Hello, Memory Ketujuhbelas!

Comincia dall'inizio
                                        

"Pagi, Pak. Ada apa, ya?" tanya Maura sopan.

"Kamu di rumah, kan?"

Maura diam sesaat. Pasti ini yang Mama bilang semalem, Pak Galih pasti mau dateng ke sini.

"Iya, Pak, kenapa?"

"Rencananya sih hari ini saya mau main ke rumah kamu. Kamu nggak mau pergi ke mana-mana, kan?"

Tuh kan bener!

"Emm... enggak kok."

"Ya udah, nanti saya ke rumah kamu sekitar jam sembilan, ya. Kalo kamu nggak pergi ke mana-mana, saya mau ajak kamu pergi."

Maura menggaruk-garuk kepalanya sambil menggigit bibirnya. Ternyata Galih sudah semakin bergerak cepat. Maura tidak polos, Maura tahu Galih sedang mencoba mendekatinya. Apalagi orangtua Maura sudah mengenalnya, semakin mudah saja sudah jalannya.

"Ke mana, Pak?" tanya Maura terlebih dulu, sekaligus mengulur-ulur waktu untuk memutuskan mengiyakan atau menolak.

"Hmm, ice skating mau?"

"Di Bogor emang ada?"

"Di Taman Anggrek aja."

"Mall Taman Anggrek maksudnya? Di Jakarta?"

"Iya. Udah pernah?"

Bodohnya, Maura malah menggeleng. Padahal Galih tidak bisa melihatnya. "Belum pernah. Dan saya juga nggak bisa main ice skating."

"Nggak apa-apa, nanti saya ajarin. Gimana? Mau?"

Maura diam sesaat. Sebenarnya hari ini ia juga tidak memiliki kegiatan apa-apa. Alerginya juga sudah sembuh, badannya sudah tidak selemas semalam. Hanya saja, Maura menunggu Dewa. Takutnya ketika ia pergi dengan Galih, Dewa datang ke rumahnya.

Apa kabarin Dewa aja ya buat nggak usah ke sini?

Akhirnya setelah memikirkannya, Maura pun menyetujui ajakan Galih. Lagipula, apa yang dilakukannya ini tidak salah, kan?

***

Setelah mandi dan bersiap, Maura duduk kembali di ruang tengah. Dengan pakaian santai, celana levis panjang dan kaos berwarna kuning. Di sofa itu masih ada Pras yang sedang menonton siaran berita bersama Finda yang juga sambil menikmati teh hangatnya.

"Nah kalo udah mandi gini kan jadi cantik anak Papa," komentar Pras.

"Trus biasanya nggak cantik gitu?" balas Maura, menyandar di bahu sebelah kiri Pras.

"Biasanya hampir cantik."

Maura mencebik. Sementara Finda tertawa. "Mau ke mana?" tanyanya.

"Pergi, Ma."

"Emangnya Galih nggak jadi ke sini?"

"Galih?" Pras mengernyitkan keningnya. "Galih yang mana nih?"

"Anaknya Pak Hendra," jawab Finda. "Kemaren telpon katanya mau main ke sini."

Hello, Memory!   [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora