PART 3 - KEINGINAN TANPA PAKSAAN

Start from the beginning
                                    

Dalam perjalanan pulang, Raka tersenyum kecil karena tiba-tiba mengingat kejadian barusan.

***

"Nggak usah deh Ma, lagian buang-buang uang kalau kayak gitu." Kayra bersikukuh, membuat mamanya hanya bisa menghela nafas panjang.

"Sekali ini aja, Mama itu cuma pengen ngerayain itu aja kok. Kan kamu udah bikin Mama sama Papa bangga." Mamanya mencoba membujuk anak semata wayangnya itu, namun usahanya sia-sia.

"Nggak usah Ma, Kay udah seneng kok bisa lolos tes itu." Kayra menenggak habis jus di tangannya, kemudian berdiri menatap mamanya dengan tatapan memohon. "Please Ma, nggak usah ya." Wajah memohon itu makin terlihat.

"Yaudah deh, Mama nggak maksa kamu." Jawaban yang langsung membuat Kayra lega.

"Yaudah cepat habisin makananmu itu, habis itu kamu bilang mau ke mini market," lanjut mamanya lagi.

Kayra sudah terbiasa ke mini market yang jaraknya lumayan dari rumahnya hanya dengan berjalan kaki. Hitung-hitung olahraga kaki. Ia berniat membeli beberapa peralatan tulis, sebab ia belum sempat membelinya karena disibukkan untuk mempersiapkan keperluan masa orientasi kemarin.

"Ehm... peralatan tulis udah, tinggal beli camilannya aja nih." Kayra bergumam dan mengambil beberapa camilan di rak dan menaruhnya di keranjang belanjaan.

"Seratus enam puluh ribu Mbak," ucap mbak-mbak kasir pada Kayra.

Ia segera mengeluarkan uang dari saku celananya.

"Makasih mbak," ucap Kayra setelah mengambil barang belanjaanya yang sudah dikemas di kantung kresek.

Ketika ia akan keluar dari mini market, tanpa disangka ia melihat seseorang yang ia kenal sebagai wakil ketua OSIS. Benar, itu Jovian.

Jovi duduk di bangku depan mini market sendirian. Terlihat juga motor sport terparkir di depan tempat ia duduk. Tanpa ditanya lagi, nampaknya semua orang sudah tahu itu milik siapa.

Di meja depannya ada beberapa softdrink. Penampilannya sangat beda dengan bisannya, rambutnya terlihat acak-acakan dan wajahnya murung. Ia mengenakan T- shirt biasa dan skinny jeans. Sepertinya Ia melamunkan sesuatu. Kayra yang melihat itu tidak berani menghampirinya.

Kayra hanya menatap iba melihat keadaan Jovi kali ini. Bagaimana tidak? Penampilannya seperti orang yang frustrasi. Mungkin ada masalah yang sedang dihadapinya.

Kayra memberanikan diri berjalan ke arah Jovi untuk menanyakan apa dia baik-baik saja.

"Kak Jo!" sapa Kayra dan Jovi sontak menoleh ke arah sumber suara.

Kayra mendekat ke Jovi.

"Kak Jo ngapain di sini sendirian? Terus pipi Kak Jo kok lebam?" tanya Kayra penasaran ketika melihat wajah Jovi yang sangat menyedihkan. Kali ini, tidak seperti biasan di sekolah, Jovi tidak menjawabnya dan malah menunduk seolah tidak mau menjawab pertanyaan cewek di depannya saat ini.

Merasa diacuhkan Kayra akhirnya berniat meninggalkan Jovi namun sebuah tangan memegang lengannya dari belakang.

"Dek! Maaf," ucap Jovi singkat.

Kayra membalikkan badannya untuk menatap si komdis yang juga merangkap sebagai waketos di hadapannya. "Ngapain minta maaf Kak Jo? Seharusnya Kay yang minta maaf udah ganggu Kak Jo," kata Kayra.

"Duduk di sini aja." Jovi menunjuk kursi di depannya dan Kayra langsung duduk di kursi kosong depan Jovi.

"Jangan bilang siapa-siapa, Dek," ucapnya lirih.

Komisi Disiplin✔Where stories live. Discover now