Hello, Memory Kesembilan!

Start from the beginning
                                        

Nando tetap dingin seperti biasanya. Menyendiri dan tidak terlalu banyak bicara padanya.

Maka, Nando tidak seharusnya diperlakukan seperti itu oleh Mia. Maura sangat ingin menolongnya. Tapi bagaimana caranya?

"Eh, tapi lo sama Dewa tuh pacaran, ya?"

Pertanyaan Elma membuat Maura kembali memutar tubuhnya dan menaikkan kedua alisnya. Ia langsung tertawa sambil menggeleng-geleng.

"Enggak lah. Kita mah temen," jawabnya.

"Yang bener?" selidik Elma lagi dengan kepala yang mencondong ke arah Maura. Matanya memicing curiga.

"Beneran!" jawab Maura. Mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.

"Jadi bener nih Dewa sama Luna putus bukan gara-gara lo?"

Maura tertawa lagi. "Ya ampun. Ya bukan lah, kita mah cuma temen. Lagian mana mungkin Dewa seleranya dari Luna jadi turun gitu ke gue."

"Ih turun gimana, kamu sama Luna mah sama kok cantiknya," timpal Dela. Yang diangguki setuju oleh lainnya.

"Dewa kayaknya suka sama lo, Ra."

Ucapan Elma itu membuat Maura tertawa lagi. Semakin kencang. Mana mungkin, pikirnya. Selama ini mereka hanya berteman, bersahabat. Dewa tidak mungkin menyimpan perasaan lebih padanya, kan?

Atau... apakah memang Maura yang terlalu tidak peka dengan cinta?

***

Seperti biasa, Maura akan pulang bersama Dewa. Namun hari ini, sebuah ide muncul di kepala Maura. Mulai sekarang, dia ingin mengajak Nando pulang bersama. Bertiga.

Ini adalah salah satu usaha untuk menolong Nando. Supaya semua anak-anak di sekolah tau kalau Nando juga masih bisa memiliki teman. Yang menerimanya dalam keadaan apapun.

Dewa sudah menunggu di depan kelas Maura sambil berbincang dengan temannya yang sekarang berada di kelas yang sama dengan Maura. Sementara Maura masih di dalam kelas sedang memakai cardigan hitamnya. Di sampingnya Nando juga masih duduk merapikan buku-bukunya.

Maura melirik Nando setelah selesai memakai cardigannya. "Pulang naik apa?" tanya Maura. Padahal gadis itu sudah tau jawabannya, pasti Nando akan menjawab....

"Duluan aja."

Bener, kan! batin Maura.

Sebenarnya Maura tahu, Nando selalu berangkat dan pulang sekolah jalan kaki. Padahal jarak rumahnya ke sekolah lumayan jauh.

"Bareng, yuk?" ajak Maura sambil memasang senyumnya.

Nando sontak menghentikan aktifitasnya membereskan buku. Dia lalu menoleh ke arah Maura dengan tatapan bingung.

"Lo ngajak gue ke rumah lo lagi?"

Maura menggeleng. "Ya pulang bareng gue aja. Bareng sama Dewa juga."

Nando baru mengerti maksudnya. Dia lantas menggeleng tegas kemudian melanjutkan aktifitasnya semula. Menolak ajakan Maura.

"Kenapa? Ayo, daripada jalan kaki," kata Maura lagi.

"Lebih baik jalan kaki daripada ngerepotin oranglain."

"Sesama temen nggak ada yang namanya ngerepotin lah."

Nando seketika terkekeh. Kekehannya terdengar seperti kekehan muak. Dia membenarkan kacamatanya lalu menatap Maura. Sorot matanya dingin.

"Temen itu apa? Maksudnya manusia-manusia yang datang dan pergi sesuka hati?" tanya Nando dengan nada sinis. Terlihat jelas ada sebuah luka di matanya.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now