22
PERTEMUAN
"Shinta, calon tunangannya Rama."
Bukan cuma Maura, Nando pun ikut kaget mendengar gadis itu mengaku sebagai calon tunangan Dewa. Nando yakin Dewa itu mencintai Maura, jadi tidak mungkin jika dia bertunangan dengan gadis lain.
"Ngarang," gumam Nando yang sesungguhnya bukan benar-benar gumaman karena mereka bisa mendengarnya.
"Emang bener kok." Shinta membalas. Tangannya menyelip di lekukan lengan Dewa.
"Wa..." Maura memanggil, seolah lewat tatapannya ia memohon agar Dewa menyangkal kata-kata Shinta.
"Kasih tau mereka dong, Rama." Shinta mendesak.
Dewa belum membuka mulut. Dia masih menatap Maura. Seolah sedang mencari apakah di mata itu ada sorot cemburu atau hanya sorot kekagetan saja.
"Dewa..." Maura memanggil lagi. Tatapannya semakin sulit terbaca oleh Dewa.
Dewa ingin berharap ada sebuah kecemburuan di sorot itu. Dewa ingin tahu walau hanya sedikit, apakah Maura mencintai dirinya. Dewa ingin punya alasan agar dia bisa tetap tinggal di Bogor dengan Maura.
Tapi sayangnya, di tatapan itu hanya sebuah kekagetan yang dapat Dewa lihat. Membuatnya sedikit kecewa dan sadar diri. Dirinya bukan siapa-siapa. Tidak lebih dari seorang sahabat.
"Rama, cepet kasih tau ke mereka dong."
Begitu Shinta berbicara lagi, Dewa langsung menyentil kening gadis berambut pendek itu sampai Shinta meringis dan melepas kaitan tangannya di lengan Dewa. Tangannya gantian mengelus-elus keningnya.
"Gelo!" kata Dewa.
"Aduhhh! Sakit, Rama, goblok! Tolol banget sih, benjol deh nih jidat gue! Ahh elah bego! Ihhh!" Shinta memaki-maki Dewa sampai beberapa pengunjung kafe lain menatap ke arah mereka.
"Tuh tuh, liat aja, mana mau gue tunangan sama cewek kelakuan kayak lo gini."
"Ahh, lo pikir gue mau sama cowok sinting kayak lo? Sarap, gila, stress, lawak, aneh!"
"Ckck." Dewa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak ada alus-alusnya jadi cewek."
Kemudian Dewa menoleh lagi pada Maura dan Nando yang menunggu jawaban Dewa dengan tampang penasaran.
"Dulu. Udah lama banget kita emang dijodohin. Tapi kita berdua yang gagalin," jelas Dewa yang akhirnya membuat Maura menghela napasnya lega. Entah kenapa juga dia melakukan hal itu.
"Ya siapa juga coba yang mau disuruh tunangan umur lima belas tahun cuma gara-gara bisnis keluarga? Sama cewek model begini pula," lanjut Dewa lagi sambil bergidik ngeri.
"Model begini apaan maksud lo?! Hah?" Shinta berkoar lagi. Dewa langsung menutup telingannya.
"Malu, Shin, malu diliatin orang."
"Udah biasa gue diliatin. Orang cantik mah udah kebal."
"Astaga. Nggak kebayang gue kalo beneran tunangan sama dia." Dewa pura-pura mengadu pada Nando. Nando pun terkekeh.
YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)