Hello, Memory Keempatbelas!

Start from the beginning
                                        

Mia yang dari kejauhan sudah melihat Nando dengan penampilannya yang kembali seperti dulu, langsung membuka matanya lebar-lebar. Ia sampai bertanya pada anggota temannya yang lain, takut-takut ini hanya halusinasinya saja.

"Itu... beneran El, kan?"

"Iya," jawab temannya.

"Ini gue emang nggak salah liat, kan? Itu El, kan?" Mia masih tidak percaya.

"Iya itu Nando." Temannya meyakinkan. "Beneran Nando. Mantan lo."

"Nggak usah pake embel-embel mantan!" sinis Mia dengan mata tajam.

Berbeda dengan Luna, gadis itu tetap memasang senyumnya meskipun Dewa berjalan begitu dekat dengan Maura. Di depan matanya sendiri.

"Kok mereka lama-lama jadi keliatan cocok, ya," lirihnya yang masih bisa didengar temannya yang lain.

"Sabar, Lun," ucap temannya sambil mengusap punggung Luna.

Luna menoleh dan tersenyum semakin lebar. "I'm okey. Kalo emang ditakdirkan untuk gue, dia bakal kembali kok. Iya, kan?"

Temannya mengangguk. Selalu dan semakin kagum dengan pemimpin cantiknya itu.

Sementara di kubu satunya, Maura membisikkan sesuatu lagi pada Dewa, "Dia lebih segalanya dari gue, lho, tapi bisa-bisanya lo malah milih gue."

Padahal niatnya hanya bercanda, tapi Dewa malah membalasnya jadi skak mat.

"Gue lebih segalanya dari dia, lho, tapi bisa-bisanya lo malah milih dia."

Balasan Dewa itu membuat Maura tak mampu lagi menjawab. Pelurunya tadi seolah berbalik ke arahnya.

Tapi tunggu dulu.... kok Dewa tau???

"Dia siapa maksud lo?!" Maura semakin berbisik, berusaha meredam pekikannya.

Dewa pun menoleh, menatap Maura. "Dia yang sanggup bikin lo mengalihkan perhatian lo dari gue ke dia. Dia yang mati-matian lo usahain buat ngerubah hidupnya. Dia yang berhasil membuat mata lo berbinar, bibir lo tersenyum dan pipi lo merona. Dia... yang berdiri di samping kiri lo."

Maura terdiam lagi. Ia menelan ludahnya susah payah.

Dewa beneran tau!

"Santai aja, gue tetep dukung kalian kok," bisik Dewa yang tidak lagi dibalas oleh Maura. Cewek itu mati-matian tengah berusaha menormalkan kembali debaran dadanya.

Lalu di saat Dewa dan Maura berusaha berbicara dengan berbisik-bisik agar Nando tidak mendengar, cowok yang memakai tas dan sepatu barunya itu justru malah sedang fokus menatap lurus-lurus ke arah cewek yang berjalan di depannya.

Mia.

Seberapa sering Mia menyakitinya, Nando tetap saja tidak bisa memindahkan tatapannya dari Mia. Sekalipun Mia justru enggan membalas tatapannya.

Sekalipun ada gadis lain yang diam-diam mencintainya, sedang berjalan di sebelahnya.

***

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now