Hello, Memory Ketujuhbelas!

46.5K 3.6K 150
                                    


17

DI ANTARA KALIAN


Seperti kebiasaannya, setiap hari minggu pagi-pagi sekali Maura akan duduk di depan televisi menonton serial kartun Spongebob. Ia lebih suka menontonnya di ruang tengah, karena tv di kamarnya tidak sebesar di ruang tengah. Jadi tidak puas.

Hari ini Finda dan Bi Kokom tidak memasak apapun yang dicampur dengan bawang. Jadi Maura bisa bebas menonton tanpa harus bersin-bersin.

"Adek, belom mandi, ya?"

Pras datang dari kamar dan berjalan menuju sofa yang Maura duduki. Mendengar suara Pras memanggilnya dengan sebutan itu, Maura memutar bola matanya. Pasti Papanya itu mau menggodanya lagi.

"Ntar," jawab Maura ketika Pras duduk di sebelahnya.

"Jorok, Dek!"

"Biarin."

"Bau, Adek! Ih, rambutnya berantakan, mulutnya bau."

"Bodo."

"Adek...."

"Ah, Papa! Jangan panggil itu!" seru Maura manja.

Pras terkekeh. "Kenapa? Adek aja tontonannya kartun begitu."

"Daripada nonton cinta-cintaan."

"Ya mendingan lari pagi sana."

"Males, ah."

"Pantesan aja Adek gendut."

"Papaaaa! Gendut dari mananya!!!"

Di dapur, Finda memperhatikan mereka sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sejak dulu mereka masih berpacaran, Pras memang mendambakan seorang putri, tapi sayangnya Pras tidak bisa mewujudkannya. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk merawat Maura dari panti asuhan di usianya yang dulu masih tujuh bulan.

Pras begitu menyayangi Maura, meskipun gadis kecilnya itu bukan berasal dari darah dan dagingnya sendiri. Tapi ketika Maura dibawa ke rumah mereka, Pras merasakan bahagia yang lebih dari apapun.

Setiap hari hanya Maura yang ditanyakan olehnya pada Finda setiap pulang kerja. Memperhatikan wajah cantik bayinya itu tanpa bosan. Menemani pertumbuhannya tahap demi tahap tanpa terlewatkan. Hingga akhirnya melihat Maura tumbuh menjadi gadis cantik yang membanggakannya.

Pras sangat memanjakan Maura. Apapun yang Maura ingin akan diberikannya. Tanpa menunggu nanti-nanti. Tapi beruntungnya, Maura tidak tumbuh menjadi gadis manja meskipun Pras selalu memanjakannya.

Saat Pras masih menggoda Maura dan Maura menghujani Pras dengan pukulan-pukulan ringan, ponsel Maura di atas meja berbunyi. Sontak membuat Maura menghentikan seruan dan pukulannya pada Pras. Ia lalu mengambil ponselnya.

"Siapa?" tanya Pras, ingin tahu. "Fans, ya? Katanya Adek terkenal ya di sekolah?"

Maura tidak terlalu mendengar pertanyaan Pras. Ia terpana saat melihat Caller ID yang ternyata adalah Galih. Pagi-pagi begini, udah telepon aja.

"Halo." Maura menerima panggilan dari Galih setelah menjauh dari ayahnya yang ingin tahu itu.

"Halo. Pagi, Maura," sapa Galih di seberang sana. Ini memang bukan kali pertama Galih meneleponnya.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang