Part 14 : Penculikan

Beginne am Anfang
                                    

Drtt drtt drtt

Getaran pada sebuah ponsel mengalihkan fokusnya yang sedari tadi melihat berita gossip lalu meraih alat elektronik datar yang berkedip dan tertera sebuah nama Yuki memanggil, icon hijau itu ia geser kekanan dan menempelkan benda persegi itu pada telinganya.

" Hallo Ki, apa lo udah liat berita kita? "
Al bertanya cepat, jawaban panik dari seberang membuatnya mengkhawatirkan kondisi Yuki sekarang. Ia yakin jika Yuki saat ini merasa bingung sekaligus takut.

" Ki, tunggu gue. Gue akan kesana secepatnya.! "
Tanpa menunggu jawaban, Al memutuskan sambungan telepon dan bergegas memakai sebuah jaket hoodie yang tergantung lalu dengan cepat menyambar sebuah kunci mobil di atas meja.

Saat sudah di depan kendaraan beroda empat itu, aksinya terhenti karena seorang lelaki dengan badan bak binaragawan berpakaian hitam menghalanginya, ia memicingkan mata lalu mundur beberapa langkah saat dirinya teringat sesuatu. Namun langkah mundurnya terhenti saat tubuh lain ia rasakan menahan pergerakannya.

Kesadaran Al mulai hilang saat mencium sebuah sapu tangan yang sengaja ditempel salah satu lelaki berbadan tegap itu pada mulut dan hidungnya, Al pingsan dan dibawa pergi dengan mobil asing jenis mini bus tanpa diketahui siapapun.

[•••]

" Ki, lo tenang ya, semuanya akan baik-baik aja.! "
Ily mencoba menenangkan Yuki yang sedari tadi gelisah dengan mondar-mandir sambil menautkan kedua tangannya,
Yuki sangat bingung saat ini, dirinya butuh pendukung untuk menguatkan hati dan pikirannya.
Pikirannya sudah menerawang jauh tentang efek dari berita yang ia ketahui diberbagai media sosial itu.

" Ly, gue mungkin akan merasa lebih baik kalo orang tua gue ada di samping gue buat beri dukungan, tapi justru yang gue takutin adalah kemarahan mereka Ly.
Mereka nggak akan terima kesalahan gue kali ini.
Gue udah hancurin semuanya Ly! "
Yuki terduduk di atas sofa lalu menggigit jari-jari kukunya, air dari matanya ikut menetes dan membuat bibir manisnya melengkung kebawah. Jantungnya berdetak tak karuan sambil menunggu kedatangan Al yang menurutnya sudah sangat lama.
Yuki mencoba kembali menelpon Al, namun tak ada jawaban,
ada apa ini?
Mungkin saja Al sedang dijalan, Yuki meyakinkan dirinya.
Yuki Menarik napas agar kembali tenang dan mencoba kembali menelpon Al lagi.

" Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi ". Suara operator itu selalu sama saat Yuki mencoba menghubungi ponsel Al.

"Kemana dia? "

[•••]

Disebuah ruangan asing dengan minim pencahayaan, Al dengan kondisi mulut ditempel sebuah lakban hitam, sedangkan kedua kaki dan tangannya terikat kuat pada sebuah kursi dengan tali berwarna putih.
Matanya terbuka dan mengobservasi keadaan di sekelilingnya. Saat sadar dirinya dalam keadaan tidak baik,
Tubuh itu ia gerakkan berusaha untuk melepaskan diri.

" Oh ternyata kamu sudah bangun, bagaimana tidurmu hari ini? Menyenangkan bukan? "

Suara wanita yang dirasakan Al berada di depannya sungguh tudak asing, namun gelap membuatnya tidak bisa meyakinkan dirinya bahwa pemilik suara itu memang orang yang ia kenal.

Dengan gerakan rusuh Al mencoba melepaskan diri, bergumam tidak jelas  dan membuat orang lain yang berada di sana tertawa mengejek,

" Berhentilah Al, kamu nggak akan bisa lepas dari ikatan itu. Kamu cuma buang-buang tenaga,! "
Kembali suara yqng lebih tepat sebuah ejekan itu terdengar.

" By the way, gimana keadaan bunda tersayang kamu itu?  Apa dia baik-baik saja?
Aku dengar, dia sudah punya usaha sendiri, ternyata syarat ayah kamu benar-benar buat dia kerja keras! "
Wanita itu terus berbicara tanpa menghiraukan Al yang bersusah payah melepaskan diri walau usahanya berbuah kegagalan.

Sebuah korek menyala tepat dimuka Al dan membuat wajah merah dengan peluh itu terlihat jelas.
Al terlihat sangat berantakan dengan mata yang mulai memerah,
perempuan itu mendekat dan sontak membuat Al memicingkan kembali matanya meyakinkan bahwa apa yang ia lihat tidaklah salah.
Lampu menyala dan semua yang ada ditempat asing itu terlihat sangat nyata.
Mata Al membulat saat melihat orang yang ia kenal.

" Kamu terkejut sayang? "
Pertanyaan manis itu keluar dari wanita yang tidak lain adalah ibu tiri Al, Sharine.

Al terkejut bukan main saat melihat disekelilingnya ada empat laki-laki kekar dan dua di antaranya adalah lelaki yang membawanya ketempat ini.

" Ouhh,,,,  kamu sangat malang Al, tidak seharusnya kamu berada di sini. "
Sharine mendekat dan melepas kasar lakban hitam itu dari mulut Al, ia ingin mendengar pertanyaan-pertanyaan yang akan anak tirinya lontarkan.

" Kenapa tante lakuin ini? Lepasin aku tan! "

" Calm down Al, semua akan baik-baik saja kalau tujuanku sudah tercapai. Sebentar lagi semua rencana kami akan berjalan dengan baik! "

" Kami?  Maksud tante? "

" Ouhh,, ternyata kamu belum tau siapa yang sudah membantuku?  Kamu sangat mengenal dia sayang! "

"Ckkk,,,  tapi itu tidak penting, karena yang terpenting adalah membuat musuh-musuhku hancur. Dan kamu tahu siapa? "

" Yuki dan Maia!  "

"Hahahah "
Tawa licik itu membahana, Sharine tertawa keras nelihat reaksi Al yang terlihat takut.

" Jangan tante, Al akan lakuin apa aja tapi jangan hancurkan mereka. Mereka hidup Al, please jangan mereka! "

" Hahaha justru itu Al, kehancuran akan dibalas dengan kehancuran juga kan?
Seandainya kamu tahu apa yang membuatku sangat membenci mereka, kamu akan sadar kalau apa yang kubuat sekarang ini sangat tepat! "
Sharine bergerak mengitari Al yang duduk dengan gelisah dan raut wajah khawatir.

" Kamu tidak akan pernah tau gimana rasanya hidup dengan kekurangan uang, dipermalukan banyak orang hanya karena kesalahan orang tua kami. Ayah yang seharusnya menjaga kami justru meninggalkan kami untuk selamanya. Ayah bunuh diri karena malu, Takeshi Kato yang bertanggung jawab dan kami membalasnya dengan menghancurkan Yuki "

" Itu bukan alasan yang tepat tan, itu memang hukuman untuk orang yang bersalah. Lagipula ayah tante bukan dibunuh, tapi bunuh diri! "

" Aku tidak meminta pendapatmu Al "

" Lalu kenapa Bunda ikut menjadi target tante?, dan seharusnya bunda lah yang marah bukan sebaliknya! "

Mendengar pertanyaan itu cukup membuat Sharine geram, ia memegang kedua pipi Al dengan satu tangannya dan mencengkram pipi itu dengan kuat.

" Karena bundamu sudah merebut orang yang aku cintai!  Pamanmu Al, Findo. Dulu kami adalah sahabat, aku menyukainya tapi dia lebih memilih Tantemu, Rheina untuk dijadikan istri. Dan Maia mendukungnya. Itulah alasanku kenapa aku merebut ayahmu darinya"

Sharine kembali tertawa bagai seorang psikopat, melihat Al kesakitan karena cengkramannya menambah semangatnya untuk menghancurkan targetnya.

" Tenang saja Al, kamu akan menyaksikan sendiri kehancuran yang akan dialami ibumu dan kekasihmu itu. Berterima kasihlah karena aku akan membiarkanmu untuk tetap bisa di sini dan melihat kehancuran mereka dengan aman. "
" Tv  itu akan menemanimu, "
Tunjuk Sharine pada sebuah tv di atas meja di depan Al.
Sharine meninggalkan Al dengan bahagia, kebahagiaan yang sangat ia tunggu akhirnya sebentar lagi terwujud. Licik.

Tbc

Pacar sewaan? (✔)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt