Dan di dapur, para ibu-ibu berkumpul sambil menyiapkan nasi dan sambal untuk dimakan bersama-sama dengan ayam dan ikan yang sedang dibakar oleh sepupu-sepupu Maura di halaman belakang.
Setelah melewati ruang keluarga yang ramai dengan sepupu-sepupu kecil Maura yang sedang menonton DVD Disney, Maura mengajak Dewa menyapa Finda di dapur.
"Eh, ada Dewa?" Finda lebih dulu sadar sebelum Maura dan Dewa menyelesaikan langkahnya di dapur. Seketika tante-tante Maura pun menoleh ke arah Maura dan Dewa.
Begitu sampai di dapur, Dewa yang sejak berjalan tadi sudah diperhatikan dari bawah hingga atas oleh para ibu-ibu itu, akhirnya menyalami Finda dan satu-persatu tante Maura dengan sopan.
"Iya, Tante, halo. Maaf nih saya jadi ikut-ikutan gabung," sapa Dewa.
"Apaan sih kamu, kayak sama siapa aja. Biasanya juga nggak tau malu," balas Finda seraya menepuk bahu Dewa. Dewa hanya tertawa. "Sana mending ke belakang, bantuin bakar-bakarnya."
Dewa mengangguk dan pamit ke belakang diikuti Maura. Namun sebelumnya, Finda sempat menahan tangan Maura dan tersenyum aneh padanya. Membuat Maura bingung.
"Cowok pertama yang ketemu keluarga tuh," goda Finda pada Maura. Sambil berbisik.
Belum juga Maura diberikan celah untuk menjawab godaan Finda, salah satu tantenya tiba-tiba menyeletuk. "Pacarnya ya, Ra? Kasep ih." (Kasep: Ganteng)
Mendengar itu, Maura langsung kikuk. Salah tingkah. Dia menggigit bibir bawahnya sambil menggerutu dalam hati. Percuma saja, dijawab 'cuma temen' pun para tantenya tidak akan percaya. Justru pasti akan semakin menggoda. Akhirnya Maura hanya bisa tersenyum dan menjawab, "tanya Mama aja," lalu bergegas menyusul Dewa.
Di tempatnya, Finda masih tersenyum melihat Maura yang terburu-buru kabur itu. Wanita itu lalu menoleh pada kakak dan adik iparnya. "Cuma temennya kok," ujar Finda.
Sementara di halaman belakang, pertanyaan semacam itu bukan sekali dua kali Maura dengar lagi. Hampir seluruh sepupu yang usianya sepantaran atau tak beda jauh dengannya selalu menanyakan hal yang sama; 'pacarnya ya, Ra?'. Bahkan di hadapan Dewa-nya langsung. Yang sudah jelas membuat Dewa mengembangkan hidungnya senang. Karena menjadi pacar Maura memang keinginannya.
Tapi kecuali satu sepupunya yang tidak bertanya ataupun berkomentar apapun. Si raja sinis yang bernama Abimanyu, alias Abi. Pada semua sepupunya, Abi jarang bicara. Tapi pada Maura, Abi selalu membuka mulutnya.
Dan ketika sekarang Maura membawa Dewa ke depan Abi, tidak seperti biasanya, Abi hanya diam.
"Kalo yang ini namanya Abi, Wa." Maura memperkenalkan Dewa pada Abi.
Dua cowok itu lalu bersalaman. Tapi hanya Dewa yang tersenyum. Sedangkan Abi hanya menatap Dewa datar.
"Oh, iya-iya... Abi, ya? Ummi-nya mana?" canda Dewa yang membuat semua sepupu Maura tertawa. Kecuali Abi. Cowok berwajah dingin itu semakin menatap Dewa tajam, mengisyaratkan ketidaksukaannya pada Dewa.
"Jangan ngeledek nama orang, Wa," tegur Maura karena merasa tak enak melihat wajah Abi.
"Bercanda, Ra," jawab Dewa sambil mengedipkan sebelah matanya. Lalu kembali menatap Abi sambil tersenyum. "Sorry, ya," ucap Dewa yang sama sekali tidak direspon oleh Abi. Cowok itu langsung melepas jabatan tangan mereka dan kembali mengolesi bumbu pada ikan.
"Dia emang gitu orangnya, nggak bisa diajak ngomong, apalagi bercanda," komentar sepupu Maura yang lain.
Dewa hanya tertawa sambil mengangguk-angguk paham. Hingga anggukannya berhenti saat lagi-lagi sepupu Maura bertanya tentang status hubungannya dengan Maura.
"Kalian beneran nggak pacaran? Padahal cocok."
Padahal, Dewa tidak ingin menghentikan anggukannya tadi. Tapi sayangnya, jawaban yang sesungguhnya memang bukan sebuah anggukan. Tapi gelengan. "Nggak kok," jawab Dewa lugas. "Tapi lagi diusahain, doain aja," lanjutnya lagi yang membuat Abi langsung menoleh cepat.
***
Di halaman belakang rumah, semuanya sudah berkumpul. Menghitung mundur detik-detik menuju tahun 2009. Beberapa sepupu Maura sudah siap dengan kembang api mereka atau memegang terompet. Meskipun belum pukul 00.00 tepat, beberapa kembang api sudah terlihat menghias langit.
Baru setelah waktu di jam Pras menunjukkan jam duabelas tepat, kembang api langsung diluncurkan dan terompet dibunyikan oleh para sepupu Maura.
Sambil menengadahkan kepala ke langit, Maura berdiri di samping Dewa. Tertawa bahagia menyambut tahun yang baru. Sambil berdoa di dalam hati agar segala keinginan di tahun 2009 dapat dilaksanakan dengan baik.
"Happy new year!" seru Maura pada Dewa.
Dewa mengangguk sambil tersenyum. Terlampau bahagia bisa berdiri di samping Maura melewati pergantian tahun bersama keluarga hangat yang tidak dimilikinya. Dewa merasa beruntung bisa berdiri di tengah keluarga ini, merasakan punya keluarga lagi, tertawa bersama lagi, diberi kehangatan lagi, daripada berada di new year's eve nggak jelas di Jakarta itu.
"Harapan lo apa di tahun baru ini, Ra?" tanya Dewa, dengan suara agak keras karena riuhnya suara kembang api dan terompet.
"Supaya sisa wishlist gue bisa tercapai," jawab Maura. "Kalo lo?"
Memandangi mata Maura sambil tersenyum, Dewa langsung menjawab tanpa berpikir. Seolah sudah yakin dan selalu yakin dengan jawabannya.
"Jadi pacar lo."
***
tbc
Abi disini emang dibuat agak menonjol dibanding sepupu Maura yg lain ya. Soalnya aku juga pengen bikin cerita tentang si Abimanyu ini, kayaknya hidup dia menarik :3
<<< Inesia Pratiwi >>>
YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
Hello, Memory Keduapuluh Tujuh!
Start from the beginning
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)