"Kan gue bantuin abisin daripada busuk, Ra."
Maura menggeleng-gelengkan kepalanya. "Terserah deh. Jangan lupa bawa pesenan gue."
"Apa tuh?"
"Ih masa lupa sih! Hadiah taruhan. Nilai biologi gue kan lebih tinggi dari lo."
"Dih, itu mah gara-gara guru kelas lo aja tuh yang ngasih soalnya gampang-gampang. Kelas unggulan mah beda tingkatan soalnya."
Sekali lagi, pipi Dewa dicubit oleh Maura. "Sombongnyaaaaa!!!"
Mereka lalu tertawa bersama-sama. Begitu juga dengan Nando. Tapi saat sedang asik tertawa, dari arah depan seorang perempuan tersenyum ke arah mereka. Ralat, tepatnya ke arah Dewa. Yang otomatis langsung menghentikan tawa Maura.
Karena perempuan itu adalah Luna.
Sepertinya hari ini mereka akan pulang bareng lagi.
***
Di dalam mobil, Dewa asik menyanyikan lagu-lagu yang diputar di radio. Membuat Luna tersenyum di kursi samping. Memandangi Dewa yang sedang mengemudi sambil bernyanyi dari samping adalah kesukaannya. Karena suara Dewa indah, adem dan enak didengar. Luna yakin kalau Dewa jadi penyanyi, pasti albumnya laris.
"Kok kalian udah nggak berangkat-pulang bareng lagi sih?" tanya Luna, tertuju untuk Maura dan Nando.
"Kan Maura udah naik motor. Dari dulu dia emang pengennya ke sekolah naik motor."
"Trus kamu nggak cemburu gitu Maura sama Nando bareng-bareng gitu?"
"Aku udah mutusin buat berhenti nunggu Maura. Dia sukanya sama Nando, jadi aku yang mundur." Dengan santainya, Dewa menjawab itu. Karena Dewa percaya, Luna bukan orang yang suka menceritakan lagi pada orang lain tentang apa yang sudah didengarnya.
"Semudah itu?" Luna kaget. "Padahal dulu alasan kamu ngelepasin aku karna Maura, tapi sekarang kamu mau ngelepasin dia gitu aja buat oranglain."
"Aku mau belajar dari kamu."
"Hah?"
Karena macet, Dewa memindahkan parsneling menjadi netral dan memutar kepalanya ke arah Luna. "Dulu kamu bisa seikhlas itu ngelepas aku buat Maura. Tanpa benci atau dendam. Dan sekarang aku juga mau kayak gitu," jawab Dewa, menatap Luna tepat di matanya.
Luna mengerjapkan matanya. "Trus kamu masih cinta sama dia?"
Dewa mengangguk. "Kalo kamu bisa bikin aku mengalihkan perhatian aku, jawabannya bakal jadi beda."
Luna ingat kata-kata Dewa saat di bengkel. Cara melupakan seseorang itu dengan mencari seseorang atau hal baru untuk bisa dialihkan perhatiannya yang semula pada seseorang itu menjadi ke seseorang atau sesuatu yang baru. Jadi apa ini artinya Dewa sedang mencoba mengalihkan perhatian dari Maura padanya? Apa ini jadi kesempatan buat Luna lagi?
***
Pintu rumah Maura diketuk dari luar. Kalau begini, biasanya yang datang adalah Dewa. Maka setelah menunggu kedatangan Dewa sejak tadi, Maura pun langsung berlari ke arah pintu dan membukanya.
Tapi tiba-tiba saja, Maura dibuat kaget. Bukan wajah Dewa yang muncul di balik pintu itu. Melainkan sebuah boneka beruang besar berwarna cokelat yang disodorkan tepat di depan wajahnya. Maura ingat, boneka itu adalah boneka yang pernah ditaksirnya di mal saat sedang berjalan-jalan dengan Dewa dan Nando.
Dengan girang, Maura langsung menarik boneka besar itu dan memeluknya erat. Sehingga kini wajah seseorang yang membawakan boneka itu sudah terlihat jelas olehnya. Dia adalah Dewa. Maura sudah menduganya.
Dewa tersenyum dengan kepala sedikit miring. "Bagus kan hadiahnya?"
Maura mengangguk-angguk senang. "Bagus banget!!!" serunya. Lalu tangannya yang masih tersisa dari memeluk boneka beruang besar itu dia gunakan untuk ikut menarik pinggang Dewa ke dalam pelukannya. Mereka berpelukan dengan boneka besar di tengahnya. "Makasih ya, Dewa! Gue seneng banget!"
Dewa tersenyum sambil menepuk-nepuk kepala Maura. "Dikasih nama siapa?"
"Hmm..." Maura berpikir sejenak. "Namanya Bio. Soalnya karna biologi gue bisa dapet ini."
"Hahaha, aneh banget sih masa Bio," komentar Dewa.
"Gapapa! Biar kita nggak lupa sama sejarah boneka ini."
"Iya, jangan dilupain ya. Soalnya si Bio ini juga bukan cuma hadiah karna nilai biologi lo doang."
"Emang apa lagi?" tanya Maura. Mata mereka saling bertatapan di samping kepala besar Bio.
"Hadiah peresmian kalo gue udah bener-bener berhenti nunggu lo," jawab Dewa yang membuat mimik Maura seketika berubah. "Jadi si Bio ini adalah bukti kalo gue pernah nunggu lo lalu berhenti."
Maura masih menutup mulutnya. Belum sanggup berkata. Hatinya sedang berdenyut-denyut sakit.
"Dan si Bio ini adalah pengganti gue. Kalo misalnya nanti gue udah nggak bisa nemenin lo lagi, Bio yang bakal nemenin lo."
"Dewa, lo ngomong apa sih!" seru Maura langsung. Matanya sudah berubah menjadi sedih. Kata-kata Dewa terdengar begitu sedih dan menyesakkan hatinya.
Dewa malah tertawa. Sekali lagi menepuk-nepuk kepala Maura. "Kan cuma misalnya."
"Nggak usah mengandai-andai!"
"Ya kan emang gue nggak bisa selamanya nemenin lo, Ra," tutup Dewa dengan senyumnya. Entah itu senyum jenis apa dan bermakna apa, yang jelas rasanya Maura sedih sesedih-sedihnya sampai ingin menangis rasanya.
Sekali lagi, Maura menarik pinggang Dewa ke pelukannya. Sambil menyembunyikan airmatanya di balik kepala Bio.
***
tbc
Jadiiiiiiiii si Bio ini lah alasannya kenapa cover cerita ini diganti :")
<<< Inesia Pratiwi >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
Hello, Memory Ketigapuluh Satu!
Mulai dari awal
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)