Hello, Memory Ketigabelas!

Start from the beginning
                                        

Bahkan panggilan itu terdengar berbeda.

"Maura Prasetyo..." Dewa memanggil namanya lagi. Dengan lengkap. Untuk yang pertama kalinya.

Maura yakin ini tidak mungkin tidak berarti apa-apa. Tapi jika saja akhirnya Dewa malah mengatakan hal konyol lalu tertawa dan mengerjainya, Maura bersumpah tidak akan mau berbicara lagi pada Dewa satu minggu!

Liat aja!

"Y-ya?" Maura menyahut.

"Ra, seandainya gue bukan berasal dari keluarga berantakan, seandainya gue bukan perokok, seandainya gue nggak terlalu baik sama lo, seandainya kita nggak sahabatan... lo mau nggak ja– "

"Udah nih. Puas kalian?"

Ucapan itu tiba-tiba terhenti saat Nando datang . Memang sejak tadi posisi Dewa yang berlutut di depan Maura itu membelakangi Nando, sehingga cowok yang baru selesai dirapikan rambutnya itu tidak tau kalau Dewa sedang menatap dan berbicara serius dengan Maura.

Nando hanya melihat tatapan Maura saja. Dan tatapan itu sama seperti tatapan-tatapannya sejak tadi. Jadi Nando sama sekali tidak tahu kalau di antara mereka sedang ada pembicaraan yang 'tidak biasa'.

Sungguh dalam hati Dewa memaki keadaan yang tidak mengizinkannya berbicara. Saat Maura mengangkat kepalanya dan memutuskan tatapan mereka dengan beralih pada Nando, Dewa hanya mampu tersenyum miris.

'Lo mau nggak jadi pacar gue?'

Itu yang sebenarnya akan dikatakannya tadi.

Tapi saat Dewa melihat bagaimana Maura begitu cepat memutuskan kontak mata mereka hanya karena mendengar suara Nando, dan melihat bagaimana binar kekaguman terlihat di mata Maura saat memandang Nando, Dewa seolah telah mendapatkan jawaban dari pertanyaannya tadi.

Dia nggak mungkin mau lah jadi pacar gue.

Hanya melihat dari tatapan Maura pada Nando saat ini saja Dewa sudah bisa menyimpulkan. Bahwa yang Maura suka adalah Nando.

Dewa bisa tahu karena tatapan Maura pada Nando saat ini, sama seperti tatapan Luna padanya. Tatapan kagum, suka, cinta.

Lo itu cuma bisa jadi sahabatnya! Tipe dia itu bukan yang kayak lo! Harusnya lo sadar dari awal! Dewa memaki dirinya sendiri.

Masih dengan senyuman mirisnya, Dewa berdiri. Maura pun melakukan hal yang sama. Bahkan lebih antusias.

Dewa berdiri di sebelah Maura, memandangi Nando yang telah berubah menjadi seperti Nando yang dulu. Apalagi pakaiannya sudah ia ganti menjadi pakaian baru yang tadi Maura beli.

Nando jadi keren. Stylish. Gaul.

Dewa menggelengkan kepalanya, geli sendiri dengan dirinya. Jelas saja Maura memutuskan tatapan dan pembicaran mereka tadi dan berpindah menatap Nando sebegini kagumnya jika Nando saja sudah berubah menjadi sekeren ini.

Tipe ideal semua gadis.

Jelas saja.

Dewa sudah tidak bisa berharap lagi.

"Ssstt!" Kay berbisik memanggil Dewa dari tempatnya. Begitu Dewa menoleh, Kay menaikkan alisnya dengan pandangan bertanya.

Dengan senyuman khasnya, yang masih bisa ia tunjukkan meskipun baru saja patah hatinya, Dewa menjawab dengan anggukan sambil mengacungkan jempol ke arah Kay.

Itu artinya, hasil kerja lo keren! Tapi padahal arti sebenarnya yang ingin Dewa katakan adalah, it's okey... i'm okey!

Sementara Maura, cewek itu langsung maju mendekati Nando setelah puas menatapnya dari bawah hingga atas. Maura memegang kedua bahu Nando sambil terus tersenyum dengan mata yang berbinar-binar.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now