Hello, Memory Keduapuluh!

46.3K 4K 216
                                    


20

PINDAH?


Maura sampai di rumahnya pukul delapan malam. Pras dan Finda duduk di ruang keluarga menjawab salam Maura ketika masuk ke rumah.

"Udah pulang?" tanya Pras, basa-basi. Jelas saja Maura sudah pulang, buktinya ia sudah berdiri di sini.

"Udah, Pa." Tapi Maura tetap menjawab sopan. "Aku ke kamar, ya," ucapnya lagi sambil berjalan menuju kamarnya.

"Udah makan?" Gantian Finda bertanya.

"Udah, Ma."

"Kalo mau tidur mandi dulu, Dek. Bau!"

Maura langsung menoleh saat Pras mengatakan itu. Matanya menatap tajam Papanya yang tersenyum-senyum jahil. Tapi sayangnya ia terlalu lelah untuk meladeni Pras yang seperti tidak punya candaan lain selain mengejeknya 'bau'.

Maura pun melepas tasnya dan mengunci pintu kamar untuk mengganti pakaian. Setelah itu ia berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Menyalakan keran di westafel untuk mencuci muka dan menyikat gigi.

Kakinya digesekkan ke keset depan pintu kamar mandi sebelum melangkah menuju kasur. Tubuhnya dibanting ke atas kasur hingga terlentang dalam mata terpejam.

Hari ini Maura merasa sangat lelah. Tapi juga ia merasa senang.

Maura meraba-raba kasur untuk mencari tasnya yang tadi ia lempar ke kasur. Setelah ketemu, ia kemudian mencari ponselnya yang habis baterai sejak sore tadi.

Dengan segenap niat yang ia kumpulkan, akhirnya Maura bisa mengangkat tubuh lelahnya lagi untuk berdiri mencharger ponselnya. Siapa tau ada yang nyariin, meskipun jomblo.

Saat ponselnya sudah kembali menyala lagi, pesan-pesan langsung masuk bersahutan. Beberapa pesan personal dari teman-temannya, mulai dari bertanya hal penting atau cuma sekedar usaha pendekatan, sampai ke pesan dari operator yang menawarkan Nada Sambung Pribadi lagu Wali.

Kemudian ada lagi dua SMS yang masuk ke ponselnya. Satu SMS dari operator yang memberitahu kalau nomer Dewa telah meneleponnya pada pukul 15.46 saat ponselnya mati tadi. Dan yang satunya adalah SMS dari Dewa.

From: Dewa (08130055xxxx)
Ra, pintu rmh lo d buka?

Membaca pesan itu, Maura langsung mengernyit. Ini pasti pesan yang dikirim Dewa sore tadi saat nomornya tidak bisa dihubungi.

Tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah isi pesan Dewa. Satu semester berteman dengan Dewa sudah membuat Maura mengerti tanda-tanda Dewa sedang membutuhkannya untuk mengobati luka. Karena biasanya jika Dewa menanyakan hal itu, artinya di rumahnya sedang ada hal yang tidak beres lagi.

Maura masih ingat sekali saat pertama kali Dewa datang ke rumahnya dengan tangan berteteskan darah. Kalimat itu pula yang ditanyakan Dewa saat meneleponnya.

"Pintu rumah lo dibuka, Ra?"

Jadi setiap kali Dewa diradang masalah keluarganya, kalimat itu seperti kode dari Dewa untuk Maura. Karna hanya Maura yang tahu tentang masalah keluarganya. Hanya Maura yang ia jadikan tempat mengobati lukanya.

Tapi tadi sore saat Dewa membutuhkannya, Maura tidak ada. Itu membuat Maura langsung merasa bersalah.

Dengan penuh rasa khawatir, lelah dan letihnya pun bahkan terlupakan, Maura mencoba menelepon balik Dewa. Tapi sayangnya bukan nada sambung yang ia dengar, melainkan hanya suara veronica.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.

Begitu terus-menerus suara yang terdengar bahkan sampai kesepuluh kalinya Maura coba.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang