yang jelas-jelas sudah menolaknya untuk lebih memilih Nando.
Makanya, sejak malam itu Dewa jadi jarang menemui Maura. Hatinya bimbang. Bingung.
Kadang dia ingin mengikuti ucapan Maura, yang menyuruhnya lebih baik berhenti sekarang. Tapi kadang juga dia masih ingin terus bertahan dan mencoba.
Dewa tidak pernah menunggu perempuan sampai seperti ini. Tiap kali dia meninginkan seseorang, tak lama pasti akan dia dapatkan. Tapi Maura berhasil membuatnya mau menunggu. Berharap barangkali keajaiban datang.
"Kunyuk! Lo sakit gigi ye?" Aldo yang juga penggemar Arsenal, tadi memang datang dengannya ke pertemuan malam ini. Dan sekarang cowok yang duduk di sebelahnya ini sedang berbicara pelan pada Dewa.
"Hm." Supaya cepat, Dewa mengiyakan saja.
"Bagus deh. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati."
"Sakit hati juga sih sebenernya," gumam Dewa.
"Hah? Apa?"
Dewa tidak memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Aldo. Karena Dewa tahu Aldo ini kalau jadi presenter infotaiment pasti laku. Tukang gosip!
YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)