Maura langsung tersenyum. Sesuai dugaannya, Elma pasti akan menanyakan ini. "Yah... you know, tomorrow is mistery. Gue juga nggak tau kalo akhirnya bakal gini."
"Tuh! Dari dulu gue juga bilang apa kan, Dewa tuh pasti suka sama lo."
Maura terkekeh. "Iya, lo lebih peka daripada gue ternyata."
"Ra!"
Baik Maura ataupun Elma sama-sama menoleh saat seseorang memanggil Maura. Berdiri menjulang di samping Maura. "Kenapa?" tanya Maura.
"HP aku masih di tas kamu tau," begitu katanya. Dan orang itu, siapa lagi kalau bukan Dewa.
"Masa? Emang iya?" Maura langsung membuka tasnya dan mencari ponsel Dewa. Di jalan tadi, Maura memang sempat meminjamnya untuk meminta kontak nomor salah satu teman mereka. "Oh iya ini dia." Maura menyeringai setelah berhasil menemukan ponsel Dewa.
"Ah, bilang aja sengaja mau baca-bacain chat BBM gue kan?" Dewa tersenyum miring penuh makna.
Maura pun langsung mencibir dan mencubit perut rata Dewa. "Percuma juga orang HP lo dikunci!"
"Passwordnya nama kamu kok."
Berbeda dengan Maura yang pipinya langsung memanas, Elma yang sedari tadi mendengarkan malah langsung berlagak ingin muntah. "Norak! Jijik! Ewhhhh!" serunya kesal. Sebagai jomblo, dia merasa tak dihargai.
"Eh ada Elma?" Dewa mulai menggoda. "Sorry sorry, nggak keliatan sih."
Maura memukul perut Dewa lagi sementara Elma mulai ingin meledak. Beruntungnya terselamatkan dengan bunyi bel masuk. Dewa pun memanfaatkan momen itu untuk kabur.
***
Selesai ujian, Maura keluar kelas dan berniat untuk menghampiri Nando. Ingin mengajaknya pulang bersama. Meskipun dirinya dan Dewa sudah berpacaran, Maura tak ingin Nando jadi menjaga jarak dengan mereka. Maura ingin mereka tetap bersama-sama seperti dulu.
"Bareng aja yuk," bujuk Maura lagi pada Nando yang sedari tadi menolak.
"Gapapa, gue juga biasanya jalan kaki. Udah... lo manfaatin aja quality time bareng Dewa." Nando tersenyum, tulus memahami dua sahabatnya.
"Walaupun kita bertiga, tetep quality time buat gue kok. Ayolah, jangan gitu lah, Nan... kita bertiga kan tetep sahabat."
"Beneran gapapa kok, Ra. Gue juga sekarang jalannya udah nggak sendirian lagi."
Maura mengerutkan keningnya. "Hah? Sama siapa emang?"
"Mia," balas Nando dengan suara pelan.
"Hah?!" Maura nyaris menjerit. Kaget. "Kok bisa?"
Nando makin melebarkan senyumnya. "Dari dulu gue selalu percaya, Mia bukan orang yang begitu, dia pasti bakal balik lagi ke karakter aslinya. Dan sekarang akhirnya kepercayaan gue terbuktikan."
"Dia... berubah lagi kayak dulu?"
Nando mengangguk. "Dia kembali ke jati dirinya yang dulu. Sama kayak gue yang kembali ke jati diri gue berkat lo."
Maura ikut tersenyum. Bahagia akhirnya usahanya membantu Nando berubah menjadi dirinya yang dulu bisa membuahkan hasil baik. Maura senang, di sini... bukan hanya hidupnya saja yang telah berubah, tapi dia juga berhasil merubah hidup orang-orang di sekitarnya.
"Akhirnya penantian lo berujung bahagia," ucap Maura. "Trus berarti Mia udah putus sama Marco?"
Nando mengangguk, meskipun wajahnya terlihat ragu. "Katanya udah, tapi gue nggak yakin Marco mau segampang itu diputusin cewek. Dia itu cowok dengan gengsi tinggi, dia selalu mau jadi yang mutusin, bukan diputusin."
YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
Hello, Memory Ketigapuluh Empat!
Start from the beginning
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)