Chapter Yang Terlupakan

Mulai dari awal
                                    

Pada saat itu, aku memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen di Gangnam, dimana aku berharap Yoona akan meninggalkan aku dan anakku sendiri. Kedua orangtuaku dan kakakku tentu saja menawarkan untuk tinggal bersama tapi aku menolak. Di apartemen tempatku tinggal aku bertemu dengan Kangin, tetangga sebelahku. Seiring waktu berlalu, aku dan Kangin menjadi semakin dekat. Ia selalu ada disaat aku mengalami waktu sulit dan begitupun aku. Dia sangat akrab dengan Taehyun, mengurusnya dengan baik dan mencuri hatiku dengan perlakuannya pada anak semata wayangku. Tentu saja ia juga memperlakukan dengan baik, tapi ketika Taehyun memanggilnya ayah, sudah tidak ada lagi yang perlu dipertanyakan atau diragukan. Anak itu juga menyukai Kangin. Aku terkejut mendengarnya memanggilnya ayah, tapi aku tidak melarangnya karena Kangin terlihat tidak keberatan. Sampai pada akhirnya ia menyatakan perasaan padaku suatu malam.

Bukannya aku tidak lagi mencintai Baekhyun. Aku masih mencintainya, tapi aku harus berhenti menyakiti hatiku sendiri dan mulai mencari obat; dan Kangin adalah obat satu-satunya yang kutemukan. Ia tahu seluruh kisahku: perlakuan Yoona bahkan perkosaan yang dilakukan Kris. Dan dia sadar betul bahwa rasa cintaku pada Baekhyun tidak akan pernah hilang dan ia akan terus memiliki tempat dihatiku. Namun ia menerima semua itu dan memintaku kesempatan serta tempat di hatiku.

Dan dengan hati yang lapang, aku memberikan kedua hal itu padanya.

CHAPTER 22

Aku dan Taehyun sedang bersantai sambil menonton televise saat seseorang menekan bel. Aku beranjak dari sofa dan membuka pintu, disambut oleh senyuman lebar dari Kangin yang berdiri di depan pintu. Aku memeluknya erat dan ia kemudia mengecup ujung hidungku. Aku mempersilakannya masuk dan ia langsung saja diserang oleh Taehyun.

"Papa!" ia melompat ke pelukannya.

"Halo kawan!" Kangin mengangkatnya dan berputar, membuat Taehyun terkikik.

"Oke, turunkan dia sebelum dia jatuh!" perintahku dan Kangin menurut. Taehyun langsung berlari menuju sofa diikuti oleh Kangin yang duduk disampingnya.

Aku melemparkan diriku disebelahnya dan ia merangkul pundakku.

"Oh iya, kau mendapat surat. Ini ditinggalkan di depan pintumu." Ucapnya sambil memberikan surat yang disebut dari dalam kantong jaketnya.

Aku membuka surat tersebut. Begitu membaca dengan saksama, hatiku rasanya berhenti dan jatuh. Surat tersebut adalah undangan pernikahan Baekhyun dan Yoona.

"Surat apa itu? Terlihat seperti undangan." Tanya Kangin.

"Baekhyun-Yoona." Jawabku singkat.

"Ah, maafkan aku." Ucapnya dengan suara pelan. Aku hanya tersenyum.

"Tidak apa." Balasku sambil terus memandang dua nama yang tertera dalam undangan tersebut.

"Kau akan datang?" tanyanya dengan nada hati-hati.

Akankah aku datang? Aku tidak tahu. Aku tidak tahu apakah aku siap untuk bertemu lagi dengannya, apalagi di hari pernikahannya. Tapi kurasa aku harus, akan sangat tidak sopan jika kau diundang dan kau tidak datang. Iya kan?

"Mungkin. Bisakah kau datang bersamaku?" tanyaku padanya. Bukan maksud untuk pamer bahwa aku sudah memiliki kekasih. Aku ingin ada seseorang yang dapat menenangkan ku jika aku tidak lagi kuat menahan diri, dan Kangin adalah orangnya.

"Tentu saja."

-------

"Sekarang kuumumkan kalian sebagai suami dan istri. Kau boleh mencium pengantin wanita." Ujar sang pendeta. Aku tersenyum begitu melihat mereka berciuman meskipun hatiku hancur berkeping-keping. Kangin dengan lembut merangkulku dan mengecup keningku. Aku sangat bersyukur bahwa ia ada disini bersamaku.

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang