"Trus Nando gimana?" tanya Maura.
"Ya lo jemput lah, boncengan naik motor. Biar tambah deket, ya kan?"
Maura diam sesaat. Memandangi wajah Dewa yang memang sepertinya benar-benar sudah berhenti menunggunya.
"Lo tau nggak sih tujuan sebenernya gue ngajarin lo motor apa?" tanya Dewa.
"Apa?"
"Ya supaya gue nggak lagi punya alasan buat nyamperin lo. Supaya gue nggak bergantung lagi sama lo. Jadi gue bisa berhenti dengan perlahan. Dan... supaya lo juga bisa jadi lebih deket sama Nando. Naik motor berdua setiap hari kan kali aja bisa bikin Nando lama-lama suka juga sama lo. Jatuh cinta sendirian itu sakit, Ra. Makanya gue pengen lo jangan sampe ngerasain itu."
Benar. Ternyata Dewa memang sudah berhenti. Mereka kini terasa seperti sahabat yang pure sahabat. Tidak ada lagi cinta terang-terangan yang dulu Dewa koarkan. Maura sangat merasakan perbedaannya. Tapi Maura juga bingung, kenapa Dewa terlihat dengan mudahnya berhenti dan merelakan Maura.
"Lo kok gampang banget berhenti gini sih, Wa?" Pertanyaan itu akhirnya keluar dari bibir Maura.
Dewa pun membalasnya dengan senyum sambil memasukkan dua tangan ke saku celana pendeknya. "Keliatannya aja gampang, Ra. Tapi yang perlu lo tau, walaupun gue udah berhenti nunggu lo bukan berarti gue juga udah berhenti cinta sama lo."
"Trus kenapa lo berhenti nunggu gue padahal lo masih cinta sama gue?"
"Karna pembuktian cinta bukan tentang seberapa lama gue nunggu lo. Itu kata Aldo sih, tau deh bener apa nggak." Dewa sempat bercanda, tapi tidak mampu membuat Maura tertawa.
Maura cuma diam. Diam-diam membenarkan juga ucapan Aldo. Iya, pembuktian cinta itu bisa juga dengan merelakan orang yang dicinta bisa bahagia dengan orang yang dia cinta. Se-klise itu, seperti yang sekarang Dewa lakukan.
Karena ikhlas itu jauh lebih berat daripada hanya sekedar menunggu.
***
Banyak rumor tersebar kalau Maura berpacaran dengan Nando karena setiap hari mereka berangkat dan pulang bersama tanpa Dewa lagi. Dan banyak juga rumor tersebar kalau Dewa dan Luna balikan karena mereka sering kepergok mengobrol berdua. Selain itu, rumor tentang putusnya hubungan Mia dan Marco juga banyak dibicarakan.
Tapi sampai sejauh ini, ketiga rumor itu tidak benar adanya.
Dan pulang sekolah kali ini, Dewa tanpa sengaja berpapasan dengan Maura dan Nando saat menuju parkiran. Dua sahabatnya yang dulu pernah mengisi jok mobilnya tiap hari itu dirangkul oleh Dewa secara bersamaan.
"Ikut nebeng dong naik motor baruuuu," ledek Dewa pada Maura.
Maura mencubit pipi Dewa seperti kebiasaannya yang akhir-akhir ini malah dirindukan oleh Dewa.
"Eh tapi yang bawa motornya kok bukan lo, Ra? Sama aja bohong dong kemaren udah gue ajarin," kata Dewa lagi.
"Ya masa gue yang boncengin Nando sih? Ih, lagian juga dari rumah Nando ke rumah gue kan gue sendiri yang bawa," jawab Maura diakhiri dengan bibir yang mencebik.
Dewa tertawa sambil menepuk-nepuk kepala Maura. "Ntar malem gue ke rumah ya."
"Ngapain lagi? Buah-buahan di rumah gue abis mulu gara-gara lo!"
ESTÁS LEYENDO
Hello, Memory! [COMPLETED]
Novela Juvenil[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
Hello, Memory Ketigapuluh Satu!
Comenzar desde el principio
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)