Hello, Memory Keduapuluh Delapan!

42.8K 3.8K 284
                                        

28

SHOUT OUT TO MY EX


Dewa tahu diri. Meskipun Pras dan Finda menyuruhnya menginap di rumah Maura karena malam sudah larut, Dewa tetap bersikukuh akan pulang. Sebab Dewa tahu itu hanya kalimat basa-basi saja. Sementara seluruh keluarga Maura itu menginap di rumah Maura, memangnya mau tidur dimana lagi Dewa jika dia harus ikut menginap juga?

Setelah makan dan mengobrol bersama, pada pukul setengah tiga pagi Dewa pamit untuk pulang. Dengan mata yang sudah sayup-sayup, Maura mengantar Dewa sampai ke pintu pagar. Dengan jaket yang hoodie-nya menutupi kepala, memeluk tubuhnya sendiri.

"Hati-hati, ya. Jangan ngantuk. Jangan ngebut. Kalo udah sampe rumah kabarin lagi," pesannya pada Dewa di depan pagar.

Dewa yang matanya masih segar habis minum kopi itu menekan kepala Maura yang tertutup hoodie dengan gemas. "Iya, Sayang."

"Dewa!" Maura mencibir. Tapi tak urung pipinya juga terasa panas karena panggilan itu.

Sementara Dewa tertawa. "Lagian nggak usah perhatian segitunya deh, kayak pacar gue aja. Bikin gue GR."

"Emang pacar doang yang boleh perhatian?"

"Nggak sih. GPS gue juga sering perhatian. Katanya; hati-hati dalam mengemudi."

Maura berdecih. "Sana sana. Makin pagi makin nggak lucu lo."

Dewa tertawa lagi lalu masuk ke mobilnya. Setelah mesinnya menyala, dia melaju pergi dari sana sambil melambai pada Maura.

***

Pukul sebelas siang Maura baru bangun dengan perut keroncongan. Dia keluar kamar dan langsung menuju meja makan. Tepat saat dirinya membuka tudung saji, Pras masuk dari pintu belakang rumah sambil membawa sampah-sampah sisa semalam.

"Dek, baru bangun?!"

Maura menghela napasnya. Sambil menarik kursi makan, Maura menjawab dengan malas. "Namanya juga abis begadang, Pa."

"Ya mandi dulu lah, bau. Udah buka makanan aja."

Selalu saja bau yang jadi senjata Pras menggodanya. "Lebih bau yang Papa bawa tuh!" seru Maura sambil menutup hidungnya.

Pras hanya terkekeh lalu kembali berjalan keluar untuk membuang sampah.

Di kursi sebelahnya, ada Abi yang juga sedang duduk sambil memandangi ponselnya. Hari ini suasana rumahnya masih ramai seperti kemarin. Belum ada satupun keluarganya yang pulang ke rumah masing-masing.

"Yang lain pada ke mana?" tanya Maura sambil mengambil nasi. Bermaksud menanyakan keberadaan sepupunya yang lain.

"Jalan-jalan," jawab Abi singkat.

"Ke mana? Parah banget nggak ngajak gue."

"Gue aja nggak diajak."

Maura menahan tawanya. "Lagian lo sih nggak pernah mau kalo diajak."

Abi tidak membalas lagi. Maura pun mulai menyendokkan makanan ke dalam mulutnya, sambil memperhatikan sepupu-sepupu kecilnya yang duduk di karpet depan TV bermain boneka-boneka miliknya. Semuanya diberantakin.

"Yang semalem anak mana?" Abi membuka suara lagi.

Setelah menelan makanannya, Maura menoleh bingung. "Yang semalem?"

"Cowok yang semalem." Abi memeperjelas tanpa mengalihkan matanya dari ponsel.

"Dewa?"

"Yah siapapun itu."

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now