Part 11 : Can't stop thinking about the kiss

2K 254 3
                                    

Al menarik mundur kursi kosong di depan bundanya secara pelan lalu duduk dengan nyaman setelah dipersilahkan oleh wanita di depannya itu.

Al menetralkan detak jantungnya sebelum bicara dengan benar.

Grogi tentu saja, seandainya ia punya keberanian untuk jujur dan menceritakan siapa ia sebenarnya, mungkin tubuh itu akan langsung menubruknya bahkan bukan tidak mungkin jika bundanya akan menangis bahagia.
Tapi ia sadar, tidak mungkin melakukan itu sekarang.  Akan ada waktu yang tepat untuk ia berkata jujur.
Setidaknya setelah proses syuting ini selesai.

" Terima kasih "

Al menarik napas pelan sebelum melanjutkan pembicaraannya,

" Sekali lagi saya ucapkan terima kasih karena ibu meluangkan waktu untuk mau bertemu dengan saya. Selain itu kesempatan untuk saya bermain dalam film produksi Alma sangat membantu saya dan Yuki. "
Ucapnya dengan tenang dan sopan.

" Ya, saya hanya memenuhi permintaan pasar yang menginginkan kalian bermain dalam satu project. Dan saya juga berharap hasil kerja keras kalian akan terbayar dengan kesuksesan setelah penayangan film ini nanti.
Karena itu sangat berpengaruh baik bagi saya maupun PH ini "

" Tentu saja, saya janji tidak akan mengecewakan ibu serta kru yang sudah membantu kami. terutama saya yang masih baru "

Maia mengangguk lalu mulai santai dengan obrolan bersama artis barunya itu.

" Oh ya, saya dengar, kemampuan acting kamu meningkat setelah sutradara saya menegur kamu waktu itu. Apa itu benar? "
Maia memajukan tubuhnya yang semula menyender untuk lebih condong ke depan.

" Ah,,,, ternyata kabar itu cepat sekali menyebar."
Al memegang tengkuknya,

" Saya hanya melakukan tugas saya sebagai aktor. Saya tidak mau mengecewakan orang yang sudah memberi saya kesempatan sebesar ini. " lanjutnya jujur, ia memang tidak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah mempercayainya, terlebih bundanya sebagai pemilik PH ini.
Bukankah rumah produksi bergantung pada hasil karya yang mereka buat?
Jika karya mereka baik dan dapat diterima, maka banyak pula keuntungannya dan juga sebaliknya.
Maka dari itu, setelah teguran yang dilayangkan sutradaranya membuat ia sadar bahwa acting-nya sebelum itu tidak memenuhi kriteria yang diinginkan seorang sutradara.

" Ngomong-ngomong, kamu terlihat masih sangat muda. Berapa usia kamu? "
Maia menatap intens wajah Al, mencoba menebak usia Al dalam pikirannya sendiri.

Al terlihat tegang saat ditatap seintens itu, ia takut bundanya akan lebih dulu mengetahui identitasnya.

" Dua puluh empat tahun. apa saya masih terlihat sangat muda? "
Al menjawab cepat, takut-takut wanita di. depannya itu terlebih dahulu menebak.

" Ya, kamu masih sangat terlihat muda. " Maia mengangkat tangannya di depan muka Al, menatap kembali satu objek baginya yang menarik perhatiannya untuk disentuh.
Maia melepaskan kaca mata Al, lalu menyentuh alis Al yang menurutnya sangat familiar.
Entah apa yang dipikirkannya, karena setelah itu ada air yang keluar dari matanya yang tertutup.

Al menyentuh tangan Maia yang masih mengusap Alisnya dan bertanya khawatir.

" Ibu, ada apa? "

Maia tersadar, melepaskan tangannya dan menghapus airmata yang turun membasahi pipinya.

"Maafkan saya, terkadang masa lalu sangat mempengaruhi pikiran saya "

Al tersenyum dalam hati, ia mengerti maksud dari ucapan bundanya.
Waktu kecil, Al juga selalu merasakan belaian lembut pada alisnya saat ia bermanja pada sang Bunda.
Tiduran di pahanya lalu bundanya mengelus kepala hingga alis matanya berulang-ulang dengan penuh kasih sayang.
Al sangat menyukainya, kenyamanan yang hanya ia rasakan saat bersama bundanya dan tidak ia dapat di tempat lain.

" Mungkin jika dia di sini, kalian akan terlihat sama, kalian mirip "
Mata Maia menerawang jauh membayangkan anaknya yang mungkin kini hidup bahagia bersama ayahnya.

