Marco semakin marah. Dadanya naik turun dengan tangan terkepal. Sekali hentak, tangan yang masih dicengkram Mia langsung dia hempas dengan kasar. Beruntung ada Nando yang menjaga tubuh Mia sehingga gadis itu tidak jatuh.
"Lo mau ngelindungin siapa sih di sini sebenernya? Nih cewek murahan aja bahkan udah ngebuang lo berkali-kali!"
Mendengar Mia disebut murahan oleh Marco langsung menyulut kemarahan Nando. Karena Nando lah yang paling tahu siapa Mia yang sebenarnya. Siapapun itu tidak berhak mengadilinya.
Tapi sebelum Nando melampiaskan kemarahannya pada Marco, Maura sudah bisa membacanya. Gadis itu pun langsung maju dan menahan tangan Nando yang hendak melayang ke wajah Marco.
Kehadiran Maura menambah keseruan drama. Tapi tidak dengan Dewa, cowok itu langsung ikut maju dan berjaga dari jarak dekat.
"Udah, Nan," bisik Maura pada Nando.
Nando menoleh. "Gue udah bilang kan gue nggak bisa diem aja liat kayak gini," jawabnya, dingin menatap Maura.
"Bukan di sini kalo mau nyelesaiinnya. Lo sekarang jadi tontonan juga."
"Lo sendiri ngapain? Lo juga jadi tontonan."
Maura menelan ludahnya. Baru sadar dengan apa yang dilakukannya sekarang. Padahal beberapa menit yang lalu Nando telah mengiris hatinya, tapi Maura tetap saja tidak bisa tinggal diam melihat hal seperti ini.
"Gue nggak mau liat lo ngelakuin hal konyol," kata Maura kemudian.
"Biarin aja. Ini urusan gue. Lo nggak usah ikut campur juga."
Ketika mendengar kata-kata kejam itu, Dewa yang semula ingin menjaga dalam jarak dekat saja, tidak mampu lagi menahan keterdiamannya. Padahal Dewa ingin mencoba cuek dengan segala yang terjadi pada Maura. Dewa ingin bisa perlahan berhenti. Tapi pada akhirnya tetap sulit.
Dewa pun maju dan menarik tangan Maura agar keluar dari drama itu. Membuat Marco semakin tertawa. Tidak cuma Marco, siswa lainnya juga semakin merasa drama ini semakin seru.
Mereka pun menerka-nerka ini hubungan segi berapa. Karena kelihatannya begitu rumit.
"Sebenernya siapa sih yang lagi shooting sinetron? Anak paling pinter seangkatan kita ini sekarang malah jadi ikut-ikutan shooting," ujar Marco dengan pandangan jijik.
Dewa tetap tenang. Dia hanya melirik Marco sambil menjawab, "Gue nggak minat ikutan sinetron lo." Lalu dia kembali menatap Maura. "Ngapain sih di sini, Ra? Nggak usah ikut campur urusan artis-artis ini lah. Kita taruhan aja di sana, liatin aja siapa yang bakal menang."
Maura tidak tertawa sama sekali. Dia cuma menatap Dewa datar, dengan sedikit gurat kesedihan bekas ucapan Nando tadi. Dan Dewa sangat mengerti itu. Dewa pun membawa tangan lemas Maura keluar dari arena itu. Menyisakan tatapan nanar dari Luna yang diam-diam duduk memperhatikan kepergian mereka.
Kisah ini memang lucu. Mereka saling mengejar dan menunggu seseorang yang sudah memilih orang lain. Padahal mereka sendiri pun sedang ditunggu oleh orang lain. Sayangnya mereka tidak memperdulikan itu. Yang mereka pedulikan hanya orang yang mereka kejar dan tunggu.
Padahal jika mereka mau, mereka bisa berhenti menunggu orang itu dan membalikkan badan untuk melihat orang yang telah menunggu mereka selama ini. Sehingga nanti bukan lagi kesakitan yang mereka dapatkan, melainkan kebahagiaan.
YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
Hello, Memory Ketigapuluh!
Start from the beginning
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)