Apa dia kesiangan, ya? batin Maura.
Baru saat Pak Galih masuk ke dalam kelas, Maura bisa berhenti memikirkan Dewa. Dia memusatkan seluruh perhatiannya pada pelajaran Bahasa Inggris siang ini. Melupakan sejenak kekhawatirannya.
"Maura, makasih, ya."
Maura mengangguk saat Nando mengucapkan terimakasih sambil mengulurkan satu buku yang dipinjamnya kemarin.
"Yang lainnya nanti ya," kata Nando lagi.
"Iya. Dibilang santai aja," jawab Maura sambil tersenyum. Tangannya sibuk merapikan isi tasnya.
Jam pelajaran hari ini sudah berakhir. Ditutup oleh pelajaran Pak Galih. Nando pun keluar kelas lebih dulu dalam diam, seperti biasa. Dan seperti biasa juga, Dewa akan muncul di pintu kelasnya. Tersenyum padanya, menggodanya lalu mereka pulang bersama.
Tapi hari ini tidak. Dewa tidak muncul.
Maura berjalan sendirian keluar kelas. Saat melintasi kelas Dewa, kepalanya reflek menoleh ke jendela. Dan sosok yang dicarinya tetap tidak berada di sana.
Di depan kelas unggulan itu, beberapa teman Dewa yang biasa menggoda Maura hari ini kembali melakukan aktifitasnnya lagi. Mereka menyapa Maura dan menggodanya dengan jahil. Maura pun menghentikan langkahnya, berniat bertanya pada salah satu dari mereka. Tentang keberadaan Dewa.
"Hari ini Dewa nggak masuk, ya?" tanya Maura.
Mereka mengangguk. "Udah biasa. Setiap tahun dia emang nggak masuk kalau tanggal segini."
"Kok gitu?" Maura bingung dengan kening yang berkerut.
Mereka kompak mengangkat bahunya. "Tanya langsung aja sama orangnya."
Dengan perasaan semakin bingung dan khawatir, Maura pun kembali melangkahkan kakinya ke pintu gerbang sekolah hendak menyetop angkot.
Namun saat kakinya melewati sebuah mobil yang terparkir di antara deretan mobil lainnya, namanya dipanggil oleh seseorang. Orang itu baru saja keluar dari dalam mobilnya yang mesinnya sudah dalam keadaan menyala. Berjalan menghampiri Maura.
"Iya, Pak?" Maura pun berhenti dan tersenyum sopan pada Galih. Pemilik mobil itu.
"Bisa bantu saya?" tanya laki-laki berusia 26 tahun itu.
Maura mengangguk dan mendengarkan baik-baik apa yang diperintahkan gurunya itu. Galih memintanya untuk mengantar absensi yang terbawa olehnya ke ruang guru. Dengan senang hati Maura pun mau membantu mengantarkan ke ruang guru.
Ketika sudah selesai, Maura kembali berjalan menuju gerbang sekolah. Tetapi di tempat yang sama, Galih ternyata masih berdiri bersandar pada pintu mobilnya dengan tangan bersidekap. Menatapnya sambil tersenyum. Tangannya mengisyaratkan untuk Maura menghampirinya lagi.
Setengah bingung, Maura berjalan ke arah gurunya itu.
"Udah?"
Maura mengangguk. "Udah, Pak."
"Terimakasih, ya."
Maura mengangguk lagi.
"Kamu pulang naik apa?"
"Naik ojek," jawab Maura.
"Ya udah sekalian aja saya antar."
Maura menggeleng. Tangannya bergerak menyelipkan rambut ke belakang telinganya. Dia tersenyum sungkan. "Nggak usah, Pak."
"Nggak apa-apa. Kamu kan tadi udah bantu saya. Yuk!"
Tanpa mendengar jawaban dari Maura lagi, Galih bergerak membuka pintu mobilnya dan masuk. Setelah mengusap lehernya canggung, Maura pun akhirnya ikut masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu.
YOU ARE READING
Hello, Memory! [COMPLETED]
Teen Fiction[DITERBITKAN] Ketika segalanya telah berlalu, kebersamaan menjadi terasa berarti. Cinta yang belum sempat diucapkan, hanya tertelan bersama memori. Keterlambatan menyadari perasaan, kini jadi penyesalan. Dihadapkan dengan beberapa pilihan membua...
Hello, Memory Kedelapan!
Start from the beginning
![Hello, Memory! [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/57194961-64-k900663.jpg)