" Umm baiklah, ini sudah larut, sebaiknya kamu kembali. Besok kita akan bertemu lagi "
Maia melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan bahwa waktu sudah larut malam, dan sebaiknya lekas kembali agar tidak mempengaruhi pekerjaan besok-tidak kesiangan.

" Baiklah, saya permisi "
Al pamit pergi setelah menjabat tangan Maia dengan senyum bahagia.

Kebahagiaan sesungguhnya yang hampir punah setelah ditinggal bertahun-tahun itu akhirnya kembali menyapa, memberi warna serta semangat untuk melanjutkan hidupnya kembali.

[•••]

" Lo senyum terus, udah kayak orang gila aja deh "
Ily yang tiba-tiba datang membuyarkan lamunan Al tentang Yuki. Ah tidak,, lebih tepatnya ciumannya dengan Yuki kemarin malam saat adegan lamaran itu.
Al tidak berhenti memikirkan betapa hal itu merusak cara kerja otaknya, seperti orang mesum saja.

" Lo ada apa kesini? "

" Gue mau jemput lo, Yuki bilang lo harus latihan dulu sebelum take dimulai. Dia nggak mau kejadian kemaren keulang lagi "

Al menaikkan sebelah alisnya tak mengerti,
Seolah mengerti kebingungan Al atas penjelasannya, Ily kembali melanjutkan

" Lo lancang cium bibir dia, dan dia kayaknya nggak suka deh. Lo tau nggak kalo lo udah nyuri ciuman pertamanya? "

" Apa? Apa lo bilang? Ciuman pertama? "
Al seolah tiba-tiba tuli karena mengulangi ucapan Ily padanya barusan.

Ily mengangguk

" Mampus gue! "
Ucap Al menepuk jidatnya.

" Hahaha,,, kenapa lo? Tadi aja lo senyum-senyum, kenapa sekarang lo takut? "
Ily terbahak melihat reaksi muka Al yang nampaknya takut akan sesuatu.
Ily yakin jika Al takut akan kemarahan Yuki.

" Lo tau nggak, gara-gara adegan itu, semalem dia gelisah. Balik sana balik sini sampe gue dibikin kesel sama tingkahnya. "
Ily membayangkan kejadian semalam. Yuki yang biasanya akan langsung tertidur jika melihat kasur karena letih tiba-tiba berubah jadi orang yang menghabiskan waktu dengan pikirannya sendiri.
Bergumam kesal dan tak jarang mengacak rambut panjangnya yang tergerai.
Gerah melihat itu, lantas Ily bertanya penasaran.

" Lo kenapa sih? Gelisah amat? "
Semula Ily yang terbaring merubah posisi tubuhnya menjadi duduk.

Yuki ikut duduk dan mengambil bantal lalu ia letakkan di atas pengkuannya.
Yuki menunduk, ia seolah ragu ingin bercerita.

Ily memegang bahu Yuki mencoba membuatnya yakin jika ia menceritakan sebab kegelisahannya akan membuat hatinya lega.

" I can't stop thinking about the kiss! "  jawabnya malu-malu.

Ily hendak tertawa namun ia urungkan karena itu akan membuat Yuki semakin menutupi mukanya dengan bantal karena malu.

" Ohh ,c'mon. Yuki, you know lah, it just acting okay, Kenapa harus dipikirin? "

Sesaat Ily diam, lalu kembali berkomentar.

" Oh, atau jangan-jangan lo ada rasa sam dia? Mangkanya lo kepikiran mulu sama ciuman itu? "

Yuki melotot tak percaya mendengar ucapan Ily barusan,

" No, apaan sih? Nggak lah. Lo tau kebenarannya kayak apa. Sembarangan deh! "
Yuki membuang muka,menatap asal pada benda yang ada di kamar nya.

" Nevermind ,, gue mau tidur "
Tanpa ba bi bu, Yuki langsung merebahkan tubuhnya dan memunggungi Ily yang masih terdiam heran dengan tingkah sahabatnya itu.

Al sedikit kecewa mendengar Ily yang bercerita tentang kejadian semalam bersama Yuki.
Yuki hanya menganggapnya sebagai pacar pura-pura, tidak lebih.

Tapi tak apa, itu tidak mengurangi kebahagiaannya.
Terlebih, pertemuan semalam sudah cukup mengisi daya dalam tubuhnya untuk tidak bersedih hati.

Tbc

Pacar sewaan? (✔)Where stories live. Discover now