24
CANGGUNG
Maura langsung memukul lengan, perut, kepala dan seluruh tubuh Dewa lainnya dengan brutal. Dengan wajah yang masih memerah sampai ke telinga.
"Budak gelo! Gelo! Gelo! Gelo maneh ih! Gelo!"
Sambil memukuli Dewa, Maura tak henti memaki Dewa. Membuat Nando, Elma dan Aldo memandang mereka bingung. Sementara Dewa, bukannya kesakitan malah tertawa.
"Bercanda, Ra, bercanda! Aduhhh!"
"Gelo maneh mah ihhh!" Tidak ada kata-kata lain yang Maura teriaki, karena dirinya masih malu dan salah tingkah.
"Aduh ih bercanda, sayang!"
Pukulan-pukulan itu langsung berhenti seketika. Maura merasa wajah dan telinganya semakin memanas, apalagi debaran jantungnya. Ini adalah kali kedua Dewa memanggilnya 'sayang' di depan oranglain. Dan itu semakin membuat Maura jadi salah tingkah. Entah kenapa. Biasanya juga biasa aja.
"Hah?!" Elma sampai syok mendengar itu.
"Jadi beneran kalian pacaran ya?" Aldo juga ikut kaget.
"Enggak! Ya enggak lah! Ha ha ha." Maura semakin salah tingkah, bahkan suara tawanya pun terdengar sumbang. Sedangkan Dewa hanya diam saja sambil membuang napas kecewa, lagi.
"Kok sayang-sayangan?" Elma masih curiga.
"Ha ha ha." Maura memukul lengan Dewa lagi sambil melotot gemas pada Dewa. "Dia mah kan emang gelo. Ha ha ha, ya kan?"
Nando melirik Dewa sambil tersenyum. Seolah sedang memberi semangat pada Dewa.
"Emangnya kenapa sih kalo pacaran? Kalian kan sama-sama single. Udah deket banget juga." Ucapan Nando itu membuat Dewa mengedipkan sebelah matanya tanda terimakasih.
"Hahaha, nggak mungkin lah gue sama Dewa pacaran!" Maura tetap menyangkal. Padahal tanpa dia sadari sebenarnya isi hatinya mengatakan sebaliknya. Hanya saja sulit baginya untuk menyadari itu. Maura terlalu memakai logikanya dan teori-teorinya yang mengarahkan bahwa orang yang dicintainya adalah Nando. Bukan Dewa.
"Kadang yang nggak mungkin itu bisa jadi paling mungkin lho, Ra," balas Nando.
Kenapa sih Nan? Kenapa lo malah gini? Yang gue mau itu elo! batin Maura.
***
Dewa dan Maura pulang dari sekolah tanpa Nando. Cowok itu harus pergi ke suatu tempat untuk menjemput adiknya, dan menolak untuk diantar oleh Dewa. Alhasil di dalam mobil ini hanya ada Dewa dan Maura.
Siang ini Dewa memilih untuk menutup atap mobilnya karena hujan mulai turun. Saat mobil mulai melaju meninggalkan gerbang sekolah, Maura memutar radio di mobil untuk mengusir keheningan. Biasanya jika atap mobil dibuka, suara bising kendaraan terdengar jelas. Tapi sekarang hanya suara tiupan AC yang terdengar.
"Jadi mau di rumah gue apa di rumah lo nih?" tanya Dewa sambil memutar setir mobil untuk belok kanan.
"Apanya?" Maura menoleh.
Dewa melirik sekilas. Seringai dan mata jahil itu muncul kembali. "Lukisnya."
"Di rumah gue aja!" balas Maura cepat. Wajahnya yang kembali memerah dipalingkan lagi ke jendela.
"Padahal di rumah gue sepi lho. Lo kan juga belom pernah ke rumah gue."
"Ishh Dewa!!!" Maura memukul-mukul lengan Dewa lagi. "Mesum banget sih lo!"
YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)