17

6.4K 480 22
                                    

"Bayi ini milikmu, Baekhyun."

Hanya dengan satu kalimat itu terasa seperti jatuh ke dalam lapisan bumi terdalam. Duniaku terasa hancur dan aku tidak dapat merasakan apapun. Aku tidak dapat memikirkan apapun. Aku tidak dapat mendengar apapun. Pandanganku hanya terfokus pada Baekhyun yang terlihat sangat shock dengan berita yang baru saja didengarnya.

Dari ujung mataku, aku melihat ibuku mencoba berbicara denganku namun tidak ada satu katapun yang kudengar. Berita ini terlalu berat bagiku. Aku merasa otakku sepenuhnya berhenti dan hal terakhir yang kutahu adalah Heenim membawaku masuk ke dalam mobilnya.

*****


Kami semua berada di ruang tamu rumahku dan Baekhyun dan duduk di sofa, kecuali Yoona yang menolak untuk duduk dan berdiri di ujung meja tamu. Semua pembantu diperintahkan untuk pulang lebih awal dan kembali besok pagi. Heenim memberikanku segelas air putih dan aku mencoba semaksimal mungkin tenang.

"Yoona, berhentilah bercanda! Ini sangat tidak lucu!" ujar Baekhyun dengan nada tidak senang.

"Kau pikir aku bercanda? Bayi ini milikmu! Akuilah itu,"balas Yoona tidak kalah marah.

Aku hanya bisa menundukkan kepala dan mendengarkan pertengkaran mereka berdua.

"Kenapa kau begitu yakin itu bayiku?! Kau bahkan tidak ingat siapa pria yang terakhir kau tiduri!"

"CUKUP!" Ayahku berteriak menghentikan mereka berdua. Aku melihat kearahnya dan wajahnya sangat tegang. Begitupun dengan yang lainnya. Khususnya Heenim. Wajahnya sangat merah dan tangannya sudah membentuk tinju. Dia sangat marah namun mencoba untuk tenang demi diriku.

"Yoona, apa yang membuatmu menyatakan bayi itu adalah anak Baekhyun?" ibu Baekhyun bertanya.

Yoona tertawa sinis. "Oh ibu. Aku punya bukti kuat dan aku kutunjukkan pada kalian semua," ucapnya.

Aku mengangkat kepalaku dan melihat Yoona mengeluarkan handphonenya dari tas. Ia meletakkannya di atas meja, dimana kami dapat melihatnya. Ia membuka music player dan bersiap untuk menekan tombol play.

"Dengarkan baik-baik,"

Ia menekan tombol play dan menaikkan volumenya. Suara yang terdengar membuatku tidak percaya setengah mati.

"Ah... Baek...aku..."
"Argh...tung-gu...argh!"
"Baek!"
"Sed-iki-t lag-i!"
"Baek-"

Aku mematikan rekaman tersebut sebelum mendengar lebih lanjut. Tanganku gemetar dan napasku terasa sesak.

Aku menatap Baekhyun yang duduk di sofa kanan dan wajahnya sangat pucat.

"Baekoong,"

Ia menatapku begitu mendengar panggilanku. Tanpa kusadari air mata sudah berjatuhan bergantian, mendarat di kedua pipiku. Aku tidak dapat menghentikannya dan aku tidak tahu kapan mereka akan berhenti berjatuhan.

Aku menunduk, menempatkan kedua sikuku di kedua lututku dan menaruh kepalaku di kedua telapak tanganku.


"Kapan?" Tanyaku pelan. Semua orang terdiam dan hal itu membuatku semakin frustasi.

Aku mengangkat kepalaku dan menatap Yoona yang memandangku tanpa ekspresi. "Kapan?!" aku mendengar suaraku yang semakin meninggi.

"Satu malam pada bulan September. Aku melihatnya di club dan ia sedang mabuk," jawabnya datar.

"Benarkah itu? Baekhyun?" aku mengalihkan pandanganku dari yang dan mengunci mataku pada lelaki yang sangat kusayangi ini.

Baekhyun tidak mengatakan apapun dan menundukkan kepalanya.

Dan hanya dengan itu aku mengerti. Yoona mengatakan yang sebenarnya.

I Met You On Our Wedding Day [BAHASA INDONESIA]Where stories live. Discover now