Hello, Memory Kesembilan!

56K 4.1K 123
                                    

9

SILAU MENTARI


Meskipun UAS masih dua minggu lagi, Nando sudah mulai rutin mempelajari materi seluruh mata pelajaran dari awal semester. Dia benar-benar belajar dari kegagalannya.

Kenaikan kelas kemarin, nilainya mendadak anjlok. Kesehatan ibunya menurun, sampai sempat dirawat di rumah sakit saat ujian akhir semester sedang berlangsung. Pikirannya pun bercabang hingga tidak fokus dalam belajar. Alhasil nilai ujian akhir semester dua nya hancur. Nando pun gagal masuk penyaringan murid yang masuk ke kelas unggulan.

Saat itu, saat sebelum Maura menjadi murid di sekolah ini, Nando bukan orang yang seperti sekarang. Nando di semester pertama kelas sepuluh adalah Nando yang gaul, aktif, punya banyak teman dan kurang giat belajar. Derajat dan kekayaan ayahnya membuatnya malas. Berpikir bahwa masa depannya nanti sudah pasti terjamin.

Namun ketika masuk semester dua di kelas sepuluh, semuanya berubah. Ketika kehidupan keluarganya berbalik 180 derajat. Ketika itu pula, Nando berhasil mengejutkan sebagian teman-teman yang sudah meninggalkannya saat secara tiba-tiba di kenaikan kelas ia berhasil masuk ke kelas unggulan.

Berada satu kelas dengan Dewa. 11 IPA 1.

Semester pertama di kelas sebelas itu Nando sukses menduduki posisi ke-sebelas nilai ujian tertinggi seangkatannya. Kemudian di semester kedua, saat kondisi ibunya tidak baik, Nando merosot turun tiga kali lipat dari posisinya semula. Membuatnya terpaksa gugur masuk ke kelas unggulan lagi.

Dan di posisi pertama, selalu sejak kelas sepuluh setiap semester, ditempati oleh Dewa.

Sekilas mungkin orang yang melihat Dewa tidak akan menyangka kalau ternyata Dewa adalah si murid pemegang nilai tertinggi berturut-turut. Karena pembawaannya yang santai, konyol dan usil itu. Tapi siapa yang tahu jika di rumah Dewa selalu menyisihkan waktunya kurang lebih dua jam setiap harinya untuk belajar. Setiap hari. Dengan fokus mengulang-ngulang pelajaran sampai lama-kelamaan semua pelajaran itu sudah berada di luar kepala dengan sendirinya.

Meskipun orangtuanya tidak peduli dengan peringkat yang ia dapatkan, Dewa tidak pernah berkurang semangat belajarnya. Ia belajar bukan untuk mereka. Tapi untuk masa depannya sendiri. Karena jika lulus nanti, Dewa tidak ingin lagi bergantung pada mereka. Pada orangtua yang bahkan menurutnya tidak pantas untuk ia sebut orangtua.

Setiap pengambilan raport, memang selalu ibunya yang datang. Namun hanya untuk sekedar formalitas. Agar guru dan teman-teman Dewa tidak curiga kalau keluarga mereka sebenarnya tidak seperti apa yang terlihat. Padahal demi apapun, Dewa tidak peduli tentang bagaimana orang memandang dirinya.

Kemudian di ujian akhir semester ini, ada Maura yang datang ke sekolah ini. Dengan ambisi dan harapannya menjadi bintang kelas, mungkinkah akan terwujud jika Dewa dan Nando masih tegak berdiri?

Di banding dengan Nando yang saat ini sedang fokus pada buku mata pelajaran biologi, Maura justru malah berbincang dengan Elma dan teman kelas perempuan lainnya. Membicarakan mulai dari ke toko mana mereka jika berbelanja, sampai ke menebak ukuran sepatu cowok-cowok pebasket sekolah.

Dan saat mereka masih berkumpul dan tertawa, tiba-tiba suasana kelas mendadak diisi dengan siulan dan godaan cowok-cowok rusuh di barisan belakang.

Maura yang posisi duduknya membelakangi pintu kelas akhirnya memutar badannya untuk melihat siapa yang teman-teman cowoknya itu goda. Ternyata dengan rambut dikepang satu samping dan bandana berbulu berwana putih, Mia datang ke dalam kelas. Dengan ciri khasnya seperti biasa; dagu diangkat tinggi-tinggi, jalan berlenggak-lenggok dan kipas plastik di tangan.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang