22

5.4K 463 3
                                    


"Kau yakin? Ini pertama kalinya kau meminta bantuan seperti ini. Ayah tidak keberatan, tapi apa kau sungguh yakin?"
"Aku sangat yakin ayah,"
"Baiklah. Akan kukirim mereka besok kerumahmu. Ayah harus pergi. Ayah menyayangimu nak,"
"Terima kasih ayah. Aku juga menyayangimu,"

Aku mengakhiri telepon dan mencari nomor tertentu dikontakku. Setelah menemukannya aku menekan dan menunggunya untuk mengangkat telpon. Setelah beberapa dering akhirnya ia mengangkatnya.

"Hey kiddo! Sup?"
"Hey princess. Kau sedang apa?"
"Bersantai di studioku. Kenapa?"
"Bisakah aku mampir sekarang? Ada yang ingin kudiskusikan,"
"Tentu! Datanglah!"
"Aku akan tiba 20 menit lagi,"
"Oke!"

"Semuanya! Bisakah kau ke ruang tamu?" Teriakku sambil berjalan menuruni tangga. Para pembantu bergegas berjalan keruang tamu dan membungkuk hormat padaku. "Aku akan pergi sebentar. Bisakah kau menyiapkan bajuku dan Baekhyun ke dalam koper?" Tanyaku pada mereka.

"Kau akan pergi ke suatu tempat kak?" Tanya Minho yang diikuti dengan senggolan teguran dari Xiumin. "Maafkan saya," Minho membungkuk padaku.

"Tidak apa. Dan ya, bisa dibilang aku akan pergi ke suatu tempat. Pindah lebih tepatnya. Aku ingin semua sudah siap malam ini. Terima kasih, kalian bisa bubar," perintahku sambil berjalan menuju pintu depan. Aku masuk ke mobil dan langsung mengarahkan mobilku ke tempat tujuan, studio Jessica.

-

"Heeeeeey," Sica menyapaku saat aku membuka pintu kantor di dalam studionya. Dia bangun dari kursinya dan memelukku. "Waaaah! Sangat besar, lucuuu," Sica memuji sambil mengelus dan berbicara dengan perutku. "Halo! Kita bertemu lagi! Aunty Sica merindukanmu!" ujarnya dengan nada seperti anak kecil. Aku tertawa.

"Ayolah, kau seperti anak bayi. Lagi pulan kau bertemu denganku minggu lalu, tidak ada perubahan," ejekku sambil mendudukkan diri di sofanya yang nyaman, diikuti dengan Jessica.

"Tetap saja! Omong-omong apa yang ingin kau diskusikan?" tanyanya. Aku membenarkan posisiku, duduk menghadapnya dan menyandarkan punggungku di sandaran tangan sofa.

"Kau desainer terkenal kan? Kau punya koneksi baik dengan semua desainer dan model," tanyaku.

"Oh tentu saja. Kenapa memang?"

"Kau tahu model Im Yoona kan?"

"Yoona? Maksudmu The Angelic Deer? Ya aku tahu. Dia salah satu model terbaik yang pernah kugunakan untuk peragaan busanaku. Aku menggunakannya 2-3 kali. Dia sangat baik dan ramah, layaknya malaikat. Karirnya sangat bagus sekarang," ujar Jessica, melontarkan segala pujian pada Yoona. Rasanya aku ingin muntah mendengarnya. Angelic my ass. Dia lebih mirip iblis yang tertutup awan emas. "Yah, kenapa ekspresimu seperti itu?"

"Tidak. Apakah kau bisa melakukan sesuatu untuk menghancurkan karirnya? Atau setidaknya menurunkan levelnya hingga dia tidak bisa menjadi modelmu atau teman-temanmu?" tanyaku.

Jessica mengernyitkan dahi dan tertawa kecil. Terlihat jelas bahwa dia terkejut dengan pertanyaanku. "Wah, kau berubah menjadi iblis. Sudah lama aku tidak melihatmu seperti ini. Tapi omong-omong, menghancurkan karir seseorang itu bukan hal kecil. Aku tidak yakin. Maksudku bukannya aku memiliki hubungan persahabatan dengannya tap ya tetap saja," ujar Jessica.

"Jika aku menceritakan apa yang membuatku berubah menjadi iblis, apa kau akan mempertimbangkan?" tawarku pada Jessica. Jessica mengangkat kaki dan menyilangkannya, membuat posisinya senyaman mungkin.

"Mungkin. Spill,"

Aku menceritakan semua detail dari awal. Mulai dari makan malam keluarga, permintaannya untuk perceraianku dengan Baekhyun, kehamilannya dan 'penculikan' kemarin.

"She's a bitch," Jessica bilang dengan muka yang jijik. Aku mengangkat kedua alisku dan meminum sirup yang ada di meja. "Tidak heran kau ingin melakukan sesuatu yang kotor seperti ini," ia berkata sambil tertawa kecil.

Aku ikut tertawa dan meletakkan gelas kembali. "It takes shit to do something shit," balasku. Ia tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Well, aku tidak tahu. Aku tidak bisa berjanji padamu. Kurasa kau bisa melakukannya sendiri Tae. Dia tahu kau ancaman baginya, hal itupun sudah cukup untuk menghancurkannya," Ucap Jessica. Aku mengerti maksud dari perkataannya. Ia tidak bisa melakukannya namun menolaknya dengan cara yang halus.

"Aku mengerti. Aku juga tidak akan memaksamu. Tapi bisakah kau bayangkan jika kau menjadi aku?" Aku menghela napas.

"Kalau aku sudah kuceraikan Baekhyun setelah aku menikah dengannya," Ujarnya bercanda sambil berjalan kembali ke mejanya. Aku tertawa.

"Benar, kurasa kau bahkan tidak akan menerima ide pernikahan ini," balasku membuatnya ikut tertawa.

"Tepat sekali. Tapi aku tidak menyangka Yoona mengenakan topengnya dengan sempurna. Dia akan menjadi aktris yang hebat,"

Aku mengangguk mendengar komentar Jessica.

_

Hari Berikutnya

Baekhyun POV

Aku sedang menggunakan laptop ku dikamar Yoona, satu-satunya kamar yang ia perintahkan padaku untuk tidur. Aku pernah menolak dan pindah ke kamar tamu. Namun seperti biasanya, bodyguardnya menarikku dan memaksaku masuk ke dalam kamar Yoona.

Saat aku sedang sibuk mengerjakan berkasku di laptop, aku mendengar keributan dari luar. Kuletakkan laptopku disamping dan berjalan mendekati jendela untuk melihat apa yang terjadi. Dibawah sana, banyak tentara yang menodongkan senjata kepada para bodyguard Yoona.

Apa yang terjadi?

"Apa yang sedang kau lihat? Ada keributan apa?" Tanya Yoona. Aku tidak menjawab dan hanya tertawa kecil ketika melihat sebuah mobil yang masuk ke dalam garasi. "Kenapa kau tertawa?"

Aku menoleh padanya dengan senyuman yang tidak bisa kutahan. "Kau lihat saja sendiri," jawabku sambil berjalan menjauhi jendela. Aku berjalan menuju pintu kamar dan mendengarnya berkata, "Gadis sialan ini."


I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Där berättelser lever. Upptäck nu