Part 26 : Orang dari masalalu

Start from the beginning
                                    

Sejujurnya aku belum menceritakan pada bunda tentang hal ini, tapi aku akan memeberitahu jika waktunya tepat

Aku datang dengan semangat,  bahkan saat di rumah tadi, bunda masih sempat menggodaku.
Tapi saat memasuki ruangan di mana kekasihku tinggal ini, aku menjadi sedikit tegang .
Bukan takut, aku merasa bersalah dengan kejadian kemarin. Tentang hubungan palsu kami.

Aku menarik napas pelan secara berulang, setidaknya cara ini bisa sedikit membantu me rileks-kan tubuhku.

Yuki membawaku masuk dan di sana, kedua orang tua Yuki duduk dengan santainya.
Papanya masih menggunakan kursi roda, mungkin dikarenakan kakinya masih belum pulih.

Mata mereka melirik ke arah kami yang berjalan mendekat pada mereka. Aku masih memasang senyum walau detak jantungku berdetak cepat tak karuan.

" Selamat malam, Om, Tante! " ucapku memberi salam pada mereka.
Mama Yuki tersenyum manis dan balik menyapaku, tapi tidak untuk papa Yuki.
Ia masih terlihat garang, namun aku tetap memasang senyum semanis mungkin tidak ingin memperlihatkan betapa tegangnya aku saat ini.

Mama Yuki mempersilakan aku duduk, lalu aku mengambil tempat untuk mendaratkan tububku di sana.
Yuki pun duduk di sebelahku.
Kami hanya berempat, entah di mana adik Yuki berada. Gadis itu sangat jarang terlihat di rumah, bahkan selama aku mengenal Yuki, hanya dua kali bertemu dengan gadis yang sering diam itu .

Kami memulai perbincangan dengan permintaan maafku terlebih dahulu, lalu aku menjelaskan dengan sejujur-jujurnya dan sedetail mungkin agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari.
Aku tahu, Yuki pasti sudah menceritakan semuanya, tapi tidak lengkap jika aku sendiri tidak langsung menjelaskan pada mereka.
Dan bersyukurnya,  mereka mau mengerti dan memaafkan kesalahanku. Aku bahagia, karena dengan ini, satu jalan terbuka untuk hubungan kami.

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku mulai membicarakan tujuan utamaku, meminta restu mereka untuk melamar Yuki.

Aku sedikit tidak percaya diri saat mengucapkan kalimat itu, takut-takut jika mereka menolak dengan alasan ingin mengenalku lebih jauh.
Tak apa, tapi aku tidak ingin menunggu terlalu lama.
Aku tidak rela jika nanti Yuki memberi peluang untuk orang lain mendekatinya.
Tidak, bahkan untuk membayangkannya saja aku tidak mau .
Aku ingat dulu saat Yuki memeluk Stefan, hal itu sangat mengganggu pikiranku. Hatiku panas bahkan sebelum aku menyadari bahwa aku mulai mencintainya.

Katakanlah aku pencemburu, tapi itu wajar kan?
Cemburu tanda cinta.
Ya, aku cemburu karena aku mencintainya.

Awalnya mereka sedikit terkejut, sedangkan Yuki hanya menunduk. Entahlah apa yang menarik di bawah sana hingga ia lebih memilih melihat ke arah kakinya dibandingkan membantuku meyakinkan kedua orang tuanya.

" Apa kamu yakin? "
Aku mengerjapkan mata saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut papa Yuki.

Aku mengangguk cepat seperti orang bodoh,

" Kami akan memberi restu jika Yuki juga bersedia! "

" Dan kamu harus mapan! "

Aku melupakan sesuatu, ya, pekerjaanku.
Ya Tuhan, apa yang aku pikirkan?
Orang tua mana yang mau menikahkan anaknya dengan lelaki yang belum punya pekerjaan?

Otakku berpikir cepat, bagaimana caranya agar aku bisa punya pekerjaan tetap dan memenuhi syarat yang diajukan orangtua Yuki.

" Beri saya waktu Om, saya janji akan memenuhi persyaratan dari Om dan Tante.".
Jawabku cepat, aku takut mereka akan berubah pikiran,
Mungkin aku terlihat sangat konyol saat ini, bodoh.

Ting nong
Ting nong

Sebuah bel berbunyi, sepertinya ada tamu yang datang .

Pacar sewaan? (✔)Where stories live. Discover now