Hello, Memory Keduapuluh!

Start from the beginning
                                        

"Dewa... maaf. Angkat dong angkat!"

Maura menggigit kuku jarinya sambil terus mondar-mandir ke sekeliling kamar. Sampai tak terasa jam di dinding kamarnya menunjukkan pukul sepuluh. Tapi usaha Maura menelepon Dewa masih tetap tidak berhasil.

"Apa gini juga rasanya waktu tadi lo telpon gue tapi nggak aktif, Wa? Ahh, maaf...."

Maura terus berbicara sendiri sambil sesekali memukul kepalanya karena kesal dengan dirinya sendiri. Kesal karena ternyata ia tidak tahu harus menghubungi siapa lagi untuk mencari Dewa, Maura tidak memiliki kontak teman-teman Dewa. Ia juga kesal karena ia tidak ada saat Dewa membutuhkannya.

Padahal, Dewa selalu ada saat Maura membutuhkannya.

Betapa egoisnnya dia. Betapa tidak tahu terimakasihnya dia. Maura kesal! Menyesal!

Akhirnya ia pun memutuskan untuk keluar dan bertanya pada Finda. Barangkali tadi Dewa menelepon ke rumah.

"Ma!" panggil Maura sambil mengetuk pintu kamar orangtuanya.

Ma, bangun, Ma... jangan tidur dulu, Ma! batin Maura, masih cemas.

"Mama!" panggil Maura lagi yang akhirnya disahut oleh Mamanya dari dalam kamar.

Wanita yang matanya sayup-sayup itu membuka pintu. Dan ketika wajah Maura di depannya terlihat cemas, Finda dengan cepat langsung membuka matanya lebar-lebar. Ia ikut khawatir. Ia lupa dengan rasa kantuknya.

"Kenapa, Sayang?"

"Ma, tadi Dewa telpon ke rumah nggak?" tanya Maura langsung.

"Enggak. Kenapa emang?"

"Enggak ya?" Maura semakin menampakkan wajah cemasnya. "Ya udah deh, Ma."

"Kenapa emang Maura? Dewa kenapa?"

"Nggak apa-apa, Ma. Ya udah makasih, Ma." Maura membalikkan tubuhnya lagi. Namun tangannya ditahan oleh Finda.

"Kenapa sih Maura?" Finda bertanya lagi. "Dewa tadi nggak nelpon, tapi tadi sore dia ke sini."

Maura melebarkan matanya. "Dewa ke sini?!"

Finda mengangguk.

"Dewa bilang apa, Ma? Dewa nggak kenapa-kenapa, kan?"

"Kenapa-kenapa gimana maksud kamu? Emang Dewa kenapa?" Finda malah jadi ikut semakin cemas.

Ah, Maura lupa. Finda tidak tahu tentang keluarga Dewa. "Nggak apa-apa, Ma," kilah Maura. "Trus Dewa bilang apa tadi?"

"Dia cuma nanyain kamu trus pulang. Kenapa sih emang? Ada apa?"

"Nggak apa-apa, Ma. Ya udah Mama tidur lagi aja. Daahhh, good night!" Maura mencium pipi Finda dengan cepat lalu berlari lagi menuju kamarnya.

Di dalam kamar ia hanya bisa menjatuhkan diri ke atas kasur lalu mengacak-acak rambutnya kesal. Tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang ini untuk mencari Dewa. Sudah terlalu larut dan besok harus berangkat ke sekolah. Ditambah lagi di luar sedang hujan deras.

Akhirnya Maura pun memutuskan untuk mengirim pesan kepada Dewa. Sekaligus membalas pesan Dewa tadi.

To: Dewa
Dewa, pintu rmh gw slalu terbuka. Sini, gw tunggu! Jgn lupa tlp balik gw y,,,

Send.

Dengan penuh usaha, Maura pun mencoba untuk terlelap dibalik selimutnya. Sambil dalam hati berdoa untuk keselamatan dan keadaan Dewa.

Malam ini Bogor dingin sekali. Semoga dimanapun Dewa berada dan apapun yang sedang Dewa lakukan, ia tidak kedinginan. Hangat oleh doa-doa Maura.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now