27
GOODBYE 2008!
Dewa duduk di dalam mobil dalam perjalanan menuju rumah Maura. Setelah tadi membuka dua kado dari Maura dan dua box nasi kuning yang sudah hampir basi dari Nando, Dewa langsung berlari keluar rumahnya dan pergi.
Satu hal yang Dewa sesali; ketika dia tidak menyadari bahwa ada orang-orang yang masih peduli padanya, namun ia terus saja mengeluh dengan rasa sakitnya sendiri lalu menolak seluruh kepedulian dari oranglain karena orangtuanya berhenti memperdulikannya.
Semoga setelah kejadian ini, Dewa harap Maura tidak merasa jera memberikan ucapan selamat ulangtahun dan hadiah spesial sebagai tanda kepeduliannya. Begitu pula dengan Nando.
Karena mulai sekarang Dewa akan berjanji untuk tidak lagi melupakan hari ulangtahunnya dan mau menerima ucapan atau hadiah dari siapapun.
Dewa ingin berubah. Berkat Maura.
Ketika mobilnya berhenti di depan rumah Maura, cowok yang dari pakaiannya tercium bau asap rokok bekas acara di Jakarta tadi tidak langsung keluar dari mobil dan membunyikan bel rumah Maura. Dewa sadar betapa larutnya untuk bertamu pada jam segini, maka ia hanya diam di dalam mobil sambil mencoba menelepon Maura.
"Halo." Suara serak Maura akhirnya menyapa telinga Dewa di teleponnya yang keempat. Dari suaranya Dewa menebak kalau tadi Maura sedang tidur. But wait, sleeping at the end of year, are you kidding me? batin Dewa.
"Lo lagi tidur, Ra?"
"Kenapa emang, Wa?"
"Gapapa. Gue kangen."
"Gue tutup deh ya."
"Eh! Eh!" cegah Dewa langsung. "Jangan ditutup dulu. Lo udah melek sempurna belom?"
"Wa, lo 'minum' ya?"
"Iya boleh, mau dong gue minta minum. Kebetulan haus."
"Apaan sih. Jangan rusak diri sendiri, Wa. Lo tau mana yang baik dan buruk. Jangan 'minum' lagi, lo udah mabok."
Dewa terkekeh. Geli dengan pikiran Maura yang terlalu jauh. "Lo yang apaan sih, Ra. Gue nggak suka minum kok. Emangnya kalo kangen sama lo harus jadi mabok dulu?"
"Yaudah ada apaan, Wa? To the point aja deh." Maura tidak menanggapi guyonan Dewa.
"Emm... keluar dong, Ra," kata Dewa kemudian.
"Maksudnya?"
"Gue di depan rumah lo nih."
"Lo beneran mabok ya, Wa?!"
"Apa perlu gue pencet belnya?"
"Eling, Wa." (Eling: Sadar)
"Rumah lo lagi rame kan? Banyak mobil, banyak orang. Ada Fortuner plat D juga nih depan gue."
"Hah?! Oke, wait wait wait!"
Maura kaget dan langsung memutuskan sambungan telepon dan berlari ke pintu rumah. Jika Dewa tahu kalau di rumahnya sedang ramai, maka Dewa tidak sedang berbohong. Malam tahun baru ini om, tante dan sepupunya dari Bandung memang sedang berkumpul di rumah Maura untuk merayakan tahun baru bersama di rumah baru Maura ini.
Ketika berlarian melewati ruang tamu tempat Pras dan para Om-nya mengobrol, Maura membungkuk sambil tersenyum dan memberi kode pada Pras untuk keluar sebentar.
Di depan pintu rumah, Maura memanjangkan lehernya untuk melihat pemandangan di depan pagar rumah. Mencari-cari mobil Dewa. Dan benar saja, mobil yang atapnya ditutup itu berhenti di belakang Fortuner tantenya.
YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)