Hello, Memory Kedelapan!

Start from the beginning
                                        

Maura pun menyikut perut Dewa yang sedang duduk di sebelahnya dengan kaki ke atas meja sambil mengunyah anggur. Mata dan alisnya bergerak-gerak lucu. Gadis itu bermaksud memberi kode pada Dewa untuk ikut pulang juga sekalian mengantar Nando ke rumah. Tapi, Dewa tidak peka dengan kode tersebut.

"Lo pulang juga sana!" kata Maura akhirnya.

"Gue?" Dewa menunjuk wajahnya sendiri.

Maura mengangguk. "Sana pulang."

"Anggurnya belom abis," jawab Dewa sambil menunjuk keranjang buah berisi anggur yang dipangku di atas pahanya.

"Ish!" Maura berdecak. "Sana pulang, bareng Nando sekalian. Anterin dia sampe rumah."

"Dia kan bisa pulang sendiri."

"Sekalian, Dewa!" Maura hampir gemas dengan tanggapan santai dari Dewa. Padahal Nando sebentar lagi sudah selesai memasukkan buku-buku yang dipinjamnya dari Maura ke dalam tasnya.

Nando pun yang merasa sedang dibicarakan oleh Maura dan Dewa akhirnya buka suara. Setelah buku-bukunya masuk ke dalam tas. "Gue pulang sendiri kok," ucapnya yang membuat Maura menoleh.

"Nggak usah. Ini Dewa juga mau pulang kok, bareng aja. Ya, kan?" Maura melirik Dewa.

"Enggak," jawab Dewa santai. Membuat Maura melotot sambil mencubit pinggang Dewa. Mengancamnya.

"Apaansih, aduh! Sakit, Ra!" rintih Dewa. Namun Maura masih enggan mengendurkan cubitannya. Sebelum Dewa menyetujui permintaannya.

Terpaksa Dewa pun akhirnya menurut. "Iya iya ya udah iya!" ucapnya keras-keras. Membuat Maura langsung tersenyum dan melepaskan cubitannya. Cewek itu lalu berdiri dan menarik tangan Dewa. Menyeretnya ke pintu rumah.

Nando pun hanya diam mengikuti di belakang.

Dengan wajah tertekuk Dewa sudah duduk di balik kemudinya, dengan Nando yang duduk di sampingnya. Maura membungkukkan badannya di pintu mobil sebelah kanan, tepat di samping wajah Dewa yang cemberut. Tangannya bertumpu pada lis jendela mobil Dewa. Cewek itu tersenyum pada Dewa dan mencubit pipinya sekilas. "Yang ikhlas, dong. Ntar mogok di tengah jalan, lho."

"Hm." Dewa hanya bergumam malas.

Maura tertawa lalu beralih menatap Nando yang juga sedang menatapnya sedari tadi.

"Makasih, ya, Maura. Secepatnya gue balikin bukunya," kata Nando.

"Iya, santai aja. Nggak usah buru-buru."

Nando mengangguk.

Mobil pun berjalan meninggalkan rumah Maura. Tanpa suara apapun, kedua remaja cowok yang berada di dalamnya hanya diam dan sibuk dengan pikiran atau pandangannya masing-masing. Sampai di depan gang rumah Nando pun, keduanya masih betah menutup mulut. Bahkan saat Nando turun dari mobil pun Dewa enggan membalas ucapan terimakasih dari Nando.

Dewa terlalu lelah memikirkan sebuah pesan dari pembantu rumahnya tadi. Yang memberinya informasi kalau sedang ada tamu lagi di rumahnya.

***

Hari ini Dewa tidak masuk sekolah. Maura menyadarinya saat pagi tadi hingga pukul enam lewat empat puluh lima menit Dewa tidak juga datang ke rumahnya. Tanpa kabar apapun. Akhirnya pagi tadi Maura diantar oleh papanya sampai ke depan gerbang sekolah. Terpaksa karena sudah terlalu telat jika harus berjalan. Untungnya bel sudah berbunyi sehingga tidak ada murid yang sadar saat mobil papanya mengantarnya sampai ke depan gerbang.

Semua murid sibuk berlarian ke dalam gerbang. Tidak sempat memperhatikan siapa diantar siapa. Atau siapa naik kendaraan apa.

Lagi-lagi Maura kembali mengecek ponselnya. Tapi tetap tidak ada kabar apapun dari Dewa. Bahkan sampai jam istirahat kedua berakhir pun, Maura tidak melihat keberadaan Dewa di sekolah. Di kelasnya sekalipun.

Hello, Memory!   [COMPLETED]Where stories live. Discover